Ssst... Secret 🚫

11.9K 918 78
                                    

Uhuk-Uhuk, ini lapak banyak kali debunya ya gais! Ada yang kangen?

Maaf ya spamming, ku bikin ini karena ku kangen mereka.

***

Day 300++ (udah nggak keitung)

"Paket!"

Terdengar teriakan seorang pria dari luar pagar rumah. Kian meletakkan wortel yang sedang ia kupas menggunakan peeler dan beranjak menuju ke depan. Rambutnya seketika terlihat berwarna kemerahan ketika diterpa cahaya matahari sore ketika ia berjalan ke luar rumah.

"Ada paket, bu," ucap mas-mas pengantar paket sambil menyerahkan sebuah kotak besar.

"Dari mana ya mas?" tanya Kian ketika tidak melihat nama pengirim pada boksnya, juga pada lembaran resi yang harus Kian tanda tangani.

"Waduh, saya cuma nganter sesuai alamat aja. Kalo itu ya saya nggak tau. Emangnya ibu nggak ngerasa habis pesen apa gitu?"

Kian menggeleng. Ia memesan minyak untuk menghilangkan strechmarks di perutnya, tapi seharusnya bungkusnya kecil. Tidak sebesar ini.

"Mungkin supress, bu."

Kian mengangguk saja, tidak berusaha membenarkan walau ia tau si mas tadi ngomongnya ngawur. Begitu mas-mas pengantar paket tadi pergi, Kian buru-buru menutup pagar dan masuk ke rumah. Surprise dari mana, juga. Kemungkinan pertama dari Ares, yang mana itu amat-sangat-tidak-mungkin karena semenjak menikah Ares tidak pernah romantis--memang kapan Ares romantis? Kedua ibunya, tapi tidak mungkin juga karena kalaupun harus dipaket karena Adis tidak bisa pulang, ibunya pasti telepon. Ketiga mertuanya, tapi lagi-lagi Kian harus mencoret daftar tak kasat mata di kepalanya karena Kian yakin mama dan papanya itu akan lebih suka untuk repot-repot datang demi bertemu cucu keduanya daripada mengantar barang ke agen pengiriman barang.

Dipandanginya kardus itu sebentar, kemudian mencari cutter untuk membukanya. Isinya berwarna silver terbungkus bubble wrap. Kian mengangkatnya dan melihat lebih jeli.
"Scalpel?" tanyanya pada udara, karena tidak ada siapa-siapa di rumah selain dirinya dan Zia yang sedang tidur. "Surprise apanya!?" kesal Kian sambil menjejalkan kembali sekotak scalpel pada kardusnya lagi. Matanya kemudian menemukan secarik kertas yang ternyata adalah kartu nama seorang wanita dari salah satu perusahaan alat kesehatan yang cukup terkenal di Indonesia. Kian berdecih.

Tak ada satu menit, ponselnya berdering. Menampilkan muka Ares yang sedang tertawa pada kamera.

"Hmm..." jawab Kian. Tiba-tiba saja ia kecewa isi kotaknya bukan surprise seperti yang si mas kurir katakan tadi.
"Lah? Kok 'hmm' sih?" tanya Ares dari seberang telepon.

"Nggak boleh 'hmm' doang?"

"Suami nelpon kok jawabnya 'hmm', 'iya sayang' kek, apa gitu yang lain, yang manis-manis," jawab Ares diiringi suara musik yang samar-samar. Kian tau Ares sedang berada di mobil, mungkin sedang perjalanan menuju rumah sakit lain untuk operasi.

"Emang suaminya pernah manis gitu? Pernah ngasi surprise?"

"Hah? Kamu kenapa sih? Eh, sampe lupa. Aku telpon kan mau nanyain paket. Ada paket buat aku nggak?"

Inevitable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang