"Katakan semua info yang sudah kau dapat tentang Jeon Jungkook." Ucap Jimin sambil duduk di salah satu sofa disana.
Di samping kanan sekolah ada tempat kecil yang berdekatan dengan tembok sekolah.
Tempat itu di penuhi pohon yang membuat tempat itu teduh, beberapa orang sengaja menyimpan sofa juga meja kecil disana. Jika hujan, sofa itu akan ditutup plastik agar air hujan tak mengenainya.
Ini bukanlah markas atau apalah, tapi semua orang tahu Jimin selalu disini jadi tak ada orang yang berani mendekat kecuali memang untuk ikut berkelahi.
Hoseok duduk disamping Jimin dan mulai mengatakan semua yang dia tahu.
"Jeon Jungkook, umur 17 tahun, tanggal lahir 01 September, tinggi badan-"
"Aku tidak peduli hal itu Hoseok, yang lebih penting..." Hoseok tersenyum mendengar itu.
Hoseok tahu apa yang diinginkan Jimin, ia hanya ingin bercanda dengan Jimin. Akhir-akhir ini Jimin terlihat terlalu serius.
"Jeon Jungkook, anak kedua dari keluarga Jeon yang terkenal. Tinggal bersama Ibu dan Ayah tirinya. Teman terdekat disini, Min Yoongi, dan DIA lalu Mingyu dan Bambam yang satu klub dengan dia. Klub yang diikuti, dance." Hoseok mengakhiri infonya.
"Hanya itu? Baru kali ini aku merasa kau tak berguna." Jimin menarik napas dalam dan segera akan pergi tapi Hoseok menahannya dengan berkata,
"Aku menyimpan inti yang menarik di belakang, Jimin~" Salah satu alasan Hoseok adalah teman terdekat Jimin, Hoseok sama sekali tak takut untuk mempermainkan Jimin seperti ini.
"Baiklah, kalau begitu katakan." Jimin menghadap kearah Hoseok.
"Aku akan katakan jika kau berhenti memukuli DIA." Hoseok tak sedikitpun melihat kearah Jimin saat mengatakan ini.
"Siapa? Sebut nama dia Hoseok~" Jimin tersenyum menantang kearah Hoseok.
Jimin akui, ini adalah hiburan.
"Taehyung, Kim fucking Taehyung." Ini kelemahan Hoseok, Hoseok mungkin bisa menggoda seseorang sampai batas mereka. Tapi jika sedikit saja mereka menggoda Hoseok, Hoseok akan kalah dengan cepat.
"Kau saja masih membencinya, mana mungkin aku berhenti." Senyum Jimin masih tak hilang.
"Bukan berarti kau bisa memukulinya Jimin." Amarah Hoseok pada Taehyung masih sangat lah besar, tapi dia masih menyukai Taehyung. Karena itu Hoseok meminta Jimin berhenti.
"Setelah dia melakukan hal yang paling kau benci? Na ah." Jimin merekam dengan sangat jelas pertengakaran Hoseok dan Taehyung saat itu karena dia ada disana.
Jika bukan Hoseok yang memukul Taehyung, dia bersumpah dia lah yang akan memukul Taehyung saat itu.
"Serius, hentikan." Dan Jimin tahu dia tak bisa lebih jauh lagi karena nada Hoseok sudah berubah.
Jimin terkadang bertanya-tanya bagaimana mungkin Hoseok bisa menyembunyikan sisi dia yang ini, dan berkeliaran dengan senyum lebar seolah itu dia adalah dia sepenuhnya.
"Iya, aku akan berhenti," Dan senyum Hoseok kembali.
"Jadi, infonya?" Jimin hampir lupa tentang ini.
"Alasan dia pindah,karen-"
"JIMIN!!!" Jimin berbalik menatap tempat suara itu berasal, begitu juga Hoseok.
Murid lain yang berada di sekitar sana berusaha menahan dia, karena merasa dia berbahaya.
"Lepaskan! Jimin kumohon aku perlu bantuanmu." Ucap dia yang berusaha lepas dari cengkraman murid yang menahannya.
"Apa maumu Taehyung?" Jimin memicingkan matanya pada Taehyung yang masih meronta di hadapannya. Hoseok bahkan tak sedikitpun melirik ke arah Taehyung.
"Jungkook, dia sedang berada di Jalan Gyeongdong." Taehyung berhenti meronta karena sudah kehabisan energi. Sepanjang dari klub musik sampai kemari Taehyung berlari.
Taehyung tak tahu lagi siapa yang bisa mengalahkan mereka kecuali Jimin. Taehyung tahu mungkin Jimin akan memukuli dia sampai babak belur sebelum membantunya, atau mungkin tetap tak membantunya, tapi tak ada cara lain.
"Lalu?" Jimin menatap dia dengan tak peduli.
"Sekolah yang menantangmu berada disana."
"Aku sekali lagi akan bertanya, lalu?" Raut wajah Jimin masih tak berubah, apa peduli Jimin pada Jungkook itu.
"Kumohon, aku takut dia terluka atau lebih parah." Taehyung bergetar membayangkan itu.
"Aku tak peduli." Jimin berniat untuk pergi dan melewatinya.
"Aku tahu dia kuat, tapi mereka terlalu kuat."
"Hoseok, kau tahu berapa jumlah murid dari sekolah itu yang datang? Lebih dari 10 orang. Aku bertanya-tanya, apa yang bisa dilakukan lebih dari 10 monster itu pada satu orang pria." Smirk mengerikan Jimin muncul lagi, dia melewati tubuh Taehyung begitu saja.
Tubuh Taehyung bergetar lebih dari sebelumnya, rasa bersalah kembali muncul dan lebih kuat dari sebelumnya.
Taehyung benar-benar ingin menangis.
"Kumohon, ini permohonan terakhirku... sebagai teman." Dan langkah Jimin terhenti.
Dia mendecih sebelum akhirnya memanggil Hoseok untuk pergi ke tempat Jungkook.
Taehyung tersenyum karena akhirnya Jimin mau membantunya.
"Kau lebih baik menghilang dari hadapanku detik ini juga karena aku menolongmu, ditambah Hoseok kesayanganmu harus pergi untuk membantuku, kau tak mau dia terluka kan? Kau tak mau Hoseok yang lemah ini berlumuran darah kan?" Taehyung bisa melihat dia tersenyum mengejek padanya.
Hoseok yang mengikuti Jimin tak melirik Taehyung sedikitpun, ini adalah pertemuan mereka setelah putus dan bagi Taehyung ini sangat mengerikan.
"Ak-aku ikut." Taehyung berkata dengan terbata-bata.
"Permohonanmu terlalu banyak Kim Taehyung." Ucap Jimin sambil memberi tahu murid lain untuk tak menyusul, dia hanya ingin dia dan Hoseok saja yang ada disana.
"Walau kau melarang, aku tetap akan ikut." Jimin mulai terpikir sesuatu.
"Karena waktu kita terbuang cukup banyak, kita pakai sepeda," Shock tapi memang ini lah Jimin, dia punya cukup uang untuk menjadi berandalan keren seperti bayangan orang lain dengan motor atau mobil. Tapi dia akan selalu ingat kalau itu adalah uang milik ibunya, dan dia akan membenci itu.
"Dan jika kau memaksa ikut, kau dengan Hoseok." Jimin tersenyum pada Hoseok dengan penuh arti dan Hoseok memasang wajah 'WTF' tapi mungkin untuk hiburan Jimin, Hoseok menurut.
Sementara Taehyung kini ragu sepenuhnya.
Hari dimana Hoseok datang ke rumahnya, saat orang tua dia tak ada, Hoseok mengajak dia keluar dan tentu mereka naik sepeda. Ini bukan waktu yang tepat untuk flashback tapi ini pertemuan pertama mereka juga.
"Taehyung!" Taehyung tersadar dari lamunannya saat Jimin meneriakinya.
"I-Iya." Dan Taehyung berharap semua baik-baik saja.
*
*
*
Author's noteHi ^^
Terima kasih buat yang masih baca ~~~
And u, yes u, aku tepati janji update hari ini.
Bagaimana nasib Jungkook?
Bagaimana dengan Hoseok dan Taehyung?
Apa yang terjadi saat Jungkook dan Jimin bertemu lagi?Update berikutnya ASAP.
Kalau ada saran silahkan tulis di comment ^^
Bintang dan support kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^^)/
YOU ARE READING
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfiction[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin