9

13.2K 507 43
                                    

Sore ini aku dan Gattan sedang berkunjung ke rumah mamah mertuaku, ibunya Gattan. Rumah yang sangat mewah di depanku adalah rumah dimana orang yang kucintai di besarkan. Pada dasarnya dari kecil Gattan memang terlahir dari keluarga berada, berbeda denganku. Bukan masalah aku mau membandingkan diriku dengannya, hanya saja aku lebih sering merasa minder kalau harus bersanding dengannya.

Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah setelah Gattan membunyikan bel rumah. Itu adalah Mama Lissa, wanita sangat berjasa dalam hidup Gattan. Di usianya yang sudah menginjakan usia lanjut, dirinya masih sibuk mengurusi beberapa usaha. Terlihat sangat sibuk, bahkan anak bungsunya saja jarang bertemu. Dirinya sangat berbeda dengan mamahku, walaupun mamahku juga seorang yang pekerja keras tapi mamahku tak mau kalah gaul dari anaknya. Mamahku dan mamahnya Gattan sangat berbanding terbalik.

"Assalamualaikum mah..." Seruku langsung berpelukan, dikecupnya dahiku.

"Waalaikumsalam anakku! Ayo masuk nak" Sambutnya sambil menggandeng aku masuk ke dalam rumah mewahnya. Tangannya yang hangat memang membuatku benar-benar nyaman berada di dekatnya.

"Apa kabar mah? Ada Dillah dirumah?" Tanyaku sambil menyapu ruangan dengan tatapan kosong. Melihat tidak ada orang selain mamah di rumah.

Dilla Hana Fauziah adalah adiknya Gattan yang usianya sama seperti Lussy adikku, bahkan dia satu kampus. Namun mereka tidak pernah akrab, sekalipun bertemu mereka saling buang muka. Begitulah sikap Dillah sangat cuek dan angkuh sama seperti Gattan.

"Dilla lagi pergi tadi sama Rio pacarnya, mamah tuh juga sampe heran ya.. anak jaman sekarang pacaran mulu. Lebih baik nikah seperti kalian, bahagianya lebih dari pada pacaran kan" Cetus mamah sambil mengerat tangan Gattan.

Gattan langsung menunduk mendengar kata 'bahagia' yang mamah lontarkan. Aku tersenyum simpul mendengar mamah yang mungkin mengira aku bahagia bersama Gattan. Sejujurnya hati ini ingin sekali mengadu banyak keluhan yang aku alami selama 2 bulan lebih ini, tapi ku sadari aku bukanlah anak kecil lagi. Ini masalahku jadi aku jugalah yang harus menyelesaikannya.

"Ya' namanya juga anak muda mah... wajarin aja mah, adikku Lussy pun begitu" Cetusku sambil mempercayai mamah kalau aku bahagia.

Kali ini perkataanku benar-benar merasa bahwa aku sok dewasa, padahal sikapku adalah kekanak-kanakan. Mungkin Gattan ilfeel mendengarnya.

"Tapi, mamah heran aja gitu, mamah juga kadang bingung, itu anak pergi berdua mulu,pergi sore pulang malem udah nggak ada yang negasin dia lagi.. mamah kan juga sibuk. Jarang ada waktu buat nasehatin dia..." Keluh mamah Lissa.

Jujur aku tidak tega melihat ibu mertuaku, yang mungkin dirinya harus meneruskan usaha suaminya, belom lagi mengurus cucunya, anak dari kakaknya Gattan. Aku harus mencari ide agar dia bisa melepaskan semua kegelisahannya kepada anak bungsunya itu. Tapi apa ya? aku sendiri saja tidak dekat dengan Dillah. Jadi sekalipun aku panjang lebar memberi nasehat, mungkin dirinya tidak akan menggubris perkataanku.

"Dilla ikut tinggal sama Gattan aja mah" Kutip Gattan, kali ini idenya sangat membuat aku tertegun.

Bagaimana bisa Dillah ikut denganku, sedangkan dia sama sekali tidak menyukaiku. Yaampun aku harus apa sekarang? nggak mungkin aku menolak permintaan Gattan yang mungkin mamah sangat setuju dengan keputusan ini.

"Tapikan Dilla nggak suka sama Lily...?" Ujar mamah sambil menatap kosong diriku.

"Mah.. justru ini kesempatan, supaya Lily bisa membuat Dilla bisa deket sama Lily.." Jawab Gattan tanpa dosa. Tanpa berfikir tentang kenyamananku di rumah.

Aku pun mengangguk tanda mengiyakan, padahal hati ini terasa risih dengan keputusan ini, berat sekali mendengarnya. Entah mengapa aku selalu tidak nyaman dengan Dilla semenjak pernikahanku dengan Gattan.

Aku Patung BagimuWhere stories live. Discover now