Baskoro Adi Pranata

1.5K 57 0
                                    

Fahmi melambaikan tangan begitu melihat Baskoro turun dari bus.

"Hai Bas", Fahmi mengulurkan tangan menjabat erat tangan sahabatnya.

"Fahmi, bagaimana kabarmu buddy". Baskoro memeluk sahabatnya sejak masih duduk di bangku kuliah itu dengan erat.

Alhamdulillah sehat, gimana kabar Bapak dan Ibu  Bas"?, tanya Fahmi.

"Alhamdulillah bapak dan ibu sehat, salam dari beliau untuk mu dan Bu Rosmi".

-***-
"Kantor aman kan selama ku tinggal"?, tanya Baskoro pada Fahmi selama perjalanan mereka menuju rumah Fahmi.

"Lancar..,semua berjalan dengan baik. Tapi sepertinya kita tetap membutuhkan orang yang bisa ngebantu Dea ngerjain tugasnya Bas, Karena Dea sepertinya sudah kewalahan". Tambah Fahmi.

"Omong-omong kau tampak kusut sekali Bas, Nggak pengen mampir kontrakan dulu untuk mandi gitu.. ". Fahmi mulai berkomentar tentang penampilanku pagi itu.

"Alah.. nggak usah, ntar aja setelah dari rumahmu". Sahutku

"Hei...,kau akan bertemu seorang wanita Bas.. nggak pengen terlihat sedikit lebih rapi di depannya"?. Tanya Fahmi sedikit memaksa.

Sahabatku satu ini memang terkenal sangat rapi dan perfeksionis. T-shirt berkerah dan celana panjang yang disetrika licin ditambah aroma tubuhnya yang komplit dengan parfum polo kesukaannya. Sangat bertolak belakang denganku yang selalu mengenakan kaos oblong dan celana jeans belel favoritku.

Jangan harap bisa melihatku tampil rapi.
hanya saat-saat tertentu saja aku akan muncul dengan kemeja dan celana panjang layaknya enterpreuner.

"Nggak, biar aja kelihatan kusut. Terlihat lebih alami kan", senyumku sembari mengkerlingkan mata. Kami tertawa hampir bersamaan.

6 jam perjalanan menggunakan bus pasti akan membuatku terlihat acak-acakan.Tak heran jika Fahmi memintaku untuk merapikan penampilan, karena aku akan bertemu seorang gadis yang menurutnya sangat cantik.

-***-

Terlahir sebagai Sulung dari dua bersaudara. Aku tipe orang yang tidak ingin tinggal diam.

Orang tuaku hanya seorang petani di daerah asalku di Blitar Jawa Timur.

Tekadku yang tidak ingin membebani orang tua dengan biaya hidup dan kuliah di kota besar, membuatku selalu mencari celah untuk dapat bertahan hidup tanpa bergantung pada kiriman orang tua.

Menjadi Deliveryman di perusahan jasa pengiriman,sopir pengganti, sampai menjadi marketing sebuah advertising di kota tempatku kuliah, aku jalani untuk bertahan hidup dan menimba pengalaman.

Dari sanalah aku mengenal dunia advertising. Hingga aku memberanikan diri untuk membuka advertisingku sendiri ketika aku masih duduk di bangku mahasiswa semester akhir.

Aku sendiri tidak terlalu memperhatikan bagaimana perusahaan ini berjalan. Jatuh bangun, merugi dan hampir bangkrut pun sudah pernah ku alami.

Alhamdulillah, saat ini sudah hampir 4 tahun usaha ini berdiri. Walaupun belum bisa dikatakan berkembang pesat.

Dan Fahmi adalah sahabat ku yang paling tahu perjalanan usahaku. Karena dia lah yang selalu mensupport untuk tetap mempertahankan Benja Advertising.

-***-

Dan hari ini, sahabatku ini bersikukuh mengenalkanku pada seorang yang menurutnya dapat membantuku mengurus pekerjaanku di kantor,dan mungkin menjadi pendampingku.

Ketika Cinta Tak Lagi SamaWhere stories live. Discover now