27. Pengkhianat

7.6K 762 44
                                    

Sepertinya untuk beberapa hari kedepan (Namakamu) harus tinggal sendirian dirumah. Pagi tadi mendadak Iqbaal harus pergi ke Bandung. Jadi mau tidak mau ia harus meninggalkan (Namakamu) sendirian.

"Udah sampe?"

'Udah, baru aja'

"Acaranya jam berapa?"

'Bentar lagi yang'

"Udah siap-siap?"

'Belum hehe'

"Yaudah siap-siap dulu. Ini malah telfon"

'Aku kangen'

(Namakamu) terkekeh. "Baru pergi tadi pagi Baal"

'Tapi baru bisa ketemu empat hari lagi'

"Makannya kamu fokus kerja biar cepet selesai. Tenang aja, aku aman kok disini"

'Hmm, pokoknya kalo ada apa-apa kamu langsung telfon aku atau bunda. Jangan diem aja'

(Namakamu) tersenyum walaupun ia yakin Iqbaal tidak akan mengetahuinya. "Iya sayang"

'Yaudah aku siap-siap dulu. Jangan lupa makan siang, hati-hati dirumah. Te amo beb'

"Te amo? Apa artinya?"

'Aku sayang kamu'

(Namakamu) tidak menjawab. Ia hanya tersenyum manis mendengar penuturan Iqbaal barusan. Setelah Iqbaal mengucapkan kata penutup (Namakamu) mematikan sambungan telfon.

"Huft, kenapa perasaan gue ngga enak ya"

☁☁☁

"Kenapa harus aku? Kenapa nggak kamu aja? Aku bosen akting di depan mereka"

"Karena aku tau kamu lebih deket sama (Namakamu). Sedangkan aku? Dia gak bakal percaya sama aku"

Perempuan itu memijat pelipisnya. "Kenapa harus kaya gini sih? Aku kira awalnya kita cuma dijodohin biasa. Ternyata kita sama-sama punya dendam ke mereka"

"Inget perjuangan kita selama tujuh tahun ini, Sha. Kalo kamu nyerah itu artinya kamu mau (Namakamu) bahagia. Iya?"

Gadis itu ternyata Vanesha. Vanesha menggeleng kuat. "Dia udah ngerebut Iqbaal dari aku. Permainan yang sebenernya baru dimulai. Aku gak mau nyerah, Ashraf"

Vanesha, seseorang yang selama ini berkhianat. Dan selama tujuh tahun, mereka sama sekali tidak menyadarinya.

(Namakamu) yang benar-benar sudah tidak tahan akhirnya keluar dari persembunyiannya.

"Munafik lo Sha"

Merasa terpanggil, sang pemilik nama menoleh. "(Namakamu)" ucap Vanesha terkejut.

"Gue salut. Lo berhasil mainin drama ini dan jadi pemain utama. Puas lo hancurin hidup gue?" teriak (Namakamu).

Awalnya Vanesha terkejut. Tapi akhirnya, ia tersenyum miring.

"Lo udah tau? Bagus deh. Gue gak perlu capek capek mainin drama ini. Karna gue yakin, lo udah denger semuanya"

(Namakamu) tersenyum sinis. "Iya. Gue emang udah denger semuanya. Emang cocok ya lo berdua, sama sama muka dua. Munafik" ucap (Namakamu) dengan emosi menggebu-gebu.

PLAK

Satu tamparan mendarat di pipi (Namakamu). "Berani lo ngomong gitu di depan gue" Ashraf menyeringai.

Love [IDR]Where stories live. Discover now