05 - Kenza

14.1K 878 28
                                    

*Ingin hati memiliki. Namun aku cukup tahu diri. Memangnya, siapa aku di sini?*

◆◆◆◆

Bel berbunyi beberapa menit yang lalu. Setelah Kenza mengakhiri rapat, kini mereka, para pengurus OSIS, sibuk membereskan berkas-berkas yang berceceran di meja.
Serla menghela napas lega karena akhirnya bisa pulang. Diam-diam dia melirik Kenza dan melihat lelaki itu tengah serius menatap laptopnya.

Beberapa menit kemudian anak OSIS satu demi satu sudah keluar dari ruangan. Kini tinggal Serla, Kenza, dan Annisa.

"Filenya gue kirim nanti malam ya Ken," ucap Anisa dan mendapat anggukan singkat dari Kenza.

"Serla, jangan lupa buat pembagian kelasnya," ingat Anisa. Yang sama dibalas anggukan oleh Serla.

Kenza kini baru saja berdiri dan melangkah lebar keluar ruangan OSIS.
Melihat itu, Serla buru-buru ikut keluar ruangan OSIS. Jangan sampai dia ketinggalan jejak Kenza.

"Gue duluan Nis!"

Serla memberikan senyumannya ketika selangkah lagi ia keluar ruangan pada Anisa.

"Kenzaa!!"

Serla sedikit berlari untuk menyamai langkah lebar Kenza. Butuh beberapa detik untuk bisa menyamainya karena Serla memang ketinggalan agak jauh.

"Kenza!!"

"KENZA TUNGGUIN DONG!! LO BUDEK YA?!" teriak Serla karena kesal. Tapi setelah kalimat itu keluar, dia benar-benar merutuki mulutnya sendiri. Ampuh sih, Kenza langsung berhenti berjalan. Namun dia malah menatap Serla tajam. Seakan Serla ingin dia tikam.

"Ngomong apa barusan?!"

"Lo bud...." hampir saja Serla kelepasan lagi. Buru-buru dia menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada sambil memasang wajah melas. "Gue minta maaf. Sumpah HP gue dari tadi pagi lowbat. Jadi gue nggak tahu kalau ada rapat. Gue kan cuma telat 15 menit. Maafin yaa?" Serla menggembungkan kedua pipinya.

Kalau begini, mana bisa sih Kenza marah? Dengan gemas, dia menarik kedua pipi Serla. Gadis itu meronta dengan memukul tangan Kenza yang masih setia di pipinya.

"SAKIT! KENZA!"

Begitu Kenza melepaskan cubitannya, Serla sibuk mengusap-usap pipi tak bersalahnya dengan mendengus keras. Berharap Kenza tahu kekesalannya.
Serla heran, mengapa banyak sekali yang suka mencubit pipinya dengan seenaknya?

Gue tau sih pipi gue emang selalu bikin gemes. Tapi kenapa banyak banget yang suka cubit sembarangan sih! Dipikir pipi gue bakpau apa? batinnya kesal.

Melihat wajah Kenza tak seperti tadi-menyeramkan- Serla langsung tersenyum sumringah. Yang sekarang Serla tahu, Kenza sudah tidak marah.

"Lo udah maafin gue kan?"

Kenza menaikkan kedua alisnya bersamaan. "Lo pikir, gue bisa marah lama-lama sama lo?"

Serla menggeleng. "Nggaklah."

Mereka tidak tahu, bahwa sepasang mata setajam elang sedari tadi mengamati mereka dalam diam. Mengepalkan tangan dan berusaha meredam. Tentu saja meredam gejolak di hatinya yang kian membuncah.

Sampai akhirnya, dia memilih mundur perlahan. Dan pergi menjadi pilihannya kemudian.

"Kelas yuk?"

"Ayuk." Serla menjawab serta mengangguk. Sebelum akhirnya mereka berjalan beriringan menuju koridor kelas mereka. Jika Serla XI IPA 2, maka Kenza satu kelas dengan Gerdan.

Entah mengapa, berjalan dengan Kenza membuat Serla sedikit merasa minder. Jelas saja, Kenza itu eksistensinya tinggi di Rajawali. Ketua OSIS itu punya tampang yang jauh di atas rata-rata. Bahkan Gerdan nyaris saja lewat, nyaris, tapi fans mereka sama banyaknya. Gerdan yang CCG, cuek-cuek ganteng, entah mengapa bisa menandingi fans Kenza, bahkan bisa dibilang fans Gerdan lebih banyak dari Kenza yang notabenenya ketua OSIS yang kece dan multi talenta itu.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang