Dua (Novel Version)

183K 12.2K 227
                                    

Tara masih memikirkan tentang asisten yang cocok untuk si Tengil. Sudah segala macam orang ia coba pilihkan untuk menjadi asistennya. Tapi tidak ada satu pun yang bertahan lama karena dengan angkuhnya si Tengil main pecat begitu saja. Rasanya ingin Tara menyerah. Namun kalau itu terjadi, dia akan semakin kerepotan karena makhluk tengil itu pasti menjadikannya asisten. Apalagi proses syuting film terbaru Daniel sudah mulai berjalan hingga keberadaan seorang asisten sangat diperlukan.

Sudah lewat hampir dua minggu, Tara belum juga menemukan asisten yang cocok untuk adiknya. Tara bingung, Daniel itu banyak sekali maunya. Dia lebih banyak tidak cocoknya ketimbang cocoknya. Laki-laki menyebalkan itu lebih banyak tidak suka ketimbang sukanya. Si Tengil sangat pemilih dan tidak suka berhubungan dengan orang banyak. Ia menginginkan asisten yang bisa mengerjakan semuanya, mengerti semua keinginannya—bahkan Tara sendiri tidak tahu keinginannya apa saja. Intinya, Daniel memerlukan asisten yang bisa mengimbangi kesempurnaannya.

Tapi coba saja pikir, cari di mana asisten yang seperti itu? Daniel terlalu menginginkan segala sesuatu dengan sempurna. Sedangkan di dunia ini tidak ada yang sempurna kecuali keinginannya. 

"Asisten yang gue mau adalah yang bisa masak, bisa bersihin rumah, nggak banyak omong, seleranya bagus, nggak genit, nggak suka pegang-pegang gue sembarangan, nggak ceroboh. Dan yang paling penting, cocok sama gue."

Sebenarnya tidak begitu susah mencari asisten yang seperti itu, hanya saja, TIDAK ADA yang cocok dengan si Tengil. Tara tidak tahu makhluk jenis apa yang cocok dengan adiknya.

Masa bodoh, lah! Kali ini ia akan asal pungut saja mencari asisten untuk adiknya itu. Yang penting, selama seminggu, laki-laki tengil itu tidak merepotkannya. Biar saja dapat asisten yang setiap minggu pecat.

Tapi, dia harus mencarinya ke mana?

"Mas, bantu aku, dong. Aku udah pusing banget ini sampe kepalaku nyut-nyutan cuman untuk cari asisten si Tengil." Tara meluapkan kekesalannya pada Yoga—suaminya.

"Iya, Sayang. Mas kan juga lagi bantu cari. Bahkan Mas udah minta tolong sama Herman supaya ikut bantu cari." Yoga menyebut nama teman sekolahnya sekaligus manajer restoran miliknya.

"Pokoknya dalam minggu ini harus dapet ya, Mas. Aku udah nggak tahan jadi manajer merangkap asisten si Tengil. Bisa botak ini kepalaku lama-lama."

"Iya, Sayang. Mas bantu. Udah jangan marah-marah terus, nanti kamu botak beneran."

"Mas!" 

(*_*)

Sudah hampir dua bulan sejak Clarissa pergi dari rumah. Gadis itu hanya berdiam diri di kamar indekosnya setelah sebulan yang lalu terpaksa harus keluar dari hotel karena uangnya menipis. Tanpa melakukan apa pun selain menonton drama Korea, membaca novel-novel roman yang dibawanya, dan hanya keluar untuk mencari makan, Clarissa merasa bosan. Clarissa pikir ia takkan bosan melakukan kegiatan yang selama ini selalu dicibir papanya. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk keluar dan menuju restoran yang biasa didatanginya untuk makan siang.

Kabur dengan kesombongan luar biasa hingga nekat meninggalkan kartu-kartu dari Papa dan hanya membawa uang cash di dalam dompet serta tabungannya, Clarissa kini meratapi dompetnya yang hanya tersisa selembar uang—hanya cukup untuk membayar makanan yang dipesannya. Lalu bagaimana ini? Yah, salahnya juga yang hanya berleha leha tanpa mencari kerja. Tapi rasanya ia sudah berhemat sedemikian rupa. Mungkin memang dasar perutnya saja yang selalu menginginkan makanan mahal. Walau Papa terkesan hanya sayang pada Clarinna, tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini kehidupan Clarissa selalu tercukupi bahkan berlebih. Makan tinggal makan, mau belanja tinggal gesek kartu tanpa perlu repot-repot memikirkan dari mana asal makanan serta uang-uang yang dibelanjakannya itu. 

Romankasa [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang