Ding!

944 78 27
                                    

Taehyung melonggarkan dasinya, untuk kesekian kalinya mengeluh dalam hati karena sesaknya dasi yang melingkari lehernya. Dia tidak akan pernah suka memakai dasi, sungguh. Dasi bukanlah untuknya.

Masih dengan kening berkerut, Taehyung berdiri di depan lift dengan tangan kanan menggenggam sebuah map. Ia harus mengantarkannya ke lantai 16.

Tangan kirinya tersembunyi di dalam saku celana formalnya. Dia masih bisa merasakan tangannya berkeringat. Sial.

Lantai 16 adalah lokasi di mana departemen Human Resources berada. Taehyung belum pernah menginjakkan kakinya ke sana, karena pekerjaannya memang tidak berkaitan dengan departemen itu, tapi Jeon Jungkook, rekan satu departemennya, setiap bulannya harus melaporkan keluhan dan saran dari pegawai, juga kasus-kasus pelanggaran yang terjadi. Jeon Jungkook, terlepas dari usianya yang bahkan lebih muda dari Taehyung, menjabat sebagai manajer Labor di bawah departemen Compliance dan salah satu hal detail yang ia lakukan adalah memastikan untuk melaporkannya tepat waktu.

Taehyung tentu saja bersedia membantunya, meskipun mereka bukanlah rekan satu divisi. Tapi Jungkook saat ini tengah bertugas ke luar kota, dan dia memiliki waktu luang, dan sejujurnya, ehm, dia ingin bertemu dengan Kim Seokjin, salah satu pegawai di HR yang bagi Taehyung adalah makhluk terindah di muka bumi yang pernah dia temui. 

Seokjin tengah berkunjung ke lantai 14, dimana departemen Compliance berada, berdiskusi dengan Jungkook ketika Taehyung, yang saat itu baru bekerja di perusahaan ini selama satu bulan, melihatnya pertama kali. Pertemuan pertama mereka adalah momen terindah yang pernah Taehyung rasakan, hingga saat ini, tiga bulan sejak kejadian itu yang masih melekat kuat di ingatannya.

Tapi kini Taehyung menyesali perbuatannya. Dia bahkan belum masuk ke dalam lift, tapi sekujur tubuhnya mengucurkan keringat dingin. Tidak, tidak. Dia tidak siap untuk bertemu Seokjin. Bahkan sekarang saja lututnya sudah melemah, nyaris membuatnya melorot ke lantai.

Sebelum Taehyung sempat berbalik dan lari kembali ke ruangannya, pintu lift terbuka setelah bunyi 'ding' menggaung. Dari dalam lift, dua orang berdiri dengan membawa kardus. Taehyung merasa darah terkuras dari wajahnya ketika disadarinya salah satu dari mereka adalah Seokjin. Hoseok, rekan satu departemen Seokjin, yang pernah mengobrol dengan Taehyung beberapa kali, tersenyum lebar saat matanya bertemu dengan Taehyung.

"Halo!" sapanya dengan wajah ceria.

Taehyung menelan ludah. Ia memberanikan dirinya untuk menatap Seokjin, yang, seperti biasa, tampak tenang dengan wajahnya yang sedingin es, bibir terkatup rapat dan mata yang terlalu tajam hingga Taehyung merasa dirinya bisa terbelah menjadi dua.

"Oh, um, Hai. Apa kalian akan ke sini?"

Taehyung bergeser, memastikan keduanya tidak akan kesulitan untuk keluar dari lift mengingat kardus yang mereka bawa tampak berat. Hoseok dan Seokjin melangkahkan kakinya ke luar. Hoseok berbalik dan menganggukkan kepalanya pada Taehyung, tampak benar-benar bersyukur,"Yup. Terima kasih banyak!"

Taehyung melirik Seokjin dengan gugup. Namun Seokjin bahkan tidak berhenti untuk sekadar menyapanya. Well, Taehyung tidak mengharapkannya, karena; 1) Dia bisa pingsan saat itu juga 2) Seokjin sudah dikenal di seluruh perusahaan (bahkan di anak perusahaan mereka), bahwa dia adalah si pangeran es, dingin dan tidak tersentuh. Semua orang berkata Seokjin bukanlah orang yang sombong. Bila sudah mengenalnya dekat, Seokjin justru dikenal sangat ramah. Tapi hidupnya adalah misteri. Keseluruhan kisahnya adalah privasi. Siapapun yang berusaha melewati batas itu, Seokjin akan memastikan dia enyah dari lingkaran pertemanannya. Mengingat jabatan Seokjin sudah cukup tinggi, tidak ada lagi orang yang berani mengulik soal kisah hidupnya.

Karena itulah, Taehyung sebenarnya agak lega ketika Seokjin memperlakukannya seperti orang asing, meskipun dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, dia ingin bisa dekat dengan Seokjin, sungguh.

PulangWhere stories live. Discover now