Takdir dan Kutukan, itu Tipis

34 4 0
                                    


***

   Seorang guru wanita berambut cepak terduduk tenang di kursi guru. Matanya terfokus menatap layar monitor laptop dihadapannya. Sedangkan tangan kanannya sibuk menggerak-gerakkan mouse yang berkedip-kedip.

"Nah itu dia bahan materi untuk tugas observasi kalian."
  Ucap guru itu seraya menunjuk layar LCD di depan kelas yang menyala menampilkan file yang dibukanya.

"Ada nomor 1-10 disini, masing-masing sudah ada pemaparan singkatnya. Tugas kalian sekarang seperti biasa, saya punya gulungan kertas yang bertuliskan angka kelompok kalian. Masing masing kalian ambil satu. Dan selanjutnya kalian tinggal bergabung bersama satu teman kelompok kamu yang mendapata angka sama lalu kerjakan tugas ini segera." tambah guru ber IDcard 'Silvia Utami' itu sembari membenarkan posisi kacamatanya yang mulai merosot akibat penuturan panjang lebarnya tadi.

  Murid-murid kelas yang mendengar penuturan itu pun mulai menampakkan sifat aslinya. Mereka mulai grusak grusuk heboh membincangkan mengenai kelompok observasi ini. Utamanya adalah tentang siapa yang akan menjadi kelompoknya nanti. Sebagian besar murid perempuan pun mulai menatap Vanno sekilas. Berharap orang itu yang akan menjadi patner untuk mengerjakan tugas menyenangkan ini. Murid murid gadis itu pun kini mulai memejamkan matanya. Memanjatkan doa dengan khuyu ketika mulai mengambil gulungan kertas yang guru Bahasa Indonesia itu sodorkan. Tentu dengan harapan agar Vanno benar benar menjadi teman kelompoknya. Sebagian yang lain hanya pasrah,sedangkan murid laki laki di kelas itu hanya bisa menampakkan wajah seadanya.
  Vanno yang mulai merasa risih dengan sikap teman-teman gadisnya yang selalu saja begitu, hanya bisa berharap semoga salah satu dari anak-anak alay itu tidak benar-benar menjadi teman satu kelompoknya.

Dan juga seorang gadis yang duduk di bangku deretan depan pojok itu, semoga ia tak juga menjadi teman kelompoknya. Iya dia Zee. Gadis itu memang memiliki kelas bersama Vanno terbanyak. Dari 20 mata pelajaran yang wajib diambil, Zee berada 19 kelas yang sama bersama Vanno.  Selain itu juga, Vanno sudah puluhan kali satu kelompok dengan Zee di satu semester ini. Bukankah itu sangat membosankan?

  Vanno menyadari bu Silvia, guru bahasa Indonesianya tadi telah sampai di mejanya. Seperti yang ia lakukan pada murid lain, ia menyodorkan sebuah kaleng lucu yang berisi beberapa gulungan kertas kepada Vanno dengan sikap memerintah. Vanno mengambil gulungan seadanya, dan hasilnya.. 9. ia di kelompok 9. Vanno mulai mengedarkan pandangannya. Memperhatikan satu per satu penghuni kelas itu dengan sikap pasrah. Terserahlah siapa. Yang penting ia bisa menegerjakan tugas ini dengan lancar.

  "Baik anak-anak, sekarang kalian sudah mendapat bagian sendiri-sendiri. Sekarang waktunya kalian untuk menuju kelompok masing-masing , dan membahas tentang pelaksanaan dari tugas ini. Kelompok satu duduk di deret depan dari pojok kanan saya, lalu diikuti kelompok selanjutnya di sebelah kirinya. Seperti biasanya juga, saya nggak akan kasih dealine tugas. Siapa cepat, dia yang terbaik."

Guru itu mulai melenggangkan kakinya menuju kursi guru setelah memberikan arahan panjangnya. Ia membiarkan murid-muridnya untuk berekspresi sendiri. Heboh menentukan kursi, dan juga heboh menanti teman kelopoknya. 
  Vanno menemukan kursi kelompoknya. Urutan ke 9. Dan kursi itu masih kosong. Vanno pun memilih untuk segera duduk. Menantikan siapa saja yang akan duduk disampingnya untuk menemaninya mengrjakan tugas kali ini.

  "Stevanno??"

Pekikan tak percaya itu keluar dibarengi dengan kepala Vanno yang reflek terputar menuju sumber suara. Seorang gadis berambut gerai itu tampak tak bisa menyembunyikan kebahagiannya ketika mendapati Vanno duduk di kursi yang ia yakini sebagai kursi kelompoknya. Vanno berusaha untuk bersikap tenang dan berusaha memasang wajah seramah mungkin.

'Gleasteena Aulia'

Nama seperti itu yang Vanno lihat pada nametag yang terpampang di baju gadis itu. Vanno tak mengenalnya. Bagaimana ia akan memanggil nanti?
Gleas?
Teena?
Aulia?
atau malah Gelas?

My Ponytail GirlWhere stories live. Discover now