Kinanti Rahayuningtyas

1.5K 53 1
                                    

Sore itu selepas sholat maghrib, Kinan menghampiri ibunya yang sedang berada di teras rumah.
Ketiga adiknya tengah berada di ruang tengah saling berebut nonton acara televisi

"Bu, ini Kinan buatkan teh manis hangat untuk ibu," sambil kuulurkan segelas teh manis buatanku.

"Wah, terima kasih ya nduk cah ayu, sini duduk dekat ibu."
"Nyapo iki, kok tumben-tumbenan jadi so sweet begini." ucap ibu lagi.

Aku hanya tersenyum sembari bersandar manja di pundak nya.

"Bu, Kinan mau minta ijin. Kinan pengen bekerja". aku mencoba mengutarakan niatku

"Kenapa kok ingin bekerja, terus kuliahmu piye?". Tanya ibu padaku.

"Kinan pengen mbantu ibu, setidaknya Kinan gak mau membebani ibu secara finansial. Kinan pengen bisa mandiri bu..", aku mencoba menjelaskan kepada ibu.

"Nduk, sejak kapan kamu melihat ibumu terbebani karena anak-anak ibu?". Jawab ibu sembari menepuk punggung tanganku dengan lembut.

"Tidak ada satupun orang tua di dunia ini yang merasa terbebani oleh anaknya. Setiap orang tua terutama seorang ibu akan sanggup bertarung secara ikhlas dengan 'kehidupan' untuk kebahagian anak-anaknya". Kulihat mata ibu menerawang jauh di tengah gelapnya malam.

"Bagi ibu, kalian adalah hidup ibu, amanah dari Gusti Allah yang harus ayah dan ibu jaga. Seperti halnya kami menjaga hidup kami sendiri". Lanjut ibu.

"Seandainya saja masih ada ayah", ucapku lirih. Tak terasa air mata mengalir dari kedua bola mataku.

"Hush.., ayahmu sudah tenang di Sana. Jangan membuatnya bersedih begitu", ibu mencoba mengingatkanku.

"Maaf bu", sambungku lirih. Sembari ku usap airmata ku yang tak bisa ku tahan.

"Kalau kamu memang ingin bekerja, ibu gak akan melarang. Tapi, ibu punya satu permintaan. Dan ini adalah keinginan almarhum ayahmu dan ibu". Ibu membelai rambutku dan menciumnya.

"Apa itu bu", aku menggelayut manja di pundaknya.

"Kamu harus tetap jadi sarjana". Ibu mengucapkan ini dengan tegas.

"Ya bu, Kinan akan ingat pesan ibu. Kinan akan lulus S1 seperti harapan ayah dan ibu". janjiku kepada ibu

-***-

Ibu, adalah malaikatku. Beliau adalah sosok yang berwawasan terbuka tapi sangat mengagungkan unggah ungguh dan memegang teguh adat istiadat budaya jawa.

Ibu, sosok yang akan menjadi tempat bagi kami (anak-anak nya) untuk 'pulang' dan menceritakan pengalaman kami hari ini.

Beliau sosok humoris tapi dapat bersikap sangat tegas pada kami ke empat anaknya.

-***-

" siang tadi, di kampus, Risma nawarin ada pekerjaan yang bisa part time, Bu. Karena itu, Kinan berani meminta ijin untuk bekerja".

"Oh...", ibu menganguk santai. "Karena itu kamu ingin bekerja". Tanya ibu.

Yo ora popo kalau memang kowe pingin kerja part time, sing penting jangan lakukan pekerjaan setengah-setengah".

"Dan.., eling pesan ibu tadi kowe kudu dadi sarjana".

"Nggih bu", jawabku lembut.

-***-

nduk   = sapaan untuk anak gadis
Nyapo = ada apa
piye     = bagaimana
unggah ungguh  =  sopan santun
ora popo  =  tidak apa-apa
Kowe  =  kamu
eling  =  ingat
Nggih  =  iya

Ketika Cinta Tak Lagi SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang