9.2

451 110 24
                                    

"And I thought I was yours forever, well maybe I was mistaken

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"And I thought I was yours forever, well maybe I was mistaken."
(Arctic Monkeys - Fireside)

---;---

"EMANG KITA NGOBROLNYA HARUS KESINI?" Tanya Luke kepada Alanis yang sekarang membawanya ke rooftop hotel.

Malam ini, sekolahnya mengadakan acara prom night dan mereka berdua malah meninggalkan prom date mereka masing-masing untuk membahas---entah, apa yang mau dibahas.

"Selesain sekarang, lah. Gue nggak bisa kayak gini terus sama lo." Alanis menjelaskan.

Luke memperhatikan gadis itu dengan perasaan bingung bercampur dengan senang. Bingungnya ya bingung, senangnya karena malam ini Alanis kelihatan kayak bidadari yang baru aja ditendang dari surga.

Rambutnya yang biasanya tergerai lurus, kini dibuat bergelombang di bagian bawahnya. Alanis juga menggunakan dress berbahan satin berwarna biru donker, membuat cewek itu kelihatan sederhana tapi elegan.

Cantik banget, but she looks mad. Hella mad.

"Semuanya nggak bakal jadi makin ribet kalau dari awal, lo nggak jadi prom datenya Harry." Tukas Luke.

Seakan baru aja disulut api, Alanis langsung melotot, "egois banget sih lo?!"

"Kita nih sebenernya apaan sih, Al?!"

"Ya justru bukannya harusnya gue yang nanya kayak gitu?" Alanis membalik pertanyaan Luke.

Luke mendengus. Tangannya mengepal, dan nafasnya mulai memburu. Hawa panas langsung menyelimuti tubuhnya yang sekarang dibalut dengan tuksedo.

"Lo selalu maksa gue buat ngungkapin duluan, sementara gue nggak pernah tau perasaan lo ke gue kayak gimana." Lanjut Alanis lagi.

"Emangnya gue harus ngomong pake proposal dulu? Bukannya lo bisa liat sendiri dari sikap gue ke lo?"

"Sikap lo ke gue," Alanis mengerutkan keningnya. "Atau sikap lo ke semua cewek?"

Hati Luke serasa teriris. "Lo nganggep gue main-main, Al."

"Because that's what you always fucking do."

"Gue kira lo percaya sama gue," suara Luke mulai berubah menjadi pelan. "Gue peduli sama lo, tapi ternyata pandangan lo ke gue ya kayak gini."

Alanis sebenernya juga nggak bisa ngelihat Luke kayak gini. Tapi memang harus begini biar semuanya selesai.

"Denger, ya," ujar Alanis. "Cara lo memperlakukan gue dan cara lo nyoba buat nyium gue itu yang bikin gue makin ragu sama lo. Lo pikir setelah lo nyium gue, then I'm yours--gitu?"

"Lo munafik, Al." Jawab Luke. "Lo sebenernya mau juga sama gue, tapi kenapa malah lo sendiri yang bikin semuanya makin complicated?"

"The fuck was that?"

"Harusnya dari awal, gue nggak pernah bawa perasaan gue ke persahabatan kita. Karena ternyata sahabat gue sendiri masih nganggep gue cowok brengsek," Luke memalingkan wajahnya dari Alanis. "Harusnya dari awal, lo ngomong ke gue kalo lo risih dideketin kayak gini."

Alanis nggak habis pikir sama omongan Luke barusan. Sejujurnya, Alanis pengen banget nampar pipi cowok itu sekarang. Omongannya makin ngelantur, makin ngada-ngada, dan yang paling parah, makin suudzon.

"Omongan lo makin nggak jelas, Luke." Alanis merendahkan nada suaranya.

"I know," jawab Luke. "And you don't want to make it clear either."

Dan tanpa permisi lagi, Luke langsung memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya, lalu melangkah pergi meninggalkan Alanis sendirian.

Dan tanpa permisi lagi, Luke langsung memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya, lalu melangkah pergi meninggalkan Alanis sendirian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A/N:
Abis ini langsung ending. Mau hari ini aja apa besok pagi? Hehe^^

Fool's ParadiseWhere stories live. Discover now