Bukan Sekedar Bangga Disebut "Maha"siswa

268 9 1
                                    

Siapa Sih Mahasiswa Itu?

Dulu ketika saya awal-awal masuk kuliah pernah ditanya tentang pengertian dari mahasiswa oleh mahasiswa semester atas dengan terlihat bangganya bahwa dia sudah melakoni peran sebagai mahasiswa. Kala itu juga, dengan masih terbawa ideologi SMA saya menjawab dengan implisit mengenai apa itu mahasiswa. Namun, secara gamblang dia mencoba meluruskan bahwa yang dikatakan "mahasiswa itu adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral yang dapat digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sosial. Karena mahasiswa adalah orang-orang yang selalu berpikir kritis dan sebagai agent of change serta agent of social control." Kurang lebih begitulah. Akan tetapi yang jadi persoalannya apa dia sudah tahu apa makna dari kedua label bagi mahasiswa tersebut dan apakah dia sudah merasa mampu menjalankannya??

Itulah pemikiran saya yang muncul namun enggan aku tanyakan dan kucoba cari tahu sendiri. Tapi, sampai sekarang saya masih belum bisa menemukan jawaban yang memuaskan. Malah hanya timbul dan merasakan sikap kritis yang pada saat ini saya juga menyandang status sebagai "mahasiswa" yang sebenarnya memiliki artian secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cukup sederhana sekali, yaitu "orang yang belajar di perguruan tinggi". Secara umum berbeda dengan kata "siswa" yang digunakan sebagai sebutan untuk pelajar pada tingkat di bawah universitas atau perguruan tinggi.

Terlepas dari itu, sebenarnya jika ditengok lebih dalam ternyata mahasiswa terdiri dari dua suku kata yang digabungkan. Yaitu ada kata MAHA di depan kata "siswa". Jadi mahasiswa sebenarnya merupakan sebuah kata yang mengandung makna yang besar di dalamnya. Karena awalan -maha- membuat di atas segalanya.Mungkin juga karena memikul beban berat itu, makanya ada yang namanya mahasiswa tahun akhir (Just intermezo).

Namun uniknya, penamaan seperti ini hanya terdapat di Indonesia, sedangkan di luar negeri, khususnya dalam bahasa Inggris, "siswa" pada semua tingkat pendidikan disebut dengan student, atau terkadang ditambahkan college student dan tidak dinamai dengansuper student atau ultra student, bahkan great student. Begitu jugabahasa arabnya mahasiswa adalah thulabiy, sama dengan bahasa arabnya siswa. Kok tidak menggunakan terminologi akbaru thulabiysebagai kata ganti mahasiswa. Dan lafadz "Maha" sendiri pun biasanya disandingkan dengan nama-nama Tuhan (e.g Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Esa, dsb).

Terus kenapa di Indonesia demikian? Terlepas dari dogma budaya ataupun bahasa di Indonesia, hal ini memiliki filosofi besar yaitu adanya sebuah harapan khusus bagi mahasiswa Indonesia untuk bisa memiliki karakter seorang "Maha"siswa, seorang yang tidak pernah terbatas hasratnya untuk bisa menuntut ilmu.

Karena ditinjaui dari sudut terminologi, Maha = sebutan bagi sesuatu yang tidak terputus dan terus-menerus bagi yang disifati. Siswa = sebutan bagi penuntut ilmu. Sehingga, mahasiswa = penuntut ilmu yang terus-menerus dan tidak pernah terputus, tidak terhenti, atau terus menerus menuntut ilmu, tidak henti-hentinya menuntut ilmu. Dalam bahasa yang mudah, mahasiswa = belajar terus-menerus. Bisa dilihat saja, meskipun sudah menempuh studi S2, doktor, maupun professor di sebuah universitas, dia masih bertitel mahasiswa. Karena juga, mahasiswa adalah status dalam kasta teratas (jenjang tertinggi) di dunia pendidikan.

Mahasiwa Dahulu dangan Sekarang

Saya rasa cukup, pembahasan saya mengenai akar kata mahasiswa berdasarkan segi etimologi maupun terminologinya beserta filosofinya. Sekarang jika dipikir-pikir, memang apa sih kerennya jadi mahasiswa? Kesadaran ini berbicara; "Kamu pikir kamu keren kalau jadi mahasiswa? Dengan jas almamater yang heroik kamu jadi bisa kembali ke sekolah kamu dan berkata dengan bangganya, "Saya sekarang mahasiswa loh..!!"

Itu memang salah satu bagian yang menyenangkan dan bisa dibanggakan. Tapi kalau sudah bangga, terus apa yang kamu dapatkan dari kebanggaan tersebut? Mungkin cuma itu saja.

Namun, kini ironi seringkali kita jumpai di era modern ini tak jarang mahasiswa seakan lupa akan tanggungjawabnya sebagai tumpuan harapan. Selain tugasnya untuk belajar, keadaan negeri yang menegenaskan ini menuntut peran mahasiswa lebih dominan. Lebih dari itu yang tak kalah menyedihkan adalah maraknya gaya hidup hedonis di kalangan mahasiswa. Mereka dengan bangganya menghambur-hamburkan uang, melanggengkan pergaulan bebas, meniru budaya-budaya permisif barat yang kian menggerus etika dan moral.

Begitulah potret kebanyakan mahasiswa masa kini. Beda dengan mahasiswa pada zaman dulu. Meski dengan latar belakang,kegemaran dan orintasi yang berbeda, mahasiswa senantiasa menjadi motor penggerak perubahan. Keinginan yang kuat dalam menyongsong masa depan dan keterbukaannya melihat beragam sisi kehidupan, mendorong mahasiswa bangkit dari tiap keterpurukan. Tak berlebihan juga jika ada istilah "pemuda adalah tulang punggung bangsa". Dengan pedoman yang dimilikinya tersebut, mahasiswa akan selalu senantiasa berada dalam jalur netral serta terus memikirkan rakyat, berjuang menjalin persatuan, menegakkan keadilan, dan mampu tampil menjadi garda terdepan memegang kendali sebuah peradaban.

Jadi, setelah berefleksi pada sejarah kini bukanlah saatnya lagi mahasiswa mementingkan dan memikirkan dirinya sendiri. Bangsa ini tak memerlukan mahasiswa yang sekarang banyak seakan-akan menjadi robot yang hanya cepat dalam menyelesaikan soal-soal ujian dalam perkuliahan, namun tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan dalam bangsa ini. Akan tetapi, bangsa ini membutuhkan mahasiswa yang cekatan bekerja dan kekritisan berfikir yang disertai rasa tanggung jawab. Semacam ini akan menjadi penyejuk bagi zaman yang semakin "edan" ini. Yang mana menghadapkan kita pada beragam persoalan yang kian kompleks

Mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kreativitas mengembangkan diri dalam membangun masyarakatnya. Bangsa ini membutuhkan pemikir dan pemimpin yang peduli dan memiliki integritas. Sebab, sudah seharusnya mahasiswa memiliki pemahaman persoalan bangsa dan memiliki kadar intelektual yang bisa diandalkan. Saatnya mahasiswa maju, singsingkan lengan baju. Hilangkan fanatisme kepentingan kelompok maupun individu. Mahasiswa mesti mengedepankan persatuan demi sebuah perubahan. Kalau bukan kepada mahasiswa, kepada siapa lagi rakyat berharap?

Pesan Buat Mahasiswa

Tenyata kontradiktif sekali mahasiswa masa kini dengan mahasiswa pada zaman dulu. Kira-kira apa sebabnya? (Jawabannya sebenarnya ada di lingkungan sekitar kita). Saatnya, buat para penbaca yang merasa dirinya adalah mahasiswa khususnya bagi kamu yang baru lulus SNMPTN atau segala bentuk ujian masuk perguruan tinggi lainnya. Apakah kamu sekarang berani janji berkontribusi untuk pembangunan bangsa selama jadi mahasiswa? Atau sudah cukup bangga dengan terlekat label mahasiswa?

Jangan sampai konsep berpikir seorang mahasiswa sama saja dengan mereka yang tidak sekolah. Bangun idealisme selama menjadi mahasiswa. Karena kesempatan terakhir untuk membangun idealisme itu ketika berada di kampus. Setelah lulus, kalian akan menikmati dunia nyata yang sangat kejam dan pragmatis.

Jadi mulai sekarang dan seterusnya, kita bangun konsep berpikir yang dewasa. Jangan bangga dulu menyandang status mahasiswa. Toh percuma nanti di hari wisuda, para alumni itu hanya menambah daftar pengangguran negeri ini. Yang bukannya membuka lapangan pekerjaan malah ikut menjadi kompetitor yang merebutkan kedudukan duniawi.

Jika para mahasiswa masih stagnan dengan cara pandangnya yang demikian itu, maka kata "Maha" pada mahasiswa apakah pantas disandangkan pada mereka? (Muhasabah binnafsi)

Hidup Mahasiswa....!!!

APA KABAR INDONESIA ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora