7. Blushing Face

197K 10.6K 631
                                    

Sejak hari rabu yang membuat degup jantung berhenti itu, aku menolak semua ajakan Dave untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Satu-satunya hal yang harus dihindari dari mantan yang susah move on adalah kontak. Semakin sering membuat kontak dengannya, pasti akan semakin memanggil masa lalu untuk kembali. Kalau masa laluku orang-orang biasa, mungkin itu bukan hal yang terlalu sulit. Mantanku ini Drey, laki-laki yang dengan matanya saja bisa melakukan banyak hal.

Dia laki-laki yang selalu memenangkan permainan. Dia laki-laki yang tahu caranya bertahan dan menyerang. Dia penjahat paling berbahaya yang harus dihindari.

Dan, seharusnya aku tahu kalau dia tidak akan berhenti. 

Setiap hari ada saja orang yang mengirimkan bunga ke Savanna untukku. Mulanya hanya sebatang mawar, lama-lama jadi sebuket besar bunga yang butuh digotong dua orang masuk ke dalam Savanna. Kupastikan semuanya berakhir di tempat sampah besar di belakang Savanna atau di jalanan sampai ada orang yang memungutnya.

Mulanya, ini kurahasiakan dari Karin. Namun, sisi wartawan reportase yang menempel di dalam dirinya bisa membuat kesimpulan yang tepat.

"Lo mau cerita apa nggak, Korek Kremi?" tanya Karin pada suatu hari terkutuk. Dia mengunci ruang kantor dan mengantongi kuncinya. "Sampai lo buka mulut, kita nggak akan keluar dari sini."

Di luar ada suara tangisan Ryn ditenangkan Tundra. Ini sudah jam lima. Sebentar lagi Dave datang. Aku harus segera menjawab pertanyaan Karin. Dia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Kalau dia bilang kami akan terus di dalam sini sampai Stalin bangkit lagi, pasti bakal dilakukan.

Aku menelan ludah. "Ce-cerita apaan?"

"Di dunia ini cuma ada dua orang yang mau terus ngeluarin duit buat beli kembang nggak guna itu. Satu, orang yang abis ngisep elpiji 12 kilo. Dua, Drey yang mau ngajak lo balikan." 

Aku menghindari kontak mata dengannya. "Ng-nggak."

Karin menggebrak meja. Dia berdiri dengan tangan menopang tubuh di meja. "Ana? Lo nggak didesain untuk berbohong. Muka lo kelihatan kalau bohong."

"Kelihatan gimana?"

"Kelihatan jelek. Eh, buntut mas koki, ceritain sekarang atau gue yang cerita ke Dave?"

Kutarik napas panjang. "Drey itu bosnya Dave."

"HAH?"

"Oilco udah dibeli sama Drey awal tahun kemarin dan sekarang Drey lagi PDKT sama executive circle-nya Oilco. Sebenarnya, kurasa dia cuma mau cari cara buat barengan sama gue lagi. Entah gue yang GR atau gimana. Itu sih yang gue rasain." Aku menimbang apa yang ingin kukatakan kepadanya.

"Jadi, waktu itu yang minjem VIP room juga Si Cendol tengik itu?"

Aku mengangguk. "Dia datang dan kasih gue perhiasan. Gue balikin."

Karin duduk di depanku, memperhatikan wajahku. Dia memegang daguku, memastikan aku menatap matanya. "Lo sudah belajar move on?"

Aku mengangkat bahu. "Gue sudah netapin April nikah sama Dave, Kar. Gue nggak mau PHP dia. Gue sayang dia dan dia sayang gue. Itu sudah cukup." Alisku berkerut sepertinya. Dahiku terasa berat. Air mata sepertinya bakal keluar lagi.

Karin duduk manis, menunggu ceritaku selanjutnya.

"Drey sudah berubah. Gue rasa tujuannya bukan buat balikan sama gue. Dia kayaknya cuma pengin ganggu hubungan gue sama Dave." Kuhirup udara sebanyak yang kubisa. "Gue nggak akan biarkan dia macem-macem lagi, Kar. Udah cukup banyak luka yang dibuatnya."

Karin mengusap kepalaku. "Gue tahu ... gue tahu, Ana. Gue ..." Dia menarik napas dalam-dalam juga. Mungkin kalau tidak ada AC, ruangan ini bakal kehabisan udara. "Gue dukung lo, An. Gue sayang banget sama lo. Pokoknya lo musti happy."

Savanna (Terbit; Heksamediapressindo)Where stories live. Discover now