Sangkar kaca

192 10 0
                                    

[REVISI: 21.08.2019]

     "OPPA!"

     Teriakan itu jelas terdengar, menyentak Eru kembali dari lelapnya. Badannya kaku, dia tertidur di lantai sepanjang malam.

     Tunggu! Tadi itu..

     Suara yang memanggilnya itu..

     Ellena?

   Eru berlari, secepat mungkin menuruni tangga, menuju pintu depan dan membukanya. Dia berharap menemukan Ellena disitu, tersenyum padanya, seperti hari-hari sebelumnya.

     Kosong. Tak ada siapa-siapa.

     Apakah dia bermimpi? Tapi suara itu jelas terdengar di telinganya. Suara renyah dari gadis yang dirindukannya.

     Aissh! Eru mengacak rambutnya. Lama-lama begini, dia bisa gila!

     Menatap rumah seberang, Eru mengikis gunung keraguannya. Dibulatkannya tekad. Dilangkahkannya kaki menuju rumah bercat putih itu, lalu menekan belnya.

     Hening. Eru menekan bel sekali lagi. Terdengar langkah kaki dari dalam dan tak lama pintu dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Itu ajjuma yang dulu mengomeli pekerja yang memecahkan cermin.

     "Ada perlu apa?"

     Wanita paruh baya itu memandanginya Eru dari atas hingga bawah. Kagum akan ketampanan lelaki itu.

     "Annyeonghaseyo. Ajummoni*, Ellena ada?" (*bibi/wanita yang sudah menikah)

     Eru membungkukkan badan dan bertanya dengan sopan. Wanita paruh baya itu tampak tertegun.

     "Ell.. Ellena?", ulangnya tergagap.

     Eru tersenyum dan mengangguk.

     "Sudah beberapa hari dia tak kelihatan. Apa dia sakit?", tanya Eru lagi.

     "Emm, dia.."

     Wanita paruh baya itu tampak serba salah. Mendadak hati Eru mencelos. Gelisah tak terperi.

     "Dirumah sakit..", Wanita paruh baya itu menjawab lemah.

     Eru tertegun sejenak. Ketika sadar sudah kembali padanya, secepat kilat Eru pamit dan kembali ke rumah. Diraihnya kunci dan melajukan mobilnya ke rumah sakit.

     Eru bahkan langsung tahu rumah sakit mana yang dimaksud. Kenangan yang membanjir, menuntunnya, layaknya melakukan sesuatu yang sudah biasa.

     Sudah terbiasa.

     Isi perut Eru berpilin, sensasi yang menjalarkan rasa dingin, merayap hingga ke telapak tangannya yang berkeringat. Kegelisahan dengan kejam menghujam tepat dijantungnya.

     Semoga dia belum terlambat!

     "Oppa, ini kamarku, rumahku. Kata dokter, aku bebas menatanya.."

     Terngiang kata-kata Ellena saat itu, saat Eru pertama kali mengunjunginya. Eru yakin, disanalah gadis itu sekarang berada.

     "Suster, pasien bernama Ellena, diruang mana?", tanya Eru terengah-engah, setengah berlari menghampiri meja suster jaga.

     Suster jaga menunjukkan arah dan Eru berlari mengikuti arahan tersebut, menuju ruang ICU.

     Langkah Eru perlahan tertahan. Nafasnya memburu, naik turun. Ketakutan bergelayut di wajah piasnya.

     Ada seorang lelaki duduk dikursi, tampak kuyu, dibalut kesedihan. Lelaki itu menoleh mendengar langkah Eru.

     "Kau, Eru?", tanya lelaki itu.

ELLENAWhere stories live. Discover now