Satu

6.3K 45 0
                                    

Petang telah tiba ketika Rian membuka pintu yang menghubungkannya dengan bubungan atap. Suguhan kerlap kerlip kota yang menyatu dengan kegelapan di langit plontos langsung menyita perhatiannya.

Udara dingin dan angin kencang menandakan sebentar lagi akan hujan, namun Rian tetap memutuskan untuk membenamkan dirinya pada lantai kotor di sebelah pintu sambil bersandar ke tembok.

Ia mengeluarkan pemantik dari dalam saku mantelnya, beberapa saat kemudian kepulan asap tembakau terbentuk memenuhi udara yang langsung tersapu bersih oleh dashyatnya hembusan angin malam di lantai 8. Dimuntahkannya semua asap itu ke udara hingga tak bersisa, namun rasa gatal dan panas yang memenuhi tenggorokannya tak hilang begitu saja.

Tiba-tiba saja muncul perasaan iri kepada para perokok. Ia selalu memerhatikan kala asap-asap sialan itu berhasil membuang kebimbangan rekan-rekannya di saat pikiran mereka sedang ruwet, atau suasana hati mereka sedang tidak baik. Hal itu tidak pernah berhasil ia lakukan, meski ia telah berusaha mencobanya. Paru-parunya selalu menolak kehadiran asap-asap itu di tubuhnya. Dibuangnya puntung yang masih menyala itu jauh-jauh.

Setidaknya Rian merasa bersyukur karena memiliki kontrol emosi yang menurutnya lebih baik daripada kebanyakan orang disekitarnya. Ia selalu paham bagaimana cara menghadapi masalahnya sendirian tanpa melibatkan orang lain, atau bahkan sepuntung rokok yang tidak berguna.

Ketika ia merasa lelah dengan beban pikirannya, ia biasanya akan berendam lama-lama di dalam bak mandi berisi air panas, menyalakan lilin-lilin beraroma menenangkan sambil mendengar lagu-lagu lama berirama pelan.

Atau, manakala rasa lelahnya belum terlampau menyiksa, ia akan berkendara keliling kota, menikmati udara malam sambil makan sekoteng panas di trotoar jalan, lalu bila sempat, mampir ke sudut-sudut kota di mana teman-temannya biasa berkumpul untuk sekadar berbincang soal betapa repotnya menghadapi istri-istri mereka yang cerewet, atau membanding-bandingkan kemolekan tubuh perempuan-perempuan muda di kantor mereka, hingga yang ada di film-film bahkan yang ada di imajinasi mereka sendiri.

Namun hari ini, kelelahan itu terasa berbeda.

Ada dorongan di dalam dirinya untuk melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Seperti saat ini, duduk di atas atap malam-malam sendirian biasanya akan menjadi opsi terakhir yang dipikirkannya ketika ia merasa lelah.

Atau dengan datangnya ide ceroboh yang berakhir buruk ketika ia mencoba untuk merokok, padahal dengan mencium bau asapnya saja biasanya dapat membuatnya terbatuk-batuk hingga matanya berair.

Pikirannya kini diliputi oleh kecemasan-kecemasan yang tidak bisa ia terjemahkan lewat kata-kata. Ia tidak tahu emosi apa yang kini tengah melanda dirinya, atau barangkali malah tak ada emosi sama sekali yang dirasakannya malam ini.

MENIKAHWhere stories live. Discover now