Sakit

2.7K 142 18
                                    

Genre: Fluffy

Taejin + Platonic Jinkook




Seokjin memicingkan matanya saat dirasakannya seseorang duduk di sisinya. Dia tidak ingin membuka matanya, paling tidak untuk dua jam ke depan karena kepalanya masih terasa berputar, tubuhnya masih menyengat seperti cuaca Seoul di musim panas dan tangannya nyaris terlalu lemah bahkan untuk sekadar meraih kembali selimut yang tersibak.

"Hyung, kamu harus makan."

Bahkan jika kepala Seokjin berputar secara harfiah sekalipun, ia masih bisa mengenali suara Jungkook yang terdengar tidak ingin dibantah. Seokjin membuka matanya dengan berat hati, lalu menatap Jungkook ─yang sudah tampak segar setelah mandi─ hanya untuk memberinya dengusan. Jungkook berdiri di sisi tempat tidurnya, membawa nampan dengan sesuatu di atasnya ─yang tidak bisa Seokjin lihat, tetapi aroma pancake merasuki hidungnya─ dengan sebelah alis terangkat.

"Aku hanya butuh tidur." Seokjin mengelak dengan suara yang bahkan gagal dikenali telinganya sendiri.

Jungkook meletakkan nampan itu di meja di sisi tempat tidur lalu berkacak pinggang, tampak terlalu tersinggung dan terganggu. Dia memainkan rambutnya sendiri, matanya tertancap pada hidung Seokjin yang memerah.

"Si brengsek itu pasti mengajakmu kencan lagi, kan? Aku bangun sampai jam satu, Hyung. Tapi kamu belum pulang juga," kata Jungkook setelah meyakinkan dirinya sendiri untuk menekankan setiap kata pada kalimatnya.

Seokjin tersedak. Dia membuka matanya dan memelototi Jungkook, tidak menyadari tatapannya sama persis seperti si junior.

"Namanya Taehyung, Jeon Jungkook!" seru Seokjin. "Dan dia hyungmu juga, gila!"

"Aku nggak punya alasan buat menghormati dia, Hyung, maaf-maaf saja. Dia kayak anak SMA kelebihan hormon, ngajak kamu pergi tiap malam. Berapa kali aku harus bilang kamu gampang kena flu?!"

Kalau saja sakit di kepalanya sudah hilang, Seokjin yakin dia sudah menendang pantat Jungkook sekarang. Jeon Jungkook, anak dari teman baik ibunya hampir selalu mengikutinya kemana pun dia pergi layaknya anak anjing kehilangan induk. Saat Seokjin kuliah di Seoul, dia pikir dia akan terbebas dari si Jeon, tapi ternyata Jungkook mengemis pada orang tuanya untuk pindah sekolah ke Seoul dan tinggal bersama hyung favoritnya. Seokjin, di sisi lain, terlalu sayang pada Jungkook untuk menolaknya, tapi untuk saat-saat tertentu ─seperti saat ini─ Jungkook benar-benar layak ditendang.

Menggantikan Jungkook, Seokjin menendang selimut dari tubuhnya lalu memaksakan diri untuk duduk di ranjang, menatap dongsaeng-nya dengan rahang terkatup rapat.

"Aku akan makan. Jadi pergilah, Jeon." Seokjin tahu benar Jungkook tidak suka dipanggil dengan nama depannya, karena itulah, tidak heran bila dia mendengar geraman dari Jungkook.

"Aku harus mastiin kamu makan, Hyung!"

Seokjin mengabaikan bukan hanya amarah dalam nada bicara Jungkook, tapi juga bagaimana Jungkook menghentakkan kakinya ke lantai berulang kali demi meraih perhatiannya yang kini tertuju pada nampan.

Jungkook mengepalkan tangannya saat disaksikannya Seokjin sepenuhnya mengabaikannya. Dia tidak menanggapinya, tapi malah mengambil nampan dengan gerakan perlahan dan hati-hati, lalu mulai menyuap pancake sambil memandangi kakinya sendiri. Dia tahu Seokjin tengah menghukumnya. Mendiamkan Jungkook adalah hukuman terberat yang Seokjin bisa lakukan.

"Hyung." Jungkook akhirnya menurunkan suaranya.

Saat didengarnya nada suara Jungkook yang familiar ─Seokjin nyaris yakin Jungkook hampir menangis─ Seokjin akhirnya mendongak.

"Baik-baiklah pada Taehyung nanti, dengan begitu kamu kumaafin."

Jungkook mengambil napas panjang dan memastikan kata-katanya cukup pantas untuk didengar sebelum membalas,"Nanti. Baiklah. Dia pasti sudah hampir sampai."

PulangМесто, где живут истории. Откройте их для себя