VICTOR 3

46.3K 4.4K 413
                                    

Happy Reading!

"Bu Lela sebentar lagi datang, jangan lupa hari ini postest," ujar si ketua kelas, anak yang paling rajin diantara yang lainnya.

Raina yang sedang sibuk dengan ponselnya pun terpaksa mengalihkan perhatiannya. Matanya menatap sinis Bayu sang ketua kelas, yang baru mendudukkan dirinya di bangku.

"Pasti lo yang ingetin dia, kalau hari ini ada postest!" tanya Raina sinis.

Raina benar-benar dongkol berada di kelas yang penuh sesak ini. Dia masih tidak habis pikir dengan sistem sekolah, yang menempatkannya di kelas anak-anak ambis. Jelas, otaknya jauh berbeda dengan mereka semua. Jauh.

Persaingan yang begitu ketat dan dipenuhi dengan obrolan yang tak lepas tentang pelajaran, membuatnya tertekan. Otak Raina sulit untuk menangkap pelajaran, berbeda dengan mereka semua. Menghitung dengan cara bayangan sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.

Bagaimana dengan dirinya?

"Kan dia ada jadwal di kelas kita, aku cuma bermaksud ingetin dia aja," ujar Bayu tidak mau kalah.

"Gue tahu ya, mana yang caper mana yang benar-benar pintar," sinis Raina.

"Makanya, kalau udah tahu mau postest itu belajar. Bukan main hp terus," sindir si ketua tanpa melihat ke arah lawan bicaranya.

"Terserah gue lah. Gue yang main hp, lo yang sewot! Kenapa? Iri?"

Jika menyangkut soal perdebatan Raina adalah juaranya. Dia tidak akan pernah mau mengalah dengan lawan bicaranya. Raina harus menang dalam perdebatan itu, walaupun ia tahu bahwa dirinya bersalah.

Persetan dengan itu!

Si ketua kelas yang berjenis kelamin laki-laki itu terdiam, tidak lagi menyahuti Raina yang masih setia menantang dirinya. Jemari pria itu bergerak menutup lubang telinganya, guna meredam suara Raina yang melengking keras.

"Wah, nantangin gue lo?"

Raina yang sudah tersulut oleh api emosi, menggebrak mejanya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri meja si ketua kelas yang bernama Bayu itu.

Ia menggulung baju berlengan pendeknya ke atas, seakan menunjukkan bahwa diriya sudah siap untuk bertempur. Perempuan itu tidak akan takut, jika lawannya adalah seorang laki-laki.

"Bangun lo, cupu!"

Tanpa aba-aba kepalan tangan Raina mendarat sempurna di wajah tampan Bayu. Gadis itu benar-benar membuktikan ucapannya untuk adu jotos dengan Bayu. Lelaki itu tidak mengembalikan pukulan yang ia terima dari Raina, dia hanya diam seraya memegangi bekas tinjuan maut Raina.

"Astaga, Rain! Kamu pukul Bayu?!"

Clementine yang baru saja sampai, langsung dikejutkan dengan kejadian gaduh yang menyambutnya. Raina memang pencari masalah. Jika tidak ada dirinya, mungkin kejadian baku hantam antara Bayu dan Raina akan berlanjut.

"Cowok ini duluan, Clem. Gue kesel sama kelakukan tengilnya itu! Bikin enek!" umpat Raina sembari menujuk Bayu yang masih terduduk di lantai akibat kekacauan yang gadis itu perbuat.

Clementine berdecak. Merasa kesulitan untuk mengendalikan sifat keras kepala Raina. "Dia ngapain kamu sih, Rain?"

"Dia ingetin Bu Lela hari ini ada postest. Gimana gue nggak kesel sama nih anak ambis!" Raina memberikan pelototan menyeramkan di akhir kalimatnya.

VICTOR [Segera Terbit]Onde histórias criam vida. Descubra agora