Chapter 2 - Tragedi

4.1K 216 3
                                    

Chapter 2
Tragedi

Nirva menggeleng untuk menjawab pertanyaan Sangguni. Tubuhnya memang sakit, tapi hatinya jauh lebih sakit. Sejenak pria tampan itu hanya terdiam dengan bibir yang sedikit bergetar. Nirva takut kalau dirinya memaksakan untuk bicara maka suara isakan akan tanpa sengaja lolos dari mulutnya. Menitikan air mata di depan gadis yang baru ia temui saja sudah menghancurkan harga dirinya sebagai seorang pria apalagi kalau sampai terisak.

Sangguni juga ikut terdiam menunggu Nirva bicara. Walaupun ia hidup sendirian di dalam hutan, Sangguni cukup mengerti dengan keadaan Nirva. Pria tampan itu pasti telah mengalami hari yang sangat buruk hingga bisa sampai ke dalam hutan dengan banyak luka.

"Istriku meninggal dalam kecelakaan."

Sangguni mendengarkan. Nirva sudah mempunyai istri? Oh, tentu saja. Sudah pasti bayi itu berasal dari istrinya.

"Di tengah perjalanan dari rumah di Jakarta menuju vilaku di Bandung, ada sebuah mobil yang terus mengikuti mobil kami. Awalnya aku tidak terlalu curiga, tetapi ketika di jalanan yang sepi, mobil itu tiba-tiba menghantam mobil kami hingga kami mengalami kecelakaan. Aku yakin  kejadian itu bukan murni kecelakaan tapi ada unsur kesengajaan. Dan benar saja dugaanku, mereka kembali lagi untuk memastikan apa kami sekeluarga tewas atau tidak," Nirva menyeka air mata di wajahnya kemudian memeluk anaknya, "Istriku meninggal dalam kecelakaan itu, namun aku berhasil selamat. Dan sungguh sebuah keajaiban bayi kecil kami juga selamat. Mengetahui itu, orang-orang dalam mobil yang membuat kami kecelakaan pun akhirnya mengejarku."

'Setelah semua itu, kau dan bayimu hampir mati menjadi mangsaku,' Sangguni tersenyum, "Ya. Benar-benar sebuah keajaiban."

"Oh iya, apa kau melihat atau bertemu dengan orang-orang yang mengejarku?" Nirva menduga Sangguni tidak bertemu dengan orang-orang itu karena terbukti dengan dirinya yang selamat. Seorang gadis tentu tidak akan mampu melawan pria-pria yang mengejarnya.

"Aku melihat mereka pergi ke sisi hutan yang lain. Lalu aku mendengar suara teriakan orang-orang itu, sepertinya mereka telah dimangsa binatang buas," Sangguni kembali menyembunyikan seringaiannya. Berbohong sedikit tidak apa-apa kan? Dia tidak cukup gila untuk menceritakan yang sebenarnya, bisa-bisa pria tampan di hadapannya ini akan ketakutan setengah mati padanya.

"Bi-binatang buas? Di hutan ini ada binatang buas?" Nirva kaget mendengar perkataan Sangguni. Ia tidak mengira kalau di hutan yang dia masuki dengan keadaan berlumuran darah ternyata ada binatang buas. Nirva merasa sangat beruntung karena binatang buas itu tidak mencium bau darahnya. Kalau tidak, mungkin ia sudah dimangsa dan berakhir di perut binatang buas itu seperti nasib orang-orang yang mengejarnya, "Kalau benar mereka dimangsa binatang buas, akan percuma kalau aku melapor ke polisi," gumamnya.

Sangguni mengambil sekeranjang kecil berisi buah-buahan lalu duduk di sisi dipan, "Makanlah dulu, kau pasti lapar," Begitu Nirva mengangguk, Sangguni membantu pria tampan itu untuk duduk.

Nirva meringis merasakan sakit di tubuhnya ketika ia bergerak, "Terima kasih," ucap pria tampan itu sebelum mengambil sebuah pisang lalu memakannya. Nirva masih memikirkan istrinya, apakah jenazahnya sudah ditemukan orang dan dibawa ke rumah sakit atau bahkan sudah disemayamkan di rumah duka? Nirva memejamkan matanya sejenak, merasakan perih di hatinya karena harus berpisah dengan istri yang sangat ia cintai untuk selamanya dengan cara seperti ini.

"Kau baik-baik saja?" Sangguni bisa melihat kepedihan yang tergambar jelas di wajah Nirva.

Mendengar suara Sangguni, pria tampan itu kembali membuka matanya, memperlihatkan manik mata emeraldnya, "Aku harus segera kembali."

"Tapi kau masih terluka."

"Tapi aku benar-benar harus kembali. Aku ingin mengetahui keadaan jenazah istriku, setidaknya aku harus melihatnya untuk yang terakhir kalinya," nada suara Nirva sarat akan kesedihan. Melihat anaknya membuat dia semakin sedih. Anaknya harus kehilangan sosok seorang ibu bahkan ketika ia masih bayi.

SangguniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang