Chapter 7 - Rival

4.3K 320 64
                                    

Chapter 7 
Rival 

"Kita mau kemana?" Sangguni duduk memangku Damian di samping Nirva yang sedang fokus pada ponselnya. Sementara mobil yang mereka naiki terus melaju tanpa hambatan ke tempat tujuan yang sudah Nirva perintahkan pada supirnya. 

"Salon dan butik." 

"Apa itu?" Sangguni memiringkan kepalanya menatap Nirva. Sangguni memang beberapa kali pernah mendengar manusia khususnya wanita menyebutkan salon ataupun butik. Dan ketika mereka menyebutkan dua kata itu, mereka nampak senang, namun Sangguni sama sekali tidak tahu apa itu salon atau butik. 

"Salon dan butik adalah tempat memperbaiki penampilan. Di salon kita bisa menata dan merawat wajah, rambut maupun tubuh. Sedangkan di butik kita bisa membeli pakaian baru," Nirva menjelaskan tempat seperti apa itu salon dan butik pada Sangguni dengan sederhana agar gadis itu mengerti. 

"Kau ingin merubah penampilan?" 

Nirva menggeleng, "Bukan untukku, tapi untukmu," pria tampan bermata emerald itu merasa heran. Selain memiliki dua wujud, Sangguni seperti memiliki dua sisi sifat berbeda. Kadang ia bisa terlihat seperti gadis polos yang lugu dan tidak tahu apa-apa seperti saat ini, tapi kadang-kadang gadis cantik itu akan menjadi orang yang pintar, kuat dan terlihat licik, penuh dengan godaan seperti beberapa saat lalu. 

"Untukku? Kau ingin aku merubah penampilanku?" Nirva hanya mengangguk sebagai jawaban. Sangguni membuat gestur dengan tangannya agar Nirva mendekat. Pria tampan itu sempat terlihat ragu, namun akhirnya ia mendekat pada Sangguni. Sangguni berbisik di dekat telinga Nirva agar supir di depan tidak bisa mendengar apa yang ia katakan, "aku bisa merubah penampilanku dengan sekejap mata kalau kau mau. Tidak perlu ke salon dan butik." 

Nirva menggeser posisi duduknya, kembali memberi jarak antara dirinya dan Sangguni. Pria bermata emerald itu menatap Sangguni sambil mempertimbangkan apa yang dikatakan gadis cantik itu padanya, setelah beberapa saat akhirnya Nirva menggeleng, "Kita akan tetap ke salon dan butik. Bagaimanapun kau adalah seorang wanita. Kau harus merasakan apa yang wanita pada umumnya rasakan. Mereka sangat suka bila datang ke salon atau butik," Iya. Nirva persis mengatakan seperti apa yang ia pikirkan. Sangguni boleh saja seorang siluman, namum ia tetaplah seorang wanita dan Nirva ingin Sangguni merasakan apa yang wanita normal rasakan. Sedikit kebahagiaan seorang wanita. 

"Baiklah. Terserah kau saja," Sangguni berkata acuh tak acuh, namun sebenarnya ia merasa sedikit... katakanlah terharu dengan apa yang Nirva ucapkan. Setelah ia memperlihatkan wujud dirinya yang lain dan mengungkap jati dirinya sebagai seorang siluman, Nirva masih menganggapnya seorang wanita. Sangguni memandang Damian dalam gendongannya, menatap mata hijau bayi itu yang seperti milik Nirva, kemudian gadis cantik itu tersenyum. 

Nirva melirik Sangguni sekilas sebelum memalingkan wajahnya untuk menatap pemandangan di luar jendela mobilnya. Tidak bisa ia pungkiri bahwa ada rasa takut terhadap Sangguni. Dia memanglah seorang pria tinggi dengan tubuh tegap, terlihat tidak pantas takut pada seorang gadis dengan tubuh ramping dan hanya memiliki tinggi badan sebatas dadanya. Namun Sangguni bukanlah gadis biasa, ia adalah seorang siluman, sedangkan dirinya adalah seorang manusia biasa. Sangguni dipastikan bisa meremukannya hanya dengan satu tangan jika gadis itu berniat melakukannya. Karena rasa takut itulah awalnya Nirva ingin menjaga jarak dengan Sangguni, namun ketika mengingat makhluk yang waktu itu ia lihat berada disisi Gamal Ardiwinata, Nirva merasa kalau makhluk itu jauh lebih berbahaya dan menakutkan jika dibandingkan dengan Sangguni. Dan entah kenapa, Nirva merasa lebih aman untuknya jika ia bertemu dengan Gamal dan makhluk itu bersama dengan Sangguni. Jadi Nirva mengubah pikirannya dan memutuskan mengajak Sangguni untuk menemaninya makan malam memenuhi undangan calon kliennya. Katakanlah kalau Nirva memanfaatkan Sangguni, untuk kali  ini ia akui dan ia tidak peduli. 

SangguniNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ