3. Pertemuan Tidak Sengaja

428 41 13
                                    

Melihat mobil Derren sudah di depan, dengan cepat Mili merapikan barang-barangnya dan menghampiri Derren yang masih di dalam mobil. Gerakan buru- buru Mili mencuri perhatian laki-laki yang sejak tadi masih mencuri pandang kepadanya.

Dengan hati-hati laki-laki tersebut memperhatikan Mili. Hingga Mili hilang dari pandangannya dan terlihat ia sudah memasuki sebuah mobil yang ada di depan kafe.

Menarik, kata itu cukup menggambarkan wanita yang ia tidak ketahui siapa namanya itu.

Gina : woi Lang dimana? Gue udah pulang ini

Astaga Elang lupa menjemput Gina kembarannya. Tamatlah Elang! Bakalan dikasih ceramah panjang!

Elang : udah otewe ini

Gina : cepet aelah bejamur deh gue nungguin lo!

Tanpa membalas pesa Gina lagi, Elang langsung mencabut casan dan beranjak dari duduknya. Saat ia melintas di depan meja wanita colokan tadi, eh tidak sebenarnya Elang tidak tahu nama wanita tadi dan berhubung tadi si wanita ngotot pengen colokan jadilah namanya wanita colokan. Ia melihat ada yang jatuh di bawah kaki meja tersebut. Elang mendekati meja tersebut. Dan benar saja sebuah novel terjatuh.

Pasti punya perempuan tadi, batin Elang.

Gina : ELANG CURUT LO DIMANA? DARI TADI OTEWE TAPI GAK SAMPE-SAMPE!!!

Oke keadaan darurat! Gina sudah mengamuk seperti macan.

***

Malam ini Mili harus bergelut dengan tugas-tugas yang menumpuk. Padahal ia ingin sekali menulis, tetapi niat itu diurungkannya mengingat besok tugas kuliahnya harus dikumpulkan.

Hampir satu jam Mili mengutak-ngatik laptop nya untuk menyelesaikan tugas kuliah.

"Laper," gumam Mili sembari memegang perutnya yang sedari tadi terus berdemo untuk diberi makan.

Mili langsung beranjak turun dan mencari bahan makanan di kulkas. Namun, hasilnya nihil! Tidak ada lagi stok bahan makanan yang tersisa dan Mili lupa untuk membelinya.

Demi kelangsungan perutnya akhirnya Mili memutuskan untuk pergi ke minimarket terdekat. Setelah, hampir lima belas menit berjalan kaki Mili akhirnya sampai di minimarket.

Mili mengambil beberapa bahan makanan dan juga beberapa camilan. Setelah selesai Mili langsung membayar ke kasir.

Baru beberapa langkah Mili keluar dari minimarket butiran air membasahi tubuhnya. Tiba-tiba saja hujan turun, dan Mili tidak membawa payung. Sial!

"Tunggu redah dulu deh bentar," ujar Mili bermonolog sendiri.

Tiba-tiba Mili tersenyum, senyum yang menyiratkan sesuatu. Milan.

Ya, Mili kembali teringat Milan.

"Hujan ini buat aku inget kak Milan."

"Waktu kita udah putus, kak Milan nemenin aku pulang dari belakang tanpa aku tahu kalo kak Milan nganterin aku," ujarnya sembari tersenyum.

"Padahal waktu itu aku kira kak Milan udah ga peduli lagi sama aku. Ternyata aku salah," Mili menarik napas dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

"Maaf dulu aku pernah berpikir kalo kak Milan jahat," tuturnya kembali.

Mili mengulurkan tangannya untuk merasakan butiran air hujan, "aku sayang kak Milan," lirihnya pelan sangat pelan.

Tiba-tiba ponsel Mili berbunyi, dengan cepat Mili segera mengangkatnya.

"Iya?"

"Gue di rumah tp lo gak ada."

"Gak bilang sih mau ke rumah."

"Tadi kebetulan lewat, jadi mampir deh."

"Gue lagi di minimarket, mau pulang hujan."

"Tunggu di sana, gue ke sana."

"Gak u........tut tut tut."

Belum sempat Mili menyelesaikan perkataannya Derren sudah memutuskan panggilan. Selalu saja seperti itu.

Tidak sampai lima menit mobil Derren sudah sampai di minimarket. Dengan cepat Mili membawa belanjaannya. Baru saja ingin berjalan, Derren menghentikannya.

"Tunggu di sana masih gerimis," teriaknya dari sebrang.

Padahal Mili bukan anak kecil yang jika terkena rintikan hujan sedikit akan sakit. Derren terlalu mengkhawatirkan Mili, tapi Mili bersyukur setidaknya Derren mau menjaganya seperti adiknya sendiri.

"Kenapa gak bilang kalo mau ke minimarket?" tanya Derren.

"Udah kelaperan jadi lupa hehe," jawab Mili.

"Yaudah yuk balik, nanti keburu hujan deras," ujar Derren sembari menarik lengan Mili.

"Kak."

Satu kata itu membuat langkah Derren terhenti, dan berbalik untuk menatap Mili. Matanya tepat menatap ke dalam kata Mili dengan tatapan lembut namun penuh arti. Di mata itu Mili menemukan kehangatan, ia nyaman jika di dekat Derren, namun tetap saja hatinya tak bisa berbohong. Ia hanya menganggap Derren sebagai kakak laki-lakinya tidak lebih.

"Kenapa?" tanya Derren lembut.

Alih-alih menjawab Mili malah tersenyum lembut kepada Derren dan itu membuat Derren bingung.

"Udah deh kalo ga ada apa-apa yuk ulang," Derren kembali menarik lengan Mili untuk mengajaknya masuk ke dalam mobil.

"Makasih," ujar Mili pelan namun masih bisa di dengar oleh Derren.

"Buat apa coba bilang makasih?" tanya Derren kembali.

"Makasih selama ini udah ada buat gue, makasih selama ini udah jadi heronya gue, makasih selama ini udah bantu gue bangun dari keterpurukan, makas—"

Belum sempat Mili menyelesaikan kalimatnya, Derren menutup mulut Mili dengan tangan kanannya.

"Ih, kok nyebelin," ujar Mili kesal saat Derren sudah melepaskan tangannya.

"Gak suka gue denger lo bilang makasih," jawab Derren.

"Loh kenapa?"

"Gue ngerasa kalo lo udah bilang makasih gitu kayak lo baru kenal gue kemarin."

Mili terkekeh mendengar jawaban dari Derren.

Derren tersenyum melihat Mili tertawa lepas, kemudian mengacak pelan rambut Mili, mendekatkan kepalanya ke arah telinga Mili, "gini dong, bahagia terus," bisik Derren.

"Yuk pulang," ajak Derren sembari kembali menarik lengan Mili.

Dari dalam Minimarket, Elang hanya diam terpaku melihat keduanya pergi meninggalkan minimarket.

Pertemuan yang tidak sengaja namun cukup membuat hatinya terkikis.

***

Haloooo readers kesayangan akuuuuh!

Aku kembali dari masa hiatus ini

Ada yang kangen sama Panasea gak?

Maapkeun aku ya readers baru bisa up sekarang padahal janjinya udah UNBK:(

Abisnya aku sibuk mikirin SBM heheh

Okee sekarang udah kembali up kok!

Jangan lupaa di vote dan kasih komentar yaa:)

PanaseaWhere stories live. Discover now