8. Dying Beast

181K 10.3K 770
                                    

Aku duduk di sebelah Dave, membaca novel di HP. Sementara "bayi besar" itu masih berbaring telentang dengan wajah tertutup handuk. Headphone menutupi telinganya. Dari napas beratnya, kurasa dia tidur.

Setelah memperbaiki handuk yang menutup bagian bawah tubuhnya, aku beranjak pelan-pelan meninggalkannya. Aku haus sekali. Dari tadi pramusaji yang keluyuran membawa gelas isi minuman berwarna yang mencurigakan. Dave tadi sudah bilang kalau semua minuman di sini beralkohol. Jangan minum apapun sekalipun terlihat seperti lemonade atau jus buah. Lebih baik sekalian saja minum air putih daripada teler.

Setelah keluyuran lima belas menit, aku masih belum menemukan gelas atau botol atau teko yang isinya air putih. Ciri-ciri air putih adalah tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Kalau ada yang warnanya bening, tapi berbau, jangan pernah diminum. Itu pesan Dave.

Ada satu teko kaca yang berisi air putih dan itu sudah hampir habis. Aku cuma sempat minum seteguk saja.

Ya, Tuhan! Pesta macam apa ini? Nyari air putih aja susah banget! Kalau tahu begini kan aku tadi sekalian buka lapak jual air mineral.

"Mbak, saya minta air putih. Ada?" tanyaku pada pramusaji. Dia tersenyum dan mengangguk, terus nggak kembali sampai bermenit-menit kemudian. Bisa jadi dia amnesia mendadak atau memang lagi nimba air langsung sumber mata airnya.

Tidak sabar, aku keliling rumah itu mencari sendiri air putih. Aku haus sekali. Kalau memang tidak ada air putih, aku bakal minum air keran. Tenggorokanku sudah kering gara-gara ciuman Dave tadi.

Setelah lima menit menjelajah lantai pertama rumah itu, aku ingin sekali minta maaf kepada pramusaji tadi. Bisa jadi dia benar-benar tersesat dan sekarang hilang. Rumah ini luas sekali dan ada ruang-ruang yang dibiarkan kosong.

Ada satu pintu kayu besar. Butuh dua tangan untuk membuka pintu itu. Memang sih nggak mungkin air mineral saja sampai disimpan dalam ruang berpintu kayu besar begitu. Aku cuma penasaran saja, apa sih isinya.

Berapa kira-kira duit jajan Drey waktu sekolah dulu? Apa dia juga pernah jajan rambut nenek pas sekolah?

Ternyata ruang itu untuk menyimpan minuman keras. Ada botol-botol minuman keras di rak. Ada juga tong besar yang entah isinya apa. Lantai kayunya juga berdebu. Buat apa coba orang menimbun minuman keras sebanyak ini?

Suara botol menggelinding.

Aku memekik tertahan. Cepat-cepat kututup mulutku dengan tangan. Di dekat tembok ada asap tipis yang melayang. Apa kebakaran? Tikus yang bikin korslet listrik?

"Ana?"

Suara itu.

"Drey?"

Dia duduk di lantai. Mantel cokelat mudanya sangat tidak cocok dipakai di sini. Namun, dia terlihat nyaman, seperti memakai selimut. Apa dia memang dingin luar dalam sampai harus begitu?

Rokok di bibirnya masih menyala. Di kakinya ada beberapa botol kosong dan gelas tinggi. Ada sebuah gelas lagi yang pecah di dekatnya. Tangan kirinya menggenggam botol kosong. Tangan kanannya ada di dalam kantong mantel.

Dia terlihat siaga. Kurasa, dia belum terlalu mabuk untuk mengenaliku.

 Kurasa, dia belum terlalu mabuk untuk mengenaliku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Savanna (Terbit; Heksamediapressindo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang