Reason -Part 1-

2.2K 293 9
                                    

"Apa yang ingin kau bicarakan, Park Jimin?"

Di ruangan ini hanya ada Jungkook dan Jimin, itu membuat Jungkook semakin yakin kalau Jimin tak memiliki niat baik sama sekali.

"Hoseok keluar sebentar, mungkin berusaha mengejar Taehyung. Dia akan kembali," So Jimin bisa membaca pikiran, itu pikir Jungkook.

"Kau mau menunggu dia sampai kembali?" Jimin bertanya. Jungkook benar-benar tak yakin dengan Jimin, nada dia begitu datar tapi alarm bahaya Jungkook sama sekali tak berbunyi.

"Aku tak akan melukaimu Jungkook." Jimin kini menatap ke arah Jungkook. Jungkook bisa melihat ekspressi dia dengan jelas, tak ada smirk atau apapun, hanya datar.

"Setelah kau mematahkan tangan kananku, apa mungkin aku bisa percaya?" Jimin terkekeh mendengar itu. See Jimin itu seperti kakaknya, bahagia saat ia terluka.

"Jungkook, ingatlah siapa yang memulai semua itu." Jungkook terdiam. Jimin berjalan mendekat.

"Aku mengatakan kebenaran dan kau marah akan itu?" Jungkook mulai menantang, memperlihatkan senyum menghinanya.

"Jeon Jungkook." Jungkook bisa melihat sesuatu berubah dari Jimin. Dan alarm bahaya Jungkook mulai merespon.

"Boleh aku jujur sesuatu?" Jimin berkata sambil tetap berjalan mendekat, dan Jungkook berjalan mundur karena itu, sampai pintu menjadi batas dia untuk terus berjalan mundur.

Jungkook tahu ia seharusnya lari, dengan keadaan seperti ini ia akan kalah telak dari Jimin, tapi hanya pecundang yang melakukan itu.

"Aku terus bertanya pada diriku sendiri, saat pertama kali kita bertemu kenapa aku begitu benci wajahmu?" tubuh Jimin memang lebih kecil dari Jungkook, tapi Jungkook tak akan bohong kalau aura Jimin benar-benar begitu mendominasi.

"Juga aku membenci seseorang yang arogan, tapi untukmu lebih dari benci, aku ingin membungkam mulutmu dan tak mendengar kau bicara sedikitpun setelahnya." Jimin tersenyum, dan Jungkook semakin waspada.

Tangan Jimin mendekat ke arah rahang Jungkook, tak bermaksud apapun.

Tapi bagi Jungkook, dia mengingat mimpinya dan berusaha menahan tangan Jimin agar tak lebih dekat. Sial, Jungkook malah memakai tangan kanannya dan itu membuat dia meringis merasakan sakit.

"Kau tahu lukaku lebih parah dari ini waktu itu," Jimin menatap tangan Jungkook yang terlihat masih bengkak lalu menggenggam tangan itu, dia tak menggenggam sangat erat bahkan terbilang sangat lembut yang kembalu membuat Jungkook heran.

"Tanganku, aku menggambar dengan tangan itu," Ucap Jimin yang masih menggenggam tangan kanan Jungkook. Tangan Jimin sangat lah mungil, jauh lebih kecil dari tangan Jungkook.

"Aku memegang tangan Ibuku dengan tangan itu," Jimin masih melanjutkan. Dan Jungkook benar-benar tak mengerti kenapa dia bisa terdiam dan tak melawan sama sekali.

"Aku juga harusnya bisa menang di pertandingan dengan tangan itu." Jimin kini menatap Jungkook, sangat dekat. Dan entah kenapa Jungkook melihat kesedihan di mata Jimin.

Jungkook akan bertanya tapi dia merasakan dorongan dari pintu yang menandakan seseorang membuka pintu itu.

Dorongan itu terlalu tiba-tiba hingga Jungkook limbung kearah Jimin. Jimin menahan Jungkook dengan melingkarkan lengannya di tubuh Jungkook, yang otomatis membuat mereka terlihat berpelukan.

Dan wajah Hoseok muncul dari balik pintu.

"Ah... kalian sudah baikan. Memang begitu seharusnya." Ucap Hoseok yang sudah sepenuhnya masuk kedalam dan menepuk punggung Jungkook.

Menyadari posisi mereka, Jungkook langsung menjauh dan pergi begitu saja, tak peduli jika ini bisa dibilang kekalahan dia.

"Apa aku mendorong dia terlalu keras?" Tanya Hoseok pada Jimin, dan Jimin memukul kepala dia sebelum membalas,

"Kau tadi sengaja?!" Hoseok mengusap kepalanya dan Jimin memberi dia death-glare terbaiksnya.

"Kau gila, tubuh dia lebih besar dariku mungkin saja kita ambruk ke lantai dengan dia diatasku." Ucap Jimin, dan malah mendapat senyuman dari Hoseok.

"Itu memang tujuanku. Tujuan utama membuat kalian kiss, kalau tak berhasil maka ambruk bersama. Tapi kalian malah hanya berpelukan." Jimin bertanya-tanya kenapa Hoseok bisa sebebas ini dengan dia, walau jujur Jimin tak keberatan, dia rindu seseorang memperlakukan dia seperti ini.

"Dan apa yang akan kau dapat jika berhasil dengan tujuan utamamu?" Tanya Jimin sambil duduk bersandar pada cermin. Jimin juga kaget saat Jungkook limbung kearah dia, sepersekian detik Jimin berpikir dia ada di sebuah drama pagi hari.

"Ayolah Jimin, dia typemu. Kuat, manis, cute, putih, aku tak yakin tampan masuk typemu atau tidak, tapi toh kau tak keberatan dia pria kan..." Jimin memang tak masalah jika dia berpacaran dengan laki-laki.

dan mengingat beberapa hari lalu ada pria yang menembak dia dan dia tak merasa jijik atau ingin menghajar pria itu sama sekali, berarti dia sangat tak peduli dengan gender.

"Wajah dia terlalu mirip kakaknya." Ucap Jimin. Ada hening beberapa saat setelah Jimin mengucapkan itu.

Hoseok mendekat dan duduk di depan Jimin.

"Jadi kakak dia mantanmu atau first love mu?"

*
*
*
Hi ^^

Thanks for reading ><

Makin Gaje ceritanya~~~

Tapi sayang kalau gak di publish sampai akhir...

Pertanyaan dan saran tulis di comment ^^

Bintang dan support kalian berarti banyak buatku ><

And dont forget hari tanggal 13 Juni #5thFlowerPathWithBTS

C u next time (^^)/

The Way Into The Spring || JiKookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang