Perubahan

1K 91 9
                                    

Seokjin lupa sejak kapan, tapi dia sangat merindukan Taehyung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seokjin lupa sejak kapan, tapi dia sangat merindukan Taehyung. Dia merindukan Taehyung meskipun lelaki itu duduk di depannya. Dia merindukan Taehyung meskipun lelaki itu menggapai tangannya untuk digandeng. Dia merindukan Taehyung walau lelaki itu sedang tersenyum padanya dan mengucapkan, "Aku cinta kamu." tanpa suara di tengah rapat.

Seokjin lupa sejak kapan, tapi dia merasa kehilangan. Ada yang jelas-jelas terasa kosong dari hubungan mereka, yang Seokjin belum bisa raba itu apa, tapi itu mengganggunya. Cukup untuk membuatnya lupa menyunggingkan senyum. Sayangnya, hal itu tidak luput dari mata Hoseok.

Seusai rapat, Taehyung sudah menghilang entah kemana, yang, saat Seokjin tanyakan pada Namjoon, sang leader hanya mengangkat bahu sambil menjawab pendek, "Paling-paling main game di kamar, Hyung."

Seokjin tahu. Tapi bukan itu yang dia maksud. Mungkin hanya perasaan dia. Mungkin hanya kegelisahannya, tapi Taehyung menarik diri.

"Hyung, kau sudah menarik napasmu untuk yang keseribu kalinya," gumam Hoseok, yang, bahunya sudah sepuluh menit ini menjadi tempat bersandar kepala Seokjin. Hoseok memutar kepalanya, memaksakan diri melepaskan handphonenya untuk memeriksa hyungnya. Tapi, hyung tertuanya tengah menggigiti kukunya dengan pandangan menerawang.

"Hyung, ada apa?" Hoseok mengedikkan bahunya, membuat kepala Seokjin terguncang pelan.

Tapi Seokjin bungkam. Hoseok memutuskan untuk tidak mengganggu ketika Seokjin memeluknya dengan senyum hangat di bibirnya.

Hoseok tertawa kecil. "Hyung, kenapa kau begini?" tapi kemudian dia membalas pelukan Seokjin.

"Hobi-ah, ayo kita makan."

Hoseok memutar matanya. "Jin hyung, kalau kau lupa, tadi kita baru saja makan."

Seokjin tertawa lalu melepaskan pelukannya. Ia berdecak, mengerucutkan bibirnya lalu sambil berpura-pura marah berkata, "Kau benar-benar bukan dongsaeng favoritku!"

"Well, tentu saja." Hoseok mengolok dengan wajah sinis. "Kau sudah punya favoritmu sejak dulu, Hyung."

Seokjin tersenyum lebar, mengangkat bahu, lalu beranjak ke kamarnya setelah mendengar gerutuan Hoseok.

Seokjin mendesah lega ketika sudah berada dalam kamar. Dia menyandarkan punggungnya pada pintu, lalu senyumnya segera memudar.

Matanya berkabut ketika diingatnya Taehyung biasa menemaninya di sini. Tanpa disadarinya, Seokjin menemukan dirinya menelungkupkan wajahnya di bantal, menangis tanpa suara. Dia sudah menahannya. Berbulan-bulan. Berbulan-bulan dia merasa tidak dicintai. Berbulan-bulan dia merindukan Taehyung dan segala tingkah abnormalnya. Berbulan-bulan dia bungkam, terlalu khawatir Taehyung akan meninggalkannya. Dia tidak siap. Dia tidak mau. Dia tidak ingin.

Tapi-

"Seokjin hyung?"

Itu suara ketukan pintu yang diikuti oleh suara Taehyung yang sangat Seokjin rindukan. Dan, mendengarnya, membuat Seokjin merasa seratus kali lebih menderita.

PulangWhere stories live. Discover now