Olympus

159 22 0
                                    

"Ayo cepat! Festivalnya sudah dimulai!" Aku dan dua temanku berlarian dengan bersemangat. Ini adalah festival yang biasa diadakan kaum kami. Jajanan dan pernak-pernik lucu lainnya berjejer disepanjang jalan. Aku, Erianthe dan Sabrina menatap takjub dengan semuanya.

"Woah, aku tidak percaya. Ini lebih baik dari tahun sebelumnya" Sabrina tidak henti-hentinya memperhatikan, sama halnya denganku. Sementara Erianthe dia tidak terlalu tertarik dengan acara semacam ini. Jika kami tidak memaksa anak itu, mungkin dia akan melanjutkan tidurnya sepanjang malam ini. Heol.

Kami mengenakan jubah masing-masing lalu menutup kepala kami dengan tudung jubah. Festival sudah dimulai lima menit yang lalu, dan kami ikut dibarisan para kaum kami yang lain.

Walikota sedang memberikan kata sambutan sebelum acara inti dimulai. Sebagian ada yang mendengarkan, dan sisanya hanya menguap bosan. Aku menyenggol Sabrina dan berbisik padanya, bahwa ada pria dari kaum Taron(*) yang sedang menatapnya dan dia hanya melotot kepadaku.

"Seriusan, Hwang? Kau ingin menjodohkan ku dengan dia?" Aku terkekeh mendengar ucapan setengah berbisik Sabrina, yang penuh penekanan.

"Demikian sambutan yang saya berikan. Nikmati festival ini dan harap bersenang-senang".

Akhirnya pak Walikota menyudahi omong—kosong—tidak—bergunanya, dan kami lantas menikmati parade dan juga atraksi lainya dari masing-masing kaum.

Di desaku setiap beberapa tahun sekali memang seringkali mengadakan festival. Karena keberhasilan Olympus(*) yang terus mengusir para musuh dari wilayah kami.

Dan sebagai imbalannya, Pemerintah memberikan kesenangan berupa festival semacam ini. Dan para penjaga hebat itu akan di perkenalkan kepada warga lainnya.

Aku dan anak-anak yang lain sedang belajar di sekolah akademi yang dibangun oleh Pemerintah, kami di didik untuk menggantikan para Olympus senior nantinya. Dan kami sering sekali mengintip kegiatan para Olympus senior di salah satu tempat khusus mereka.

Aku belajar sesuai apa yang di arahkan oleh sang master disana, sementara Sabrina dia lebih sering mengomentari dan memuja para Olympus tampan disana ketimbang mendengarkan arahan sang master.

Lalu, Erianthe?

Dia lebih sering mendengarkan sang master yang ahli dalam mengatur strategi, sangat pintar dalam mengingat dan dia juga mahir dalam menggunakan belati.

Kembali ke festival sekarang, Aku dan Sabrina menari ditengah-tengah kemeriahan festival ini , dan Erianthe duduk disalah satu kedai minuman paman Gerald. Ah dia sungguh tidak seru.

Sementara Aku dan Sabrina tengah asyik menikmati alunan musik khas dari desa kami, tiba-tiba ada seseorang yang tidak jelas lari dan menabrak kami. Maksudku,  hanya aku yang ditabrak oleh seseorang yang tidak punya mata untuk melihat itu.

Sabrina membantuku untuk bangkit dan mengusap baju ku yang lusuh. Sebelum aku akan mengeluarkan sumpah serapahku, orang itu buru-buru kabur. Aku yang sudah naik pitam, dengan gemas berlari untuk mengejarnya.

"Tiffany! Sudah hentikan, biarkan orang itu pergi!" Sabrina berteriak dari kejauhan. Sementara aku tidak memperdulikan hal itu dan terus fokus mengejar si brengsek yang tidak tahu cara beretika dengan baik.

Baiklah Aku menyerah. Nafasku mulai tersendat, sepertinya aku harus beristirahat. Orang itu cepat sekali larinya, lebih cepat dari singa yang ingin kawin.

Aku menyandarkan tubuhku disalah satu pohon, mengambil botol air yang tersampir di ikat pinggangku lalu meneguknya. Mengatur nafasku secara teratur.

Tarik nafas—lalu hembuskan—tarik nafas lagi—lalu hemb—

Tunggu.

Dari tadi dua temanku tidak ada yang ikut mengejar?

Dan aku sekarang ditempat yang entah berantah ini sendirian?

Ah sial. Aku memukul kepalaku sendiri. Kebiasaan burukku tidak pernah hilang. Sifat keras kepalaku tak pernah lenyap dari diriku. Aku bangkit dan berniat untuk kembali ke festival, tetapi sesuatu menahan kakiku. Kutolehkan kepalaku kebelakang, dan kulihat sepasang tangan keriput sedang memegang kakiku.

Demi sempak naga! Itu hanya tangan keriput yang mencuat dari seonggok pohon? Yang benar saja. Dengan gerakan brutal aku melepaskan cengkraman tangan keriput itu, dan pergi kalang kabut dari sana.

***

"Dimana Tiffany?" Gadis dengan potongan rambut sebahu datang menghampiri perempuan yang tengah asik bercumbu dengan kaum Taron.

"Uh? Entahlah, tadi dia pergi mengejar seseorang yang menabraknya"

"Dan, kau tidak ikut dengannya?"

"Mengejar seseorang yang tidak berurusan denganku, untuk apa?"

"Teman macam apa kau?"

"Bisakah kau diam, Erianthe? Aku sedang punya urusan disini, lebih baik kau kembali ke kursi bar sana ketimbang menggangguku" Wanita dengan rambut ke emasan itu kembali mencumbu laki-laki yang lebih pendek darinya. Sementara Erianthe hanya menggelengkan kepalanya lalu pergi dari kedai paman Gerald untuk mencari kawannya yang lain.

Sementara ditempat lain, Tiffany sedang berjuang melepaskan diri dari lilitan akar bertangan yang menyerangnya. Dia dengan sekuat tenaga melepaskan lilitan itu, namun gagal karena belati yang ia gunakan terlempar begitu saja. Dia masih terus berjuang untuk melepaskan diri sembari meminta pertolongan pada siapapun yang ada.

.
.
.
.
.
.
.
.
Tadaaa.. gak ngerti ini apaan. Hanya sedang gabut. Tdk ada kelanjutan apapun setelahnya..

Kabur ah..

SHORT STORY (TAENY)Where stories live. Discover now