0.1

3.2K 511 89
                                    

Kantor Lurah—07.30kst


Namjoon dan Daniel mendadak tegang, bukan tegang yang di bawah, pikiran kalian jangan kotor, masih pagi. Keduanya saling lirik dan senggol siku, sesekali melirik kedepan dimana ada pria tinggi berkulit tan duduk menyandar pada tepian meja. Kedua tangannya bersilang di depan dada,berdecak sesekali menengok jam di pergelangan tangan.

"Memangnya Lurah yang dulu tidak pernah mendisiplinkan kalian??" Tanyanya dengan suara dingin dan datar, Namjoon  yang lebih bisa mengendalikan perasaan gugupnya pun menjawab.

"Disiplin kok Pak, tapi memang di kelurahan ini masuknya jam 07.45 pagi. Jadi, wajar kalau jam segini yang lain belum datang."

"Mau jadi apa PNS jaman sekarang kalau tidak disiplin waktu, jangan-jangan jam delapan nanti baru pada datang."

Skakmat. Namjoon dan Daniel menelan saliva kasar, kenapa Lurah yang baru ini seolah tahu??

Jungkook memacu lebih cepat sepeda ontelnya, kalang kabut lebih tepatnya. Hampir saja menabrak si Rambo, ayam jagonya Pak Chanyeol ketua RT.12,

Tapi daripada takut kena semprot pak RT, Jungkook lebih takut kena omel Lurah baru.

Jungkook langsung memarkirkan sepedanya asal begitu sampai di parkiran, bertepatan dengan Irene dan Rosa yang datang berboncengan dengan motor maticnya.

"Telat juga Jek??" Sapa Rosa begitu kelar melepas helmnya.

"Iya, Daniel sialan emang. Ngasih kabar mepet."

"Udah buruan hayuk masuk.." Ajak Irene lalu berlari kecil masuk ke dalam kantor.

...

Ketiganya menghirup nafas dalam-dalam sebelum mengetuk pintu ruangan Lurah mereka.

"Anjir... deg-degan aku, berasa kayak mau di lamar gebetan." Seru Rosa sambil menghela nafas berkali-kali.

"Gebetan?? Emangnya kamu punya??" Cibir Jungkook.

"Syirik wleeee..." Sahut Rosa dan Irene,Jungkook kembali mengetuk pintu karena tak ada sahutan dari dalam.

"Masuk."

Ketiganya menelan ludah bersamaan, suara yang baru saja terdengar dari dalam sudah membuat nyali ketiganya ciut, perlahan Jungkook memutar knop pintu.

"P-Permisi Pak..."

"Jam berapa ini??"

"De-delapan Pak..."Sahut ketiganya gugup.

"Saya tidak ingin,anak buah saya tidak disiplin waktu. Untuk hari ini saya maafkan, tapi jika kedepannya ada yang melanggar,saya tidak segan-segan untuk skorsing kalian. Kalian paham??"

"Paham Pak."

Ketiganya menghela nafas lega di depan pintu begitu keluar ruangan,kaki Jungkook langsung lemas. Baru kali ini dia gugup sampai sebegininya, Lurah baru itu benar-benar menakutkan.

"Anjas, Lurahnya ganteng woiiii..." Seru Irene, Rosa mengangguk setuju lalu keduanya merayakan euphoria bersama. Jungkook memutar bola matanya malas lalu memilih duduk di mejanya. Tak lupa memberi tatapan maut kearah Daniel, yang dibalas pelototan juga.


...

Tidak ada yang istimewa di Kelurahan kalau sudah mendekati jam makan siang, palingan hanya segelintir orang yang berlalu lalang mengurus KTP atau KK. Tapi,siang itu ada yang berbeda.

Tepatnya sepuluh menit sebelum waktunya makan siang, pintu kantor kelurahan diketok sesosok pria mungil nan manis.

"Permisi..." Sapanya

"Ada perlu apa,dek??" Tanya Irene yang kebetulan duduknya tak jauh dari pintu, belum sempat si pemuda manis itu menjawab,ruangan Lurah terbuka. Si pemuda berjalan ke arah Pak Lurah yang tengah ngobrol serius dengan Namjoon.

Rosa dan Irene saling tatap-tatapan, lalu mengikuti pergerakan pemuda mungil itu yang sudah berdiri di depan Pak Lurah.

"Maaf Pak, itu ada yang nyariin." Sahut Namjoon, Pak Lurah menoleh, sedikit terkejut juga, tapi seulas senyum tersungging manis diwajahnya. Yang detik itu juga membuat Rosa dan Irene di mabuk asmara.

"Loh, Jihoon... Ada apa??"

Yang di panggil Jihoon menyodorkan rantang makan siangnya."Nganterin makan siang buat Kak Taehyung."

"Ya udah, taruh di dalam ya. Aku kelarin urusan dulu." Jihoon mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan Taehyung. Setelah urusannya dengan Namjoon selesai, Taehyung segera menyusul Jihoon ke dalam.

"Betewe aniwei baswei... yang tadi itu siapa??" Bisik Jungkook dengan segala kekepoannya.

"Mana aku tau Jek, mungkin pacarnya Pak Lurah kali." Sahut Daniel asal, Irene dan Rosa mengibaskan kedua tangannya tanda tak setuju.

"Jangan gosip Dan, adeknya kali." Seru Irene, menepis ucapan asal Daniel.

"Iya sok tau banget sia." Timpal Rosa bernada sengit.

"Ya kan aku bilangnya kali, gak usah baper kalian bedua."

"Udah.. udah, kelarin kerjaan kalian kalau mau makan siang." Sahut Namjoon melerai ketiganya.


...

Mobil Audi berwarna silver memasuki gapura Desa Bangtan, lalu berhenti tepat di lahan kosong yang akan di jadikan PAUD dan juga Klinik kecil. Tiga orang keluar dari dalam mobil, menatap kagum pada suasana desa yang masih asri dengan pemandangan yang luar biasa menyegarkan mata.

Apalagi ketiganya yang baru saja melakukan perjalanan jauh dari kota hingga sampai di Desa Bangtan ini.

"Jadi disini tempatnya??" Tanya pria bersurai dark silver pada pria tinggi di sampingnya.

"Yoi, gak salah kan gue milih tempatnya??"

"Kak Seokjin emang the best lah kalo urusan begini."

"Makanya gue nyuruh lo berdua yang nanganin proyek ini ampe kelar. Jimin, lo urus PAUD dan Hoseok, lo yang akan urus Klinik nanti."

Jungkook mengayuh lebih kuat sepeda ontel kesayangannya, tumbenan ini Namjoon minta bonceng dia, biasanya juga nebeng Daniel yang bawa mogenya.

"Bang, jangan di goyang-goyang dong..."

"Siapa yang goyang sih, kamunya aja yang gak bisa seimbang..."

"Eh eh eh bang... oleng ini....."

"Sepeda kamu udah tua Jek, ganti sana. Jangan kek orang kismin."

Tepat di turunan Jungkook tak bisa lagi mengendalikan laju sepedanya, rem sepedanya yang tak terlalu cakram di tambah jalanan desa yang bergelombang.

"AWASSSSSSSSSSSS...!!!!" Teriak Jungkook memperingati dua sosok yang asik memotret sana sini.

Hingga terdengar dentuman sangat keras―


BRAKKKKK!!!

BRUUUKKK!!



"ASW!!!!"
















PAK LURAH... [I LOVE YOU] 🔚✔️Where stories live. Discover now