EXTRA CHAPTER 1

9.8K 520 70
                                    

🌛🌛🌛🌛🌛


Beberapa tahun kemudian.

Serla membalas lambaian Hito, seseorang yang baru saja melajukan motor menjauhi kediamannya. Hito adalah teman kuliahnya. Yang mana, mereka baru saja pulang dari kampus karena harus mengerjakan sebuah tugas bersama mahasiswa yang lainnya. Serla menatap langit. Malam semakin larut. Bulu kuduknya berdiri karena kedinginan. Buru-buru dia membuka gerbang dan melangkahkan kakinya menuju dalam rumah.

"Assalamualaikum."

Tak ada sautan. Serla akhirnya berjalan menuju dapur. Dia melihat mamanya tengah membuat susu coklat. Langkahnya membawanya pada kulkas.

"Baru pulang?"

Serla mengangguk. Tangannya bergerak membuka kulkas dan mengambil minum. "Iya, Ma. Tadi nugas sama anak-anak."

"Udah makan apa belum?"

"Udah Ma." Serle meneguk minumannya.

"Sama Gerdan?"

Serla menggeleng. Wajahnya begitu kentara terlihat lelah. "Nggak. Sama Hito."

Mamanya mengernyit heran. "Yang temennya Gerdan juga itu ya?"

"Iya. Serla ke atas dulu ya Ma."

Serla beranjak dari sana menuju kamarnya. Sampai tangga, teleponnya berdering dan dia segera menekan tombol hijau begitu tahu telepon tersebut dari Gerdan. Senyumnya mengembang.
"Hallo, Gerdann?"

"Udah sampai rumah?"

"Udah, baru aja."

"Kamu darimana aja sama Hito?"

Serla mengernyit. Tangannya menutup pintu kamar dan menguncinya. Lalu, dia menghempaskan tubuhnya pada kasur.
"Kamu tau sendiri kami dari mana Dan."

"Harus yaa pakai makan bareng segala?"

"Ya tadi emang abis nugas, pas di perjalanan, dia langsung berhentiin di tempat makan. Kebetulan aku dari siang kan belum makan. Nggak enak juga kalau nolak. Kamu sendirikan yang nyuruh aku pulang bareng Hito?"

"Tapi nggak dengan makan bareng berdua juga, La. Kamu tahu? Ada yang laporan sama aku. Sama temennya, dia liat kamu makan sama Hito berdua. Mereka mikir yang nggak-nggak. Aku nggak suka La."

Serla menghela napas lelah. Dia memijit pelipisnya. Sungguh. Serla ingin beristirahat tapi Gerdan seakan menariknya untuk tetap bertahan melawan lelahnya. Tak biasanya lelaki itu seperti ini. Ada apa?

"Kamu nggak percaya sama aku dan Hito? Dia temen kamu dari lama Dan. Toh tadi kamu sendiri yang bilang aku pulang sama Hito aja waktu kamu ngasih tau nggak bisa nganter."

"Bukannya gitu. Pikiran orang yang buat aku nggak nyaman La."

"Sejak kapan sih kamu mikirin hal kayak gini?"

"Udahlah. Terserah kamu deh La."

Serla mengubah posisinya untuk duduk. Sebelah tangan yang tak memegang ponsel dia gunakan melepas conversenya. "Maaf Dan. Aku capek banget pengen istirahat, lanjut besok ya?"

"Oke kalau itu mau kamu. Dan aku cuma mau bilang, besok jangan cari aku di kampus. Aku nggak ada kelas."
Ya, Gerdan memang se kampus dengan Serla namun mereka beda fakultas.

Gadis itu terkejut seraya melihat layar ponselnya. Matanya menatap nanar. Telepon dimatikan sepihak oleh Gerdan. Hal yang membuat Serla bergumam tak percaya.

Gerla (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang