Ini hari keempat Jungkook sebagai siswa baru.
Hari dia semakin dan semakin membaik, tak ada hal buruk yang terjadi.
Saat ini pukul setengah 5 pagi, Jungkook sudah berada diluar gedung apartmentnya menunggu kehadiran Taehyung dan Yoongi. Dan seperti biasa pukul 7 mereka akan muncul.
"Hi Kook~" Taehyung langsung merangkul dia saat melihat sosoknya.
"Hi." Yoongi menyapa Jungkook dengan nada datarnya. Dan yupz, Yoongi adalah orang baik.
"Kau tahu, setiap aku merangkulmu seperti ini, aku bisa merasakan dinginnya kulitmu. Berapa lama kau menunggu?" Tanya Taehyung.
Mereka mulai berjalan dengan lengan Taehyung yang tak meninggalkan bahu Jungkook. Jungkook terdiam beberapa saat seolah berpikir.
"Hm.... Aku menunggu dari jam setengah 5." Ucap Jungkook seolah itu adalah hal normal.
"Hah?! Kau gila, untuk apa kau menunggu dari jam segitu?! Bahkan, siapa yang bangun pada jam segitu?!" Taehyung memukul bahu Jungkook -keras- di setiap pertanyaannya.
"Aku bercanda, aku menunggu sekitar 10 menit." Jungkook tahu semua orang akan bereaksi seperti itu jika dia berkata kenyataannya.
"Jadi, kenapa kau bisa dingin?" Yoongi bertanya dengan senyum kecil melihat tingkah kedua temannya.
"Itu karena...... Busan lebih hangat daripada disini..." Jawab Jungkook asal.
"Itu masuk akal." Yah jelas ini dikatakan oleh Taehyung.
"Itu jelas tak masuk akal." Ucap Yoongi sambil menepuk kepala Taehyung dengan telapak tangannya.
-
Sekolah ini mengikuti sistem luar, dimana kau akan berganti kelas di tiap pelajaran, tapi tetap memiliki kelas perwalian dan juga wali kelas.
Jungkook memiliki beberapa teman dekat di tiap kelas, Taehyung dan Yoongi termasuk yang paling dekat.
Dia juga mengenal Bambam dan Mingyu yang keduanya satu klub dance dengan dia.
Tapi di perwalian kelas, Jungkook belum memiliki teman dekat. Banyak yang mengajak dia mengobrol, tapi hanya sebatas kenal tidak berteman.
Jam pertama selalu diisi oleh wali kelas, dan yah Jungkook hanya bisa melihat keluar jendela, sementara seluruh kelas begitu ribut membicarakan hal yang entah apa.
Lalu pintu kelas terbuka.
"Wah, Hoseok kau memutuskan untuk masuk hari ini?" Tanya salah satu siswa.
Jungkook merasa nama itu tak asing. Tapi Jungkook masih tidak peduli.
"Kupikir Hoseok tak akan pernah masuk karena masih sangat sakit hati." Timbal siswa lain.
Hoseok seperti siswa yang populer, semua siswa berusaha berbicara dengan dia.
"Move On Hoseok~ sudah mau bulan kedua." Tawa khas terdengar karena ucapan itu.
Jungkook yakin itu adalah tawa Hoseok, karena ini pertama kalinya dia mendengar tawa itu.
"Post breakup benar-benar menyakitkan~" Ini adalah ucapan Hoseok.
Jungkook mulai mengarahkan padangannya pada sosok Hoseok.
Rambut dia berwarna hitam, tubuh dia tak begitu besar tapi juga tak kecil, hanya begitu fit sangat pas, bahkan dibalik seragam itu bisa terlihat kokohnya dada Hoseok.
Hoseok sedang memegang dadanya, seolah disanalah seluruh rasa sakit dia saat ini.
"Carilah orang lain Hoseok~" Ucap seorang siswi dengan mengedipkan matanya.
"Iya, kau kalah dengan mantanmu." Ucap siswi lain.
"Kalah dalam hal apa?" semua murid di ruangan itu hening, seolah menunggu berita kemerdekaan atau gossip paling hot.
"Taehyung sudah dapat orang lain, Hoseok~" Semua murid di kelas tertawa dan memberi simpati dengan nada mengejek pada Hoseok, dan Hoseok kembali menyentuh dadanya dengan muka seolah ia baru tertembak.
Otak Jungkook mulai bekerja dan mengingat nama Hoseok, Jung Hoseok; mantan Taehyung.
"Ah... benar aku ingat. Itu terjadi hari Senin, minggu ini. Mereka saling rangkul. Mereka masuk ke sekolah, dan sekolah sudah sangat sepi." Otak Jungkook kembali bekerja sangat keras 'Hari Senin, sekolah sepi. Shit' Jungkook mulai mengerti kalau orang yang dimaksud mereka adalah dia.
Jungkook coba melihat ke sekitar kelas, mencari tahu apa ada yang berpikir kalau itu adalah dirinya. Tapi tidak ada.
"Harus kah aku pukuli pacar dia yang sekarang agar mereka putus?" Tanya Hoseok sambil tersenyum manis seolah itu bukan lah hal mengerikan.
Dan murid yang lain menyoraki seolah memberi jawaban 'Iya.' Dan Jungkook sekarang sedang was-was mencoba memperkirakan apa dia akan menang melawan Hoseok, tapi Jungkook bahkan tak berpacaran dengan Taehyung kenapa dia harus bersiap?
Hoseok tetap tersenyum dan melangkah ke arah Jungkook.
Jungkook kembali waspada, apa Hoseok mengetahui kalau itu dia?
Jungkook terus menatap Hoseok, tapi ternyata Hoseok duduk di bangku sebelah Jungkook bukan pada Jungkook.
Jungkook waspada bukan karena ia yakin dia akan kalah, tapi ini baru hari keempat dan dia akan berkelahi di kelas? Itu menyedihkan.
"Hi," Jungkook kaget merasakan tepukan di pundaknya yang ternyata berasal dari Hoseok.
"Aku Jung Hoseok. Kau murid pindahan? Aku baru pertama kali melihatmu." Hoseok menatap Jungkook dengan mata terbuka lebar, dan dalam sepersekian detik Jungkook pikir itu cute lalu dia ingat Hoseok adalah tangan kanan Jimin, yang berarti dia orang mengerikan.
"Kau tak akan 'baru pertama kali melihat' jika kau masuk dari hari Senin." Ucap siswa yang berada di depan Hoseok.
"Aku baru empat hari disini." Jungkook kini membuka suaranya, ada sedikit ragu kalau Hoseok akan langsung berpikir dia orang itu.
Tapi mungkin Jungkook salah, karena senyum Hoseok tak menghilang.
"Kau sudah dapat teman di kelas ini?" Hoseok kembali bertanya.
"Aku tak yakin. Mungkin, belum." Jungkook tersenyum ke arah Hoseok, Hoseok terlihat begitu baik bagi Jungkook.
Hoseok is such a sweetheart.
"Kalau begitu aku akan jadi teman pertamamu di kelas ini."
Hoseok is an angel!!!
*
*
*
Author's noteHi ^^
Gomawo untuk yang masih bertahan sampai sini baca ff abal ini ><
Maaf juga baru bikin Author's note sekarang karena jiwa awkward ku yang belum juga hilang ㅠㅠ
Next Chap diusahakan hari Jumat, bertepatan dengan comeback BTS.
Kalau ada yang gagal paham dan saran silahkan comment ^^
Bintang dan support kalian berarti banyak buatku ><
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfiction[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin