61

2.9K 97 1
                                    

Tinggal Queena dan Niko di ruangan Restu.

"Kak Iko...Queena mau minta tolong sama kak Iko boleh..?" tiba-tiba Queena bicara, setelah diam yang ia lakukan tadi.

"Apa Na, kalau yang aneh-aneh kakak gak mau bantu."

"Tolongan jangan kasih tau kak Ares soal ini."

"Na, Ares harus tau.."

"Enggak kak, dia gak harus tau...please aku gak mungkin ngasih tau soal ini."

"Dia pacar kamu...."

"Bearti, besok dia akan jadi mantan aku segera."

"Na...gak gitu maksudnya, kamu tau Ares sayang banget sama kamu, gimana perasaannya kalau dia gak tau soal ini, kamu gak mungkin nyembunyiin ini terus kan?"

"Aku gak akan nyembunyiin ini, aku cuma gak akan ngasih tau ini, dan mungkin aku akan pelan-pelan pergi kak..."

"Queena, itu bukan cara yang baik, please kamu akan baik-baik aja..."

"Itu yang terbaik kak Iko, aku sadar, malah aku pikir Tuhan itu maha baik, udah ngasih aku penyakit ini, dengan begini aku bisa pergi dengan baik-baik saja, mamah sama papah akan bahagia mereka akan tenang karena tidak akan ada rasa bersalah dengan kepergian aku, karena jujur memang seharusnya aku udah pergi sejak dulu, seharusnya aku gak pernah lahir kan.." Queena sesak menyadari kenyataan ini.

"Queena....." Niko hanya bisa memeluk tubuh itu, tubuh yang ringkih, ia baru sadar, tubuh ini memang semakin kurus.

Mereka dikagetkan dengan dering telpon dari handphone Queena.

Ares calling.....

"Iya kak..?"

"Kamu di mana..? masih di rumah sakit kan..?" tanya Ares.

"Masih kok kak, kita ada di ruangan om Restu, kita udah mau selesai, kakak bisa tunggu aku di lobby..?"

"Oh, oke. Aku tunggu di lobby yah...."

Hubungan telpon terputus.

"Kak Ares ada di lobby...."

"Kak Iko please, jangan kasih tau kak Ares yah, aku gak mau kak Ares jadi khawatir dan sedih karena tau keadaan aku, dia punya banyak hal yang lebih penting yang harus jadi prioritas dia kak..." Queena kembali memohon pada Niko.

"Untuk sekarang, aku gak akan bahas ini sama Ares."

Restu sudah kembali dari kelilingnya.

"Queena sayang, om serius kamu harus mulai kemo..."

"Om, Queena juga serius, Queena gak akan memulai itu, biar kayak gini aja, anggap aja gak tau apa yang sebenarnya terjadi, Queena mohon om..."

"Queena, kamu itu emang bener anaknya Andri, keras kepala."

"Darah memang lebih kental kan dari air."

Restu menyerah, ia tau Queena itu keras kepala, dan sulit membuatnya berubah pikiran.

"Oke kalau gitu, tapi om akan tetap ngasih kamu obat yang wajib kamu minum, setidaknya bisa mengurangi rasa sakit yang pasti sering muncul kan di kepala kamu..."

Queena mengangguk. Ia memeluk Restu.

"Makasih om."

"Na, om ngerasa jadi dokter dan om yang gak berguna."

"Enggak om, aku sayang banget sama om, dan terima kasih om."

"Yaudah om, aku pamit yah...Ares udah nunggu di lobby..."

"Kamu pulang sama Ares kan Na..?" Restu bertanya.

"Kenapa om..?"

"Om mau ngomong dulu sama Niko kalau bisa."

"Oh, iya om, aku pulang sama Ares ko..."

"Yaudah om, kak Iko Queena pamit yah...." Queena membungkuk tanda pamit.

Sampai di pintu Queena kembali melihat Niko.

"Kak, makasih...." Queena segera menutup pintu dan langsung menuju lobby, menghampiri Ares.


Aku PergiWhere stories live. Discover now