Bukan Fans

332 16 0
                                    

[REVISI: 21.08.2019]

"Ting Tong!"

     Bel rumah Eru menjerit nyaring.

"Aissh, siapa sih? Mengganggu tidur siangku saja!".

Ogah-ogahan, Eru membukakan pintu.

"Annyeonghaseyo!*" (*hallo/apa kabar)

Eru terkejut dan mundur selangkah demi mendengar sapaan itu. Kedua alisnya merapat, tanda sedang mengendalikan kesal.

     Sesaat kemudian dirinya hanya bisa terdiam, menahan nafas. Gadis bersuara renyah itu sekarang ada dihadapannya.

"Maaf, sepertinya aku mengejutkanmu".

Gadis itu tersipu malu sembari membungkukkan badan. Eru hanya terpaku ditempat. Demi segala yang disayanginya - jika masih ada -, Eru rela menukarkannya dengan suara milik gadis ini.

"Hallooow..".

Gadis itu melambai-lambaikan tangannya tepat didepan wajah Eru, meminta respon. Eru terkejap. Berdehem sesaat untuk mengembalikan sadarnya.

"Ada perlu apa?", tanya Eru datar.

Eru melempar pandang lurus ke halaman luar rumah, tak ingin menatap gadis itu. Hal mudah, karena gadis itu hanya setinggi dagunya.

Gadis itu tak menghiraukan nada tak bersahabat yang dilontarkan Eru. Tersenyum lebar, diacungkannya bungkusan yang sedari tadi ditentengnya.

"Apa ini?"

"Kue. Tanda perkenalan. Aku membuatnya sendiri. Semoga oppa* suka." (*kakak lelaki/panggilan sopan pada lelaki yang lebih tua)

"Aku tak suka kue..", tolak Eru.

"Bohong!" Seru gadis itu sambil menerobos masuk kedalam rumah.

"Oppa, dapurmu dimana?" Tanya gadis itu sambil terus berjalan dan mencari-cari.

"Ah! Ini dia!" Serunya, tanda telah menemukan dapur yang dicarinya.

Eru menyusul. Raut wajahnya tampak terganggu, kelakuan gadis ini baginya tak sopan.

"Yha! Cepat kau kelu-", tak selesai kata-kata itu terucap.

Gadis itu menatap Eru dengan sedikit takut. Kedua bola mata mereka beradu, coklat dengan coklat.

     Eru menutup mulutnya lalu menghempaskan diri, duduk di kursi meja makan. Keinginan mengusir gadis itu telah sirna. Tak tega.

"Ini, oppa, makanlah.."

Sambil tersenyum, gadis itu menyodorkan piring berisi sepotong kue. Aroma dari kue itu sangat Eru kenal.

"Pisang?", tanya Eru.

"Ya, cake pisang..", gadis itu menjawab keheranan Eru.

"Ayo oppa, kenapa bengong?"

Gadis itu mengambil sepotong kecil dan menyuapkannya ke mulut Eru. Lelaki itu tampak risih dan berusaha menepis namun akhirnya membuka mulutnya, menerima sepotong kue itu.

     Gadis itu tersenyum puas.

"Enak?"

Eru menjawab tanya sang gadis dengan anggukan. Tapi dirinya tak bohong, kuenya memang enak.

"Aku tahu oppa akan menyukainya.." Ujar gadis itu dengan riang, sambil ikut menyuap kue.

"Kenapa kau begitu yakin?", tanya Eru, lagi-lagi merasa heran.

"Karena oppa suka pisang. Dan aku sudah menakar agar kuenya tak terlalu manis. Oppa tak suka kue yang terlalu manis, kan?"

Eru terperanjat.

"Kau.. Fans ku?"

Gadis itu menggeleng. Sesuap lagi kur masuk ke mulut kecilnya.

"Tapi aku menyukai oppa..", sambung gadis itu sambil tersipu.

Terlambat. Gelengan sang gadis terlanjur melukai harga diri Eru sebagai seorang musisi terkenal yang seharusnya mempunyai banyak fans.

"Lalu, kenapa kau tahu kesukaanku? Dan tahu apa yang tak kusuka?"

Eru mencecar, tak percaya pada gadis itu.

"Oppa.. Kau, lupa padaku?", gadis itu tampak tertegun sesaat.

"Ne?*" (*ya?)

Raut bingung tergambar jelas di wajah Eru. Gadis itu tersenyum kecil, dia maklum.

"Ellena, oppa. Aku Ellena.."

Gadis yang bernama Ellena itu berusaha mengingatkan Eru. Tetap, Lelaki itu tetap tak mengenalinya. Ellena tampak sedih.

"Ah, baiklah. Aku harus pulang sekarang,"

Ellena beranjak setelah melirik jam di dinding dapur.

"Oppa, sampai jumpa lagi!" Pamit Ellena sambil melambaikan tangan.

Eru menjawab tergagap. Otaknya sedang berkelana, masih mencari, berusaha membuka kantong memorinya, berbekal sebuah nama. Ellena.
###

ELLENAWhere stories live. Discover now