Jalinan Keakraban

211 11 0
                                    

[REVISI: 21.08.2019]

"Ting Tong!"

Aish! Eru tak pernah bisa menyukai bunyi berisik bel pintu rumahnya. Keinginan mengganti bel itu dengan yang bersuara lebih merdu tak pernah terlaksana.

Ya, kemalasan lah sumber alasannya.

    "Eru oppaaa!"

Ellena berteriak karena pintu tak kunjung dibuka.

"Ya, ya.. Sabarlah..", sahut Eru sambil membukakan pintu.

Ellena dengan cepat masuk dan mengamit lengan Eru.

    "Oppa, sudah makan siang?"

Eru hanya menjawab tanya itu dengan gelengan kepala seperlunya.

"Ah, kebetulan. Aku habis belanja. Ayo, lunch bersama.."

Dengan riang Ellena menenteng tas belanjaannya menuju dapur.

Sekali lagi, Eru hanya bisa mengikuti gadis itu dari belakang. Dirinya belum bisa mengingat siapa gadis itu sebenarnya.

Namun saat ini, tak ada lagi kesal. Entah, dirinya seperti melegalkan segala tindakan 'ilegal' Ellena yang mengacak isi dapurnya, memakai segala properti di dapur selayaknya itu miliknya.

    Ellena memasak japchae* untuk makan siang. Lezat. Eru makan dengan lahap. (*makanan khas korea)

"Kau, seorang chef, ya?" Tanya Eru tanpa bermaksud memuji.

Namun tampaknya, Ellena menanggapinya secara berbeda. Gadis itu tersipu, wajahnya merona.

"A..aniyo*. Oppa bisa saja..", sahut Ellena pelan. (*tidak/bukan)

Kikuk, Ellena tanpa sadar terus menyuapkan japchae ke mulutnya yang sudah penuh.

Wajah Ellena yang semburat memerah, ditambah tingkah kikuknya itu, membuat Eru tak dapat menahan tawa. Sungguh! Gadis ini lama-lama menggemaskan!

"Eiii! Oppaaaa!"

Tak terima ditertawakan, Ellena berusaha mencubit lengan Eru. Hal itu semakin membuat Eru terbahak.

Sambil menghindari cubitan gadis itu, Eru balas melayangkan cubitan pelan di hidung Ellena. Kena! Gadis itu semakin keras menjerit dalam gelak tawanya.

"Oppaaaaa!!"

Alhasil, mereka berlari mengelilingi meja makan dan dapur. Eru mengelak berkali-kali, membuat Ellena lelah. Terengah, gadis itu duduk kembali sembari mengatur nafas.

  "Ellena-ya*, kau tak apa?" (*partikel pendamping setelah nama)

Eru tampak khawatir. Bulir keringat tampak berdesakan di kening gadis itu.

"Tak apa..", sahut Ellena sambil terus terengah.

"Tapi kau berkeringat banyak sekali. Wajahmu juga sedikit pucat.."

"Tak apa. Oppa, aku harus pulang. Bye.."

Tanpa menunggu jawab dari Eru, Ellena berlari pulang.

"Ellena-ya...", seru Eru dalam kesia-siaan, karena kepergian gadis itu tak tercegah.
###

ELLENAWhere stories live. Discover now