81

3.8K 112 0
                                    

Di rumah sakit.

Ares dan Niko baru tiba di rumah sakit, mereka langsung menuju ICU, kamar di mana Queena dirawat.

Di luar ruangan ada Restu dan Mila, orang tua Niko.

"Loh Mah Pah, ada apa kok pada kumpul di sini...?" tanya Niko.

Tidak ada jawaban. Niko dan Ares langsung melihat ke arah dalam. Di dalam sudah ada orang tua Queena, duduk di samping ranjang Queena. Mereka bisa melihat, Sheila mamah Queena menangis sambil menggenggam tangan Queena dan mengelus rambutnya. Pemandangan yang menyedihkan, entahlah penyesalan yang mungkin tidak tepat pada waktunya. Sedangkan Andri, hanya berdiri diam di sana.

"Om, apa om Andri memang seangkuh itu, maaf Om bukan maksud Ares untuk mengatai om Andri tapi bahkan dalam keadaan seperti ini, ia terlihat seperti manusia tidak berperasaan." Ares mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

"Jujur Om juga gak ngerti lagi, harus bagaimana menyadarkan Andri, sekarang yang sedang dalam keadaan antara hidup dan mati adalah anaknya sendiri." Restu gusar.

Tiba-tiba Sheila keluar dengan ekspresi ketakutan.

"Restu cepat masuk, Queena Restu..Queena..." Sheila menarik tangan Restu.

Mila, Niko dan Ares panik melihat itu.

"Lihat, jantung Queena sudah tidak berdetak..." Mila memberitahu situasi yang terjadi.

Niko dan Ares segera melihat ke monitor kecil yang ada di samping tempat tidur Queena.

Tidak lama, beberapa dokter dan suster menyusul masuk, dan meminta kepada Andri dan Sheila untuk keluar. Andri langsung duduk tetap dengan ekspresi dinginnya. Sheila berbeda, ia menangis dengan terisak.

"Queena, maafin mamah sayang, tolong kamu bangun, beri mamah kesempatan untuk meminta maaf..." Sheila terus meracau, meminta maaf. Mila memeluknya.

"Mba Sheila, kita cuma bisa berdoa yang terbaik untuk Queena..." Mila menenangkan.

Andri hanya melirik Sheila yang menangis lalu ia berdiri dan pergi, entah ke mana.

Mereka menunggu cukup lama. Akhirnya dokter dan suster itu keluar.

"Gimana Dok, gimana Queena..." tanya Sheila.

"Pah, gimana Queena.." Niko bertanya pada Restu.

"Alhamdulillah, Queena sadar....."

Semua menghembuskan nafas lega.

"Aku boleh masuk kan Restu..." Sheila bertanya lagi.

"Dokter Restu, kami kembali yah...." pamit dokter lain.

Restu mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.

"Heum, sebenarnya yang ingin Queena temui sekarang adalah Ares.." ujar Restu.

Ares kaget.

"Ares masuklah..." Sheila yang bicara.

"Tapi tante, Ares pikir lebih baik tante yang masuk..."

"Enggak papa, Queena pengennya ketemu kamu..."

"Iya Ares, lebih baik kamu masuk sekarang, tapi ingat yah jangan ajak dia bicara banyak, walau om sangsi sebenarnya.." Pinta Restu.

Akhirnya Ares masuk ke dalam ruangan, dengan sudah menggunakan pakaian khusus.

"Queena....." Ares memanggil Queena dengan pelan.

"Kak Ares...." jawab Queena serak.

Ares segera duduk.

Mereka diam.

"Kak Ares....Queena mau minta maaf...." akhirnya Queena duluan yang bicara.

"Suuuuts, kamu gak boleh banyak ngomong kata om Restu, kamu gak salah apa-apa, jadi buat apa minta maaf..."

"Kamu tetap aja cantik yah...." goda Ares.

Queena tersenyum.

"Makasih kak...."

"Queena, jangan panggil aku kak Ares mulu dong, panggil aku sayang yaaah...." entah permintaan konyol dari mana, Ares sendiri geli mendengarnya.

"Iya sayang...." Queena menuruti permintaan Ares.

"Sayang, Queena mau kak Ares janji sesuatu ke aku...."

"Janji apa Queena sayang...."

"Kalau misal akhirnya Queena berakhir di sini, kamu gak boleh sedih berlarut larut, 3 hari aja cukup, hehehe..." itu permintaan Queena. Ada senyum palsu di sana.

"Uhuk..." Queena terbatuk.

"Tuh kan,,, kamu jangan kebanyakan ngomong ya sayang...."

"Ayo janji sama Queena dulu, kalaupun kamu sedih cuma boleh 3 hari...." kata Queena lagi.

Ares diam, ia melihat Queena, tatapan matanya mulai meredup. Tidak ada lagi keceriaan di sana. Ares menarik nafas panjang.

"Iya aku janji, kalaupun aku bersedih itu hanya akan berlangsung 3 hari." Akhirnya Ares mengiyakan permintaan Queena.

"Satu lagi boleh..?" tanya Queena.

"Apa...?"

"Tapi Queena malu...."

"Kenapa harus malu sayang, emang kamu mau minta apa deh, kok aku jadi curiga yah..." kata Ares.

"Aku mau minta itu..."

"Apaaa..?" Ares penasaran.

"Sebelum Queena pergi, Queena pengen punya first kiss, dan itu dari kak Ares sayang...." akhirnya Queena mengucapkannya.

"Ih, kak Ares Queena jadi malu minta itu..." lanjut Queena.

Tanpa aba-aba Ares langsung mencium bibir Queena. Bibir Queena yang dingin. Cukup lama bibir Ares menempel dengan bibir Queena. Setelah agak lama, baru Ares melepas bibirnya.

Queena terkejut, ia tidak siap untuk itu. Queena tidak menyangka.

"Bibir kamu dingin...." ucap Ares memecah suasana.

"Makasih kak Ares sayang, untuk hadiahnya. Bibir kak Ares basah...." hanya itu yang diucapkan Queena.

Cup.

Ares kembali mengecup Queena, tidak di bibir tapi di keningnya.

"Kalau kamu mau lagi bilang aja ya sayang, dan kalau kamu sembuh, kamu bisa minta yang lebih ke aku..."

"Ih, kak Ares ngelunjak, mesum juga ternyata pacar aku..." Queena tertawa.

"Nah gitu dong, cantik kaaaaan...." goda Ares sambil mencubit hidung Queena.

Aku PergiWhere stories live. Discover now