Enam Belas

1.8K 101 1
                                    

Alana semakin mendesakkan tubuhnya ke dalam pelukan suaminya agar ia dapat kembali tidur dengan nyaman karena sinar matahari dan suara berisik dari luar mulai menganggu tidurnya. Julian sendiri balas semakin memeluk erat istrinya.

"Kau siapa? Kau mau mencuri?" Terdengar suara seorang wanita.

"Kau yang sapa? Kau tidak lihat aku memakai baju koki hah? Mana ada pencuri pakai baju ini?! Aku kepala koki disini tau." Balas seorang pria dengan sedikit kesal.

"Ada! Kamu!" Balas wanita itu dengan suara penuh kemenangan.

"Eh, yang lebih pantas disebut pencuri itu kamu. Lihat kamu membawa tas-tas cukup besar. Oh, kau sudah selesai mencuri ya."

"Enak aja!"

"Sudahlah Noah, dia penata rias Nyonya." Jawab pria lain yang sepertinya baru datang dengan suara tegasnya.

"Ian, itu suara sapa sih." Alana mengangkat kepalanya sedikit dan bertanya dengan suara khas tidurnya.

"Sepertinya Arya dan Noah. Tapi yang wanita entahlah." Julian menyembunyikan kepalanya di leher Alana.

"Omong-omong Ian, bukankah dulu sekretarismu wanita ya? Kok sekarang Arya?" Alana mulai berusaha membuka matanya.

"Arya orang kepercayaanku sejak dulu. Hanya saja setahun yang lalu ada perusahaanku yang membutuhkan pemimpin, jadi aku mengutusnya. Dan beberapa bulan lalu perusahaanku itu sudah menemukan pemimpin jadi Arya bisa kembali ke sini dan ia baru bertugas saat kita berbulan madu karena aku memberinya liburan dahulu. Sekretarisku yang perempuan juga membantu di kantor." Jawab Julian dengan mata tertutup dan tetap di leher istrinya.

Alana menggerakkan tubuhnya tidak nyaman. "Ian. Berhenti berbicara di leherku. Geli."

Julian tidak bergerak. "Dan Arya adalah suami Lia. Dan jika ada Arya disini maka ada Lia."

"Kenapa mereka disini?"

Julian menatap wajah istrinya. "Karena nanti jam 7 malam kita ada acara ulang tahun perusahaan." Sudah hampir seminggu sejak bulan madu Alana dan Julian sehingga mereka sudah mulai bekerja. Dan hari ini Julian tidak ke kantor untuk mempersiapkan acara ulang tahun perusahaan nanti malam.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 2 siang."

Plak.
Alana langsung duduk dan memukul paha suaminya. "Astaga Julian. Aku kesiangan karena kamu. Harusnya tadi saat kita bangun jam tujuh pagi kita langsung bangun. Bukan melakukan hal lain."

"Alana!" Terdengar suara Lia dari luar disertai ketukan di pintu kamar suami istri yang masih menggenakan piama di siang hari menjelang sore ini.

"Astaga Lia!" Alana menepuk dahinya. Lalu ia berpindah menatap Julian. "Hadapi mereka. Aku mau mandi." Sedetik kemudian Alana sudah berlari ke kamar mandi sedangkan Julian melaksanakan perintah istrinya.

"Ala- Oh, siang Pak Julian." Lia mengangguk kecil.

"Siang. Kalian kok berkumpul disini?" Julian menatap Noah, Eva, Lia, dan Arya.

"Saya dan Eva mau membantu Nyonya Alana bersiap untuk acara nanti malam Tuan."

"Alana masih mandi."

"Alana baru bangun Pak?" Kali ini Eva yang bersuara.

Julian mengangguk. "Noah tolong siapkan makanan ya."

"Oke Mr." Jawab Noah yang kemudian berjalan melaksanakan omongan tuannya.

"Emangnya kalian tidur jam berapa Mr.?" Untuk pertanyaan ini mungkin hanya Arya yang berani karena ia dan Julian cukup dekat serta saling percaya.

Don't Raise Me Up Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang