Empat (Novel Version)

156K 11.8K 441
                                    

Daniel menyesap kopinya perlahan. Enak. Sangat enak. Kopi buatan gadis ini sangat enak. Daniel masih menyesap kopinya sampai melihat Clarissa duduk di sampingnya. Aktor itu mengernyit tak suka saat dengan santainya Clarissa duduk tanpa meminta izinnya terlebih dahulu. Namun ketika melihat wajah memohonnya, Daniel sedikit merasa kasihan. Wajahnya terlihat tulus. Daniel tahu itu. Clarissa adalah gadis polos dan lugu yang entah apa alasannya terdampar di ibu kota. Wajahnya mudah sekali terbaca.

"Lo tahu kesalahan lo apa aja hari ini?" tanya laki-laki itu, mengalihkan tatapannya ke samping. Dari sini ia benar benar bisa menatap wajah memelas Clarissa.

Clarissa mengangguk cepat, kemudian menjawab, "Aku benar-benar nggak tahu pakaian seperti apa yang akan Mas Daniel kenakan pagi ini."

"Cuma itu?"

Clarissa mengangguk ragu-ragu sekaligus bingung. Sedang Daniel, laki-laki itu tersenyum sinis kemudian mengacungkan jari telunjuknya di udara. "Pertama, lo udah ganggu ketenangan tidur gue."

"Tapi kan memang sudah jam tujuh. Kak Tara bilang aku mulai kerja jam tujuh." Clarissa menjawab ucapan Daniel cepat. 

"Oke, itu gue maklumin. Kedua, lo salah pilih baju gue. Dan—"

"Aku benar-benar minta maaf, Mas. Aku—"

"Lo bener-bener, ya! Jangan suka potong ucapan orang seenaknya!" Daniel membentak kemudian mengembuskan napas jengkel. Baru kali ini asisten yang pertama bekerja sudah berani memotong ucapannya. Tatapan kesalnya masih menajam menatap gadis di depannya yang kini menunduk semakin dalam. "Ketiga, lo dengan lancangnya duduk di samping gue tanpa izin!" lanjut laki-laki itu mengeluarkan segala kekesalannya.

Clarissa yang menyadarinya segera bangkit dan beranjak menjauh dari Daniel. Sebelumnya ia ingat, Tara pernah memberi peringatan padanya bahwa Daniel tak suka berdekatan dengan orang asing.

Daniel yang semula kesal luar biasa, menatap heran sekaligus geli mendapati Clarissa dengan wajah paniknya berdiri telalu jauh darinya. Ditambah dengan wajahnya yang kian menunduk sehingga rambut panjangnya menjuntai dan menutupi sebagian wajahnya.

Persis seperti kuntilanak, batin Daniel.

"Dan yang paling menyebalkan, lo panggil gue Mas! Lo pikir gue tukang mie ayam?!" lanjut Daniel yang masih belum usai mengeluarkan kekesalannya.

Clarissa kian menunduk menyadari bahwa ternyata di hari pertamanya bekerja banyak sekali kesalahan yang   ia buat. Namun mengenai panggilan, dirinya pikir itu tak salah. Asalnya dari Yogyakarta, dan panggilan itu adalah panggilan umum di sana. Gadis itu biasa memanggil laki-laki dengan sebutan 'Mas'—kecuali Arion yang sejak kecil sudah dipanggil Mas tanpa Clarissa tahu apa alasannya. Clarissa pikir di Jakarta juga sudah termasuk hal yang umum. Lalu mengapa Daniel mempermasalahkannya?

Clarissa masih terdiam. Begitu juga dengan Daniel yang kini sibuk dengan kunyahan omelette miliknya. Clarissa tidak buruk memasak, pikirnya. Meski hanya omelette, tapi ini sangat lezat. Oh, jangan lupakan kopi yang telah kandas. Itu juga sangat enak dan pas di lidahnya. Sama seperti buatan neneknya. Apa ia biarkan saja Clarissa bekerja di sini? Lagi pula gadis itu melakukan kesalahan karena ini hari pertamanya bekerja bukan?

"Kali ini lo gue maafin. Mungkin sebaiknya kita mulai sesi wawancara sekarang." Daniel telah memutuskan untuk memberi Clarissa kesempatan. Laki-laki itu bangkit dari duduknya dan menuju ruang tamu, duduk pada sofa di sana. Clarissa yang tadi mengikutinya kini tengah berdiri dengan jarak yang ia buat agar tak terlalu dekat dengan Daniel.

"Duduk," perintah Daniel setelah melihat Clarissa yang berdiri jauh darinya masih dengan tertunduk. Clarissa pun menurut, mengambil tempat di sofa tepat depan Daniel.

Romankasa [Terbit]Where stories live. Discover now