Bab 6

3.9K 63 0
                                    

     Malam itu Andy sedang membeli makan malam, sehingga ia terpaksa meninggalkan Risa sendirian di kamar rumah sakit yang terasa sunyi itu. Risa juga baru saja selesai pemeriksaan rutin oleh dokter. Sekarang ia sedang asik membaca majalah-majalah yang dibawakan Andy agar dia tidak bosan. Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan di pintu. Ia menoleh dan melihat Ery masuk dengan membawakan sekeranjang buah untuknya.

      "Hai. Gimana kondisi lo? Udah makin baik?" sapa Ery sambil memeluk temannya itu.

     "Kalian semua tega sekali. Gak datang jenguk gue sama sekali. Gue sampai bosan di sini." Jawab Risa kesal.

     "Tapi bukankah beberapa hari ini dosen muda kita sudah menjagamu dengan baik?"

     "Gimana lo bisa tau?"

     "Kan gue yang kasih tau dia. Makanya teman-teman yang lain gue larang jenguk lo. Biar gak ganggu gitu."

     "Oh... jadi lo yang kasih tau dia. Pantas aja dia langsung datang sambil panik gitu. Gara-gara lo juga disini hampir ada pertumpahan darah."

     "Pertumpahan darah? Emangnya ada apa?" Ery duduk di tepi kasur Risa. Penasaran dengan cerita Risa.

     "Andy mukul Angga sampai mukanya babak belur. Dia marah sekali, tau! Dia juga ngelarang Angga buat deketin gue lagi. Pokoknya waktu itu bener-bener gawat deh."

    "Kalo gitu, dia emang bener-bener sayang ma lo. Waktu gue ngasih tau kondisi lo aja, dia langsung cemas gak karuan gitu. Omong-omong mana dia?"

    "Lagi beli makan, sekalian buat gue juga. Soalnya gue gak suka ama makanan rumah sakit ini. Bikin gue gak selera makan."

     Ery dan Risa sedang asik mengobrol ketika Andy masuk ke ruangan itu sambil membawa kantong plastik berisi makanan.

     "Oh, ternyata ada kamu rupanya."

     "Iya, saya datang menjenguk Risa. Kuharap kedatanganku tidak mengganggu."

     "Tentu saja tidak."

     Andy membuka bungkus makanan itu lalu meletakkannya di piring. Ia menarik kursi ke samping Risa dan menyuapkan makanan itu ke mulut Risa. Risa dengan senang hati langsung melahapnya. Ery mengamati mereka berdua dengan setengah tersenyum.

      "Aku senang melihat kalian berdua akur begini." Ujarnya. Andy tersenyum menanggapinya.

      "Yah, lumayan juga punya pembantu gratis di sini." Kata Risa.

     "Terserah kamu mau menganggapku apa, yang jelas aku nggak mau kalau terjadi apa-apa sama kamu." Jawab Andy lembut sambil menyuapkan lagi makanan ke mulut Risa.

      Lima hari berikutnya Risa masih terus didampingi Andy. Dia selalu menyiapkan apa saja yang dibutuhkan Risa. Andy hampir tak membiarkannya melakukan apapun. Hanya menyuruhnya berbaring dan istirahat. Setiap kali ia selesai mengajar kuliah, ia langsung ke rumah sakit. Saat Risa merasa bosan di kamar, Andy meminjam kursi roda pada perawat dan mengajak Risa jalan-jalan ke halaman rumah sakit. Saat keluar dari rumah sakit, Andy mengantar Risa pulang ke rumah orang tuanya yang tak begitu jauh dari kostnya. Ia tak mengijinkan Risa tinggal di kost karena khawatir tak ada yang menjaganya. Orang tua Risa juga sangat setuju dengan usul Andy.

      "Lalu bagaimana dengan kuliahku? Dari rumahku ke kampus sangat jauh. Dan kamu tentunya juga tak akan menyuruhku bolos kuliah, kan?" protes Risa.

      "Tak perlu khawatir soal itu. Berikan padaku jadwal kuliahmu. Aku akan menjemputmu setiap hari, juga mengantarmu pulang."

      "Apa?! Kau antar-jemput tiap hari, bagaimana mungkin?! Dan lagi kau seorang dosen, jika di kampus ada yang tahu tiap hari aku bareng dengan kamu gimana?"

Aku dan DosenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang