4 - NGGAK PENTING

512 41 34
                                    

Sebelum meninggalkan ruangan karena ada kepentingan mendadak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum meninggalkan ruangan karena ada kepentingan mendadak. Pak Gemintang aka Gemini Rantang selaku guru bahasa indonesia memberikan tugas mengenai kegiatan membaca buku di perpustakaan. Selain untuk menambah wawasan juga agar perpustakaan ada yang mengunjungi. Buku-bukunya sedikit berdebu karena jarang siswa yang membukanya terlebih membacanya.

"Nggak keluar?" tanya Amber heran.

Emerald masih duduk di kursinya, sementara teman-temannya yang lain sudah pergi ke perpustakaan.

"Kalian duluan aja. Nanti gue nyusul," jawab Emerald.

Amber mengangguk sekilas, gadis itu segera menyusul Scarlet yang berada di luar kelas sedang berkotek-kotek tidak jelas karena Emerald dan Amber sangatlah lelet menurutnya.

Sesuai perkiraan, Carmine masih duduk manis di kursinya. Menunggu semua orang meninggalkan kelas barulah cowok itu akan beranjak. Seperti pengamatan Emerald selama ini. Carmine tidak suka berdesak-desakan.

Melihat Carmine sudah berdiri dari tempat duduknya, seketika Emerald melakukan hal yang sama. Bedanya Emerald ingin mendekati meja Carmine yang terletak di sudut kiri kelas paling belakang.

Mengherankan. Padahal biasanya orang pintar akan memilih meja paling depan yang berdekatan dengan papan tulis atau yang berdekatan langsung dengan meja guru. Namun Pangeran Es-nya memilih berbeda.

"Tunggu!" seru Emerald panik melihat Carmine sudah berada di tengah-tengah kelas depan papan tulis sedangkan dirinya masih bergulat dengan kaki meja yang menghalangi langkahnya.

"Yang naruh meja disini siapa sih," gerutu Emerald tidak jelas.

Rupanya seruan tersebut tidak membuat langkah Carmine berhenti. Terpaksa Emerald berlari menghadang tubuh Carmine hingga cowok itu berhenti dengan raut wajah malas.

Tadinya keberanian Emerald sudah setinggi monas. Namun melihat tatapan Carmine yang seolah berkata 'cewek aneh ini mau apalagi sih' membuat nyalinya menciut.

Mengingat kesempatan tidak selalu datang dua kali, maka dari itu sekarang adalah saatnya.

Gadis itu meneguk ludah kasar, kenapa tiba-tiba tenggorokannya kering kerontang. Mana jantung gedumbrang tidak jelas tiap dekat cowok ganteng.

Suara yang tidak kunjung keluar membuat Emerald berdehem,"hai," sahutnya memasang senyuman manis yang teramat lebar.

Salah satu alis Carmine menukik naik. Melihatnya membuat Emerald grogi melanjutkan kalimat yang telah disusun rapi dalam otak kecilnya.

"Gue Emerald. Emerald Penumbra," gadis berkuncir kuda itu mengulurkan tangan. Senyumannya masih setia terpatri di wajahnya.

Menahan nafas sejenak menanti reaksi Carmine. Pangeran Es-nya itu hanya melirik malas dan jijik, tangannya sama sekali enggan menyambut uluran Emerald, "nggak penting," balasnya sarkasme.


Runtuh sudah dunia Emerald. Harusnya hatinya sudah ter-setting kuat menerima cemohan Carmine. Sadar bahwa wajah tampan rupawan tidak menjamin mulut sadis dan pedas. Adalah Carmine orangnya.


Walau hati potek dan hancur seperti di remas-remas, Emerald tetap memasang senyuman manis. Gadis itu menarik tangannya kembali dan menggaruk kepala agar tidak terlihat seperti orang bodoh.

"Gitu yah," cicit Emerald cengengesan.

"Lo..." telunjuk Carmine mengarah pada wajah Emerald hingga membuat bola mata gadis itu mengikutinya. Kepalanya sedikit mundur karena terkejut.

"...buang waktu gue."

Entah darimana asalnya keberanian itu. Melirik jam warna hitam bermerk fossil melingkari pergelangan tangannya. Gadis itu berdecak, "kita cuma ngomong limabelas detik dan itu buang waktu menurut lo," protesnya ingin menangis di pojokan. Bahkan Squidward menonton meja selama beberapa jam itu menurutnya sangat berharga.

"Bahkan satu detik itu berharga," pungkasnya melewati tubuh Emerald yang sedang melongo.

Dengan wajah cemberut Emerald berbalik badan dan berniat menyusul yang lain menuju perpustakaan.

Gadis itu mengernyitkan alis bingung. Carmine menuju lorong kelas XI IPA 2 bukannya menuruni tangga. Apa dia punya jalan pintas menuju perpustakaan. Sepertinya tidak sebab ujung lorong adalah tangga menaiki kelas XII IPA.

"Mine, tangganya ada di sebelah kiri." Emerald berbaik hati mengingatkan walaupun sudah disakiti secara emosional.

Carmine menghentikan langkah, membalikkan badan menatap Emerald dengan tatapan menusuknya. Lagi. Ekspresi itu membuat Emerald bertanya-tanya.

Salahnya apa lagi?

Terlalu gemoy?

Terlalu seksoy?

"Mine?" ulang Carmine menarik satu sudut bibirnya. Kepalanya menoleh ke samping sedikit terbahak sedikit, hanya satu kali sentakan dari tenggorokan membuat Emerald menatap membuka mulut. Kenapa momen seperti itu tidak diabadikan. Bisa jadi hoki seumur hidup.

Carmine kembali menatap Emerald dengan bola mata hitam penuh intimidasinya.

"Atas dasar apa lo manggil gue mine?" tanyanya lagi penuh penekanan.

Ada apa dengan mine? Carmine. Sudah benarkan Pangeran Es-nya itu dipanggil mine. Apanya yang salah.

mine.

milikku.

Emerald menepuk mulutnya yang seenak udel memanggil nama khusus untuk cowok itu. Memangnya dia pacar Carmine. Tapi kalau dipikir-pikir panggilan itu cute dan sangat cocok untuknya yang menginginkan Carmine jadi miliknya seorang. Perkataan kan bisa jadi doa.

Bibir Emerald mengerucut, "ih padahal cocok."

Carmine mendengus kasar dan melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda karena cewek aneh itu.

"Mine, lo salah jalan lagi," Emerald menahan tawanya melihat Carmine berjalan ke arah jalan yang sama seperti tadi.

Nah kan ketemu cewek cantik makanya gagal fokus.

Emerald menaikkan dagu penuh percaya diri.

Carmine membalikkan badan. Kedua tangannya masuk ke kantong celananya menambah kesan cool-nya. Langkahnya santai dengan ekspresi datar melewati Emerald. Walaupun berbuat salah cowok ganteng tidak akan terlihat malu-maluin. Salah satu poin plus yang membuat cowok muka standar menangis guling-guling.

Emerald tertawa keras saat Carmine telah menghilang dari pandangannya.

"Gemesin banget deh."

"Berisik!" bentak Carmine dari arah bawah tangga.

"Berisik!" bentak Carmine dari arah bawah tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PANGERAN ESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang