Prolog

105K 5.2K 178
                                    

Di tengah upacara yang sedang berlangsung, tatapan perempuan berambut sepunggung itu terpaku pada sosok lelaki yang berjarak beberapa meter darinya.

Lelaki itu berada di barisan paling belakang, sedang 'diintrogasi' oleh guru bagian piket sekolah. Bajunya keluar dari tempatnya, rambutnya disisir rapi dan matanya yang lembut membuat Harsha terpana. Perempuan yang kerap dipanggil Acha itu terus memperhatikan lelaki itu hingga tanpa sadar temannya pun ikut memperhatikan dia.

"Lo suka sama dia?"

"Hah?" Acha gelagapan seraya mengalihkan pandangan pada Kalina. "Apaan sih? Nggak kok," ucapnya.

"Halah! Entar gue kenalin deh sama dia."

Kening Acha berkerut, tak menjawab perkataan Kalina. Tapi, hatinya terasa bergemuruh saat temannya itu akan mengenalkannya pada sosok lelaki yang sudah ia sukai tiga bulan belakangan ini.

***

"Kahfi! Woi!" Sebuah teriakan menggema di sepanjang lorong sekolah yang sepi. Wajar! Ini masih sangat pagi untuk jam masuk anak sekolah.

Sang pemilik nama yang dipanggil langsung menghentikan langkah dan membalikkan badan. Mata tajamnya langsung menghunus kepada Kalina yang baru saja berdiri di hadapannya dengan napas yang tak beraturan. Satu alis Kahfi terangkat, menunggu perempuan itu berbicara.

"Temen gue suka sama lo."

Kening Kahfi mengernyit. Ekspresinya seolah bertanya 'siapa?'. Kali ini dia penasaran dengan seseorang yang katanya suka padanya. Padahal sebelumnya ia tak pernah merespon kata-kata suka yang dilontarkan perempuan-perempuan di sekitarnya.

"Acha. Itu loh temen deket gue yang kalau sekalinya ketawa susah berhentinya."

Bayangan Kahfi langsung tertuju pada perempuan berkepang dua yang sedang tertawa tanpa beban bersama anak-anak kecil di bawah pohon rindang. Tapi tidak mungkin, ini kan temannya Kalina. Bukan perempuan itu.

"Oh," jawabnya singkat.

Sontak Kalina memberenggut sebal karena ocehannya dibalas dengan satu suku kata. "Mau 'kan gue kenalin lo sama Acha?" Tapi Kahfi membisu, masih dengan tatapan elangnya. "Gue anggap lo setuju. Nanti siang datang ke rooftop. Pasti Acha seneng pas ketemu sama lo," ujarnya sebelum menyadari bahwa Kahfi telah berlalu dari sana.

***

Angin berhembus membuat rambut Acha menari-nari di udara. Matahari di siang hari tidak menyurutkan niat Acha untuk datang ke rooftop. Selain karena tempatnya tenang, dia juga akan bertemu dengan seseorang yang selalu membuat dadanya berdentum keras hanya dengan menatap matanya.

Krek.

Suara pintu terbuka terdengar oleh pendengarannya. Rasanya Acha ingin berbalik dan melihat siapa yang datang. Tapi dia tak berani dan masih diam di tempatnya. Saat derap langkah semakin terdengar jelas, Acha tak tahan lagi untuk membalikkan badan. Dan saat itu pula keduanya membeku dengan mata Acha yang membulat lebar dan Kahfi dengan wajah datar.

Dia, bukan cowok impian gue!

***
Dilarang keras menjiplak atau mengcopy-paste cerita ini!

Akan update dua hari sekali, jika tidak ada halangan.

Vote dan komentar sangat membantu😉
Mohon koreksi bila ada kesalahan kata atau typo dalam penulisan🙏

Selamat membaca😊

29 April 2018

Possessive KahfiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora