Min Yo Ra berjalan menunduk, memandang kedua kakinya yang terbungkus sepatu hitam dengan kaus kaki yang dikenakan sampai batas lutut. Ia memeluk buku-buku serta kamus besar Bahasa Inggris-Korea yang sudah kumal. Lagu-lagu Big Bang mengalir lumayan keras melalui earphone yang disisipkannya ke kedua telinga. Sesekali gadis itu memandang ke atas, ke langit pagi yang terasa terik, ke pepohonan indah khas musim semi.
Yo Ra berjalan di sepanjang koridor sambil mengangguk-anggukan kepala mengikuti irama, tanpa menyadari kalau hampir semua orang mengamatinya, berbisik-bisik. Ketika memasuki kelas dan melepas earphone, Yo Ra baru sadar bahwa ia masih jadi tontonan publik. Beberapa siswi bahkan melongok dari jendela, mengamati gadis yang membuat geger satu sekolah. Sudah beberapa hari sejak insiden Jung Kook menciumnya di lapangan, tapi sampai sekarang gosipnya belum kering. Video mereka bahkan sudah mencapai ratusan ribu viewers.
Menyadari perhatian lebih yang didapatkannya, Yo Ra dengan berani memelototi semua orang yang mengintipnya dari jendela, memutar bola matanya sarkastis, lalu memasang kembali earphone dan menekuri buku-buku. Gadis itu bersikap seolah tidak peduli, padahal ia risih setengah mati.“Yah!”
Suara Tae Hyung terdengar keras dari pintu masuk. Walaupun memakai earphone, Yo Ra bisa mendengarnya. Gadis itu melirik sedikit.
“Pergi sana!” Tae Hyung dengan kasar mengusir beberapa siswi yang berkumpul di depan pintu dan jendela. “Kalian kira ini pameran apa? Kalau mau lihat pemandangan, bayar sini!” bentaknya, spontan membuat seluruh siswi berhambur pergi. Cowok itu masih diam di depan pintu sampai semua orang benar-benar pergi.
Tae Hyung lantas mendekati Yo Ra, berlutut di depan mejanya.
“Gwenchana?” tanyanya.
Yo Ra melepas satu earphone. “Sudah biasa.”
“Kau kesal sekali ya?”
“Menurutmu?”
“Aku akan cari cara agar videomu bisa musnah selamanya di SNS.”
“Jangan repot-repot, percuma juga.” Yo Ra mengibas tangan. “Sudah banyak yang punya kopiannya. Biarlah, nanti juga reda sendiri.”
Tae Hyung merapatkan bibir, mengamati Yo Ra yang ia yakini sangat kesal karena harus jadi konsumsi publik. Gadis itu pasti tidak nyaman karena harus datang ke sekolah tiap pagi dengan berbagai hujatan yang dilempar padanya. Walau video itu juga membuat Tae Hyung kesal karena seolah-olah Jung Kook sudah memiliki Yo Ra sepenuhnya, cowok itu tidak bisa memungkiri bahwa ia tidak suka Yo Ra sedih, apa pun alasannya.
“Ra-yah.”
“Hm.”
“Ayo pergi dari sini.”
“Apa?”
Tae Hyung melirik jam dinding. “Bel berbunyi tujuh menit lagi. Kita masih bisa kabur.”
“Maksudmu?”
“Kita bolos hari ini,” Tae Hyung menyeringai. “Suasana di sini tidak akan membuatmu lebih baik. Kita pergi sekarang, oke?” katanya, menarik tangan Yo Ra.
“Tae, kau gila? Sebentar lagi ujian!”
“Sehari bolos tidak akan membuatmu gagal ujian,” kata Tae Hyung sambil mengemasi barang-barang Yo Ra ke dalam ransel. “Buku-buku beratmu biar aku yang bawa, ya.”
“Yah! Memangnya aku mau?”
“Ini bukan tawaran. Jadi, kau harus ikut.”
Yo Ra mendelik, mengamati Tae Hyung. Cowok itu bahkan mengambil ponselnya, mematikannya tanpa izin.

YOU ARE READING
STIGMA - When A Bad Boy Breaks My (Heart) Camera (DAILY UPDATE)
FanfictionMin Yo Ra mencari uang dengan menjadi fotografer rahasia yang mengumpulkan foto-foto skandal selebriti maupun orang-orang penting di Seoul. Valentine Day yang seharusnya menjadi hari spesial malah menjadi hari tersialnya ketika tanpa sengaja, ia mem...