For the First Time

1.4K 54 0
                                    

Cuaca yang tidak bersahabat sore ini membuatku malas beranjak dari tempat tidur. Jika tidak terdengar panggilan ibu mengingatkanku untuk sholat Ashar, mungkin aku masih akan betah berlama-lama nonton drama korea favoritku.

Kulangkahkan kaki menuju pancuran air di depan rumah untuk mengambil wudhu.
Selepas menunaikan kewajibanku, aku kembali menuju kamar.

Jika bukan karena hujan yang mengguyur kotaku dari pagi hingga menjelang petang ini, mungkin saat ini aku masih akan berlama-lama di perpustakaan kampus. Hobby membaca yang ku tiru dari Ibu bisa membuat ku lupa keadaan sekeliling.
Ibu yang seorang PNS di Sekolah Menengah Pertama, selalu mengingatkan kami untuk membaca.

"Baca..!!, walaupun itu mungkin hanya satu halaman". Bacalah apa saja, karena itu nantinya akan menambah wawasanmu".

Seperti ketika malaikat Jibril membawakan wahyu pertama kepada Baginda Nabi Muhamad SAW, hanya satu kalimat "BACA".

Begitu selalu nasehat ibu selalu kepada kami ke empat anak nya.

Dan sore ini, karena hujan juga lah aku ingin cepat sampai di rumah, menikmati secangkir coklat hangat sambil menonton drama korea favoritku. "Saimdang The Light Diary".
Kisah perjalanan hidup seorang pelukis wanita ternama sekaligus seorang ibu tangguh dengan empat orang anak di era Joseon.

Tiba-tiba gawaiku berbunyi membuyarkan konsentrasiku menonton. Kulihat sekilas tersebut nama Baskoro dilayar gawai.

"Assalamualaikum Kinan", sapa seorang dari seberang.

"Waalaikumsalam". Sahutku menjawab sapanya.

"Ehmmm, Maaf, aku ganggu ya..",tanyanya kemudian.

"Nggak kok mas. Balasku kemudian sembari membetulkan posisi duduk ku.

"Ada yang bisa Kinan bantu mas"?, aku mencoba menetralisir keadaan yang tidak biasa untukku.

Maklumlah, berbicara dengan nya sering membuatku takut salah.
Ingin bisa akrab, takut dikira sok akrab.
Ingin pake bahasa formal, takut jadi gak nyaman ngobrol nya.

"Untuk laporan yang kemarin saya minta sudah selesai kah"?, Baskoro mulai meluncurkan pertanyaan.

Ehm, sudah mas". Sebenarnya laporan itu akan saya titipkan Risma hari ini, tapi ternyata Risma hari ini tidak kuliah". Jawabku berusaha menjelaskan.

"Iya, gakpapa kok, Tapi karena saya butuh laporan itu untuk minggu depan. Apa Dik Kinan bisa memberikan nya akhir minggu ini?".

"Ehm.., bisa kok mas. Besok saya titipkan Risma di kampus". Jawabku cepat.

"Ehm, anu Dik, kalau gak keberatan, bisa adik antarkan sendiri laporan nya ke saya langsung". Dia mencoba bernegosiasi untuk bertemu.

"Iya mas, gakpapa. Biar nanti saya sendiri yang antar. Tapi di mana kantornya mas Bas"?.
"Ngapunten mas, karena saya belum tahu tempatnya". Tanyaku kemudian.

"Begini aja, Dik Kinan tahu resto cepat saji yang di plaza Surabaya"?. Jelasnya menunjuk restoran cepat saji yang dimaksud.
"Kita ketemu di sana hari Sabtu besok ya, sekitar pukul 08.00 pagi".

"Oh yang itu..., iya mas", lanjutku.

"Baiklah, kita ketemu hari Sabtu ya, jam 8 tepat". Baskoro memastikan.

-****-

Pertemuan dengan Baskoro menambah energi baru untuk ku.
Beberapa kali kami terlibat dalam pembicaraan di telepon. Terutama aku yang sering menelepon dan memintanya menjelaskan beberapa hal tidak ku ketahui sebelumnya.

Pekerjaan yang ditawarkan Baskoro memang hal baru bagiku, menangani  proses accounting kantornya hingga pengurusan pajak iklan yang dibuat.

Walaupun hanya pekerja Freelance, Baskoro memperlakukanku layaknya karyawan nya.

Dan kesempatan ini tidak akan usia-siakan. Memiliki penghasilan sekaligus menimba ilmu dan pengalaman baru.

Baskoro sosok yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat bertanya, kepribadiannya yang humoris dan bersahabat, membuatku nyaman berada di dekatnya.

-****-

"Bas", Fahmi menepuk pundakku."Sudah mengatakan niatmu ke Kinan"?, tanyanya sore itu selepas kami briefing untuk proyek iklan provider terkenal.

"Aah.. belum Mi, aku masih kurang pede untuk itu". Lagi pula kami baru bertemu 2 kali, Terlalu cepatlah untuk membicarakan soal itu".

"Haiiish.. kamu seperti ABG yang baru pertama kali kenal wanita saja. Ayolah Bas, Kinan itu sosok yang limited edition loh. Dia cerdas, cantik, berhijab pula, paket komplit". Fahmi berusaha meyakinkanku.

"Nah itu sebabnya, karena paket komplit itulah, aku agak keder mengutarakan niatku". Aku menyandarkan punggungku di kursi.

"Hmm", Fahmi mengelengkan kepalanya. "Keburu diambil orang Bas".

"Fahmi...Fahmi, kamu pikir gampang mengutarakan niat untuk mendekatinya. Kita bukan ABG lagi Mi, sudah bukan waktunya untuk main-main dengan urusan itu". Aku memangkas ucapan Fahmi.

"Ya..ya..ya.., aku tahu, kamu orang yang paling berhati-hati untuk hal tersebut". "Walaupun penampilanmu slengekan, tapi Baskoro yang ku kenal memang orang yang sangat berhati-hati untuk jatuh hati".

"He..he..he", aku terkekeh mendengarkan penilaian Fahmi terhadapku.
"Kita lihat besok hari Sabtu, InsyaAllah aku dan Kinan akan bertemu". Jelasku kemudian.

"Biarlah semua berjalan alami, jika memang Kami berjodoh hal tersebut akan segera terjadi, Biar Allah yang mengatur semuanya". Aku menerawang jauh keluar jendela.

Ketika Cinta Tak Lagi SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang