Dua Puluh Tiga

1.7K 100 1
                                    

"Dokter!" Teriak Julian sambil berlari memasuki UGD. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai di rumah sakit yang cukup terkenal itu yang kebetulan juga tempat bekerja dokter Rini. Dalam gendongan Julian, Alana sudah tidak sadarkan diri sama sekali. Darahnya sangat banyak yang sudah sedikit demi sedikit tertransfer ke baju Julian itu.

Melihat seorang wanita yang bersimbah darah itu, dokter dan suster, termasuk dokter Rini langsung menghampiri Julian sambil berlari mendorong brankar. Julian pun meletakkan istrinya di brankar itu. "Dokter, selamatkan istriku." Hanya itu yang bisa Julian katakan.

Para dokter dan perawat mengangguk kecil kemudian mengiring Alana ke ruang operasi. Julian mengikutinya lalu duduk di bangku depan ruangan operasi itu karena ia tidak diperbolehkan masuk.

"Selidiki kejadian ini Arya. Cathy sudah keterlaluan." Ucap Julian setelah dirinya sedikit tenang pada Arya yang duduk di sebelahnya yang diangguki pria yang sedang memangku anaknya itu.

"Bagaimana Alana?" Tanya Damian dan kedua orang tuanya serta kedua orang tua Damian yang baru menampakkan dirinya.

Bertepatan dengan itu pintu ruang operasi terbuka menampakkan dokter Rini dan seorang perawat. Dengan tergesa, Julian menghampiri kedua orang itu. "Bagaimana keadaan Alana dokter?"

Dokter Rini tidak menjawab, ia hanya mengambil sebuah berkas dari sang perawat kemudian memberikannya pada Julian. "Anda harus segera menandatanganinya Mr."

Dengan gemetar Julian mengambil berkas itu. Dibacalah deretan huruf di kertas itu dengan seksama. Ia mengabaikan seluruh angka alias harga yang ada. Ia hanya membaca apa yang akan dilakukan pada Alana. "Operasi caecar serta pengangkatan rahim?" Gumam Julian pelan namun bisa didengar semua orang di depan ruang operasi itu.

Rini mengangguk. "Iya. Kami sudah menghentikan pendarahan nyonya tapi karena keadaan rahim Mrs. Smith serta pendarahan yang ia alami hari ini mengharuskan bayi-bayinya dilahirkan secepatnya serta rahim nyonya harus diangkat."

Julian menatap Rini serius. "Apakah dengan ini istri saya pasti selamat?" Julian menekankan kata 'pasti'.

Rini menghela nafas sambil menggeleng. "Tidak tuan. Peluangnya tetap kecil. Bila anda ingin peluang istri anda tidak semakin kecil, anda harus segera menandatangani berkas tersebut tuan."

Julian memejamkan matanya sejenak. Dengan ditandatanganinya berkas ini, maka ia setuju bila Alana belum tentu selamat dan juga ia setuju bahwa rahim Alana harus diangkat yang mungkin membuat Alananya down nanti. Tidak, Julian tidak mau itu terjadi. Ia mau Alananya selamat! Tapi apa yang harus ia lakukan? Ia hanya bisa berdoa dan segera menandatangani berkas itu agar peluang istrinya selamat tidak semakin kecil. Ia hanya bisa menguatkan dan selalu disisi Alana. Julian tidak terlalu memikirkan anak-anaknya. Bukannya ia benci atau tidak sayang, tapi Alana dalam keadaan sangat bahaya sekarang. Apalagi mereka baru bertemu. Tapi Julian tidak boleh egois, Alana dan dirinya juga menginginkan dan menyayangi anak mereka, apalagi anak-anaknya adalah bagian Alana juga. Julian membuka matanya kemudian menandatangani berkas itu. Maureen memeluk Julian itu untuk menguatkan. Dengan berat hati, Julian menyerahkan kembali berkas itu kemudian merapalkan doa dalam hati agar Alana selamat.

Perawat wanita itu pun langsung mengambil berkas itu dan Rini segera melaksanakan tugasnya kembali ke dalam ruang operasi setelah mengatakan bahwa ia akan melakukan yang terbaik.

Maureen mengiring putranya yang terdiam itu ke bangku yang dituruti Julian.

Melihat keadaan Julian yang sangat kacau, Damian memilih bertanya pada Arya. "Apa yang terjadi?"

"Nyonya pergi bersama nona Cathy namun nona sengaja membuat mereka berdua kecelakaan." Arya mengambil kesimpulan itu bukan tanpa alasan, tapi melihat cara Cathy menghindarinya dan orang-orang Julian lainnya serta menyetir dengan kecepatan sangat tinggi tanpa keinginan untuk menguranginya cukup membuat Arya mengambil kesimpulan itu. Dan kebenaran konkretnya akan segera ia dapatkan, mengingat ia sudah menelfon pengacara keluarga Smith serta adanya CCTV, saksi, blackbox di mobil Cathy, serta bukti lainnya.

Don't Raise Me Up Where stories live. Discover now