v

6.2K 1K 189
                                    

Seungmin sedang bermain dengan boneka rubahnya, Moca. Dia menamainya Moca karena boneka anjing itu berwarna kecoklatan. Seperti moccacino.

Kriet

"Seung?" Hyunjin masuk ke kamar Seungmin. Seungmin hanya diam saat Hyunjin duduk di tepi ranjangnya. Moca tak lagi disentuhnya, kini ia meremat selimut yang warnanya senada dengan langit mendung.

"Seung, ayo jalan-jalan!" ajak Hyunjin. Seungmin menggeleng kuat, ia tahu Hyunjin akan membawanya kemana.

Hyunjin membuang napas, "Ayodong? Sini," Hyunjin berkata dengan tenang, namun tarikannya pada tangan Seungmin sangatlah kuat.

Seungmin kalah, terpaksa ia harus mengikuti Hyunjin.

🎈🎈🎈

Setelah mengantarkan Seungmin, Hyunjin pergi ke kafe dekat sekolahnya. Hanya untuk sekedar mencari ketenangan dan menikmati suasana sore.

"Jeongin?" gumamnya. Ia lekas keluar dari kafe dan dan menghampiri mantannya itu.

"Jeong?" panggil Hyunjin.

Jeongin menoleh, "Kak?"

Hyunjin tersenyum senang, "Mau Kakak traktir ini ngga?" katanya sambil menggoyang-goyangkan thai tea kesukaan Jeongin.

"Gratis?" tanya Jeongin. Pasalnya dia memang sangat haus.

"Di traktir mana bayar sih Jeong?"

Jeongin tertawa lepas. Matanya tertelan dengan keindahan tawanya yang memikat hati.

Hati Hyunjin menghangat, "Jadi?"

"Mau dong!" ucap Jeongin.

Mereka kembali ke kafe itu. Dengan lembut, diraihnya tangan Jeongin. Digenggamnya dengan erat tangan mungil nan bersih itu.

"Mau yang apa?" tanya Hyunjin lembut.

"Biasa, matcha hehehe." Jeongin tertawa kecil tatkala Hyunjin mencubit pelan pipinya.

"Tadi sama siapa? Kok jalan sendirian?" tanya Hyunjin.

Jeongin meneguk thai tea yang baru saja sampai, "Sama Kak Chris tadi. Cuma Kak Chris ternyata rumahnya lawan arah. Nggak enak akunya, mana bensin dia mau habis. Jadi aku pilih minta dia anter sampe sini aja deh."

Hyunjin mendecih, "Ora modal,"

"By the way, kamu apa kabar?" tanya Hyunjin.

"Not bad lah," balas Jeongin.

Hyunjin menyerngit, "Why not bad?"

"Soalnya kalaupun kabarku ngga buruk, bukan berarti aku baik-baik aja kan?"

---

Hari semakin petang, tanpa terasa, jarum pendek jam tangan Hyunjin yang tadinya menunjuk angka empat sudah berpindah ke angka enam.

"Mau kakak anter?" tanya Hyunjin. Jeongin mengangguk.

---

"Kakak, makasih ya." Jeongin tersenyum manis, begitu manis hingga membuat Hyunjin meleleh seketika.

Hyunjin mengelus surai Jeongin yang sekelam langit malam, "Sama-sama Jeong."

"Jeong! Itu apa?!" teriak Hyunjin sambil menunjuk ke arah langit.

"Ap─"

Cup

"Kakak sayang banget sama kamu," ucap Hyunjin.

Setelahnya, Jeongin hanya terpaku, mengabaikan Hyunjin yang sudah kabur entah kemana setelah mengecupnya.

Dan mereka tidak tahu, seorang laki-laki tengah mengamati mereka dengan kilat marah yang terpancar jelas pada matanya.

🎈🎈🎈

Jeongin sampai ke sekolah tepat saat bel masuk. Salahkan saja dirinya sendiri yang terlalu lama merona ria hingga jam dua pagi karena perbuatan Hyunjin semalam.

"Edan, pagi banget datengnya?" tanya Minghao.

"Ora usah nyindir," jawab Jeongin kesal. Diam-diam ia kembali memutar memori itu di otaknya, dan beberapa detik kemudian pipinya menghangat, disusul semburat merah yang muncul dari pipinya.

"HEH GAES JEONGIN OTW GILA!" cetus Jisung.

Jeongin langsung menggeplak kepala Jisung, "Sesungguhnya fitnah lebih kejam daripada fitness Sung!"

---

Jeongin berjalan sendiri dari toilet. Setelah menyelesaikan urusan alamnya, ia bergegas kembali ke kelas. Namun seseorang menahan tangannya─

BRUK!

─dan memukul kepalanya dengan gayung sekolah.

"AKH─" Jeongin menangis, ia memegangi kepalanya yang terkena getokan maut dari orang tak dikenal. Sial sekali, orang itu langsung pergi setelah memukul Jeongin.

"Hiks... S-sakit..." rintih Jeongin. Kepalanya benar-benar sakit dan ia sangat pening.

"J-Jeongin?!" ucap sebuah suara.

"K-kak Chris..." Dan setelah Jeongin mengucap, pandangannya ditelan kegelapan.

'Aromanya... Nggak asing,' batin Chris.

---

45 menit telah berlalu sejak insiden 'gayung maut' yang menimpa Jeongin. Perlahan, Jeongin membuka matanya. Pandangannya yang buram lama-lama jelas, suara yang mulanya terasa jauh perlahan menjadi normal. Jeongin sudah sepenuhnya sadar.

Ia menolehkan kepalanya, sedikit banyak ia berharap Hyunjinlah yang menemaninya, namun apa daya? Chrislah yang menolongnya tadi.

"K-kak Chris..." ucap Jeongin lemas. Mulutnya terasa begitu kering.

Chris yang tertidur seketika terbangun, "Jeongin?!"

Teriakan Chris membuat Jeongin kaget setengah mati, "Masih sakit? Di bagian mana yang sakit?!" tanya Chris sambil menggoyang-goyangkan badan Jeongin.

"Kak─"

"Gimana Jeong? Mau Kakak beliin gorengan? Indomie rebus? Apa mau Tongji? Jawab Jeong! A-atau ada yang sakit?!" Chris kalap.

Jeongin terkekeh, "Kak, kalau hati aku yang sakit gimana?" tanya Jeongin saat tak sengaja melihat Hyunjin menggandeng laki-laki manis melewati UKS.

👉👈

Ai kambek, miss mi?
Spam komen and vote!!

X [ Hyunjeong ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang