One in a million (22)

28 2 0
                                    

Setelah merampungkan belanjaan buah tangan khas batam, akhirnya Misty bisa bernafas lega, pasalnya Misty harus beradu otot untuk mendapatkan potongan harga di toko kecil souvenir di sudut jalan pinggiran kota Batam, sedangkan Andre hanya menunduk malu sambil sesekali menutup wajahnya dengan pamflet yang tersedia di toko tersebut.

"Sayang"

"Apa dre?"

"Aku mau gelang hitam ini yah, tapi...." Ucap Andre sambil menarik baju kekasihnya.

"Tapi apa?"

"Tapi kamu.....Jangan nawar harga lagi, aku malu di liatin banyak orang itu..." ucap Andre berbisik di telinga Misty.

"Why?kenapa mesti malu?emangnya aku nyuri?"

"Ssst pelankan suara kamu sayang, apa kata dunia jika tahu seorang keturunan Morris harus menawar harga di tempat terpencil seperti ini?"

"Dre, bisa ga kalo ada di dekat aku, kamu stop saying about Morris?"

"But I am the Morris one"

"Itu cuma tittle aja dre ga lebih, sekarang aku tanya, apa penjaga toko itu tau kamu seorang Morris?atau sekumpulan orang di sana ada yang mengenali kamu?"

Andre memperhatikan dengan seksama, dimana di belahan dunia tepatnya adi gang sempit ini tidak ada yang perduli dengan kehadiran seorang Morris bahkan mungkin bagi mereka yang sibuk mencari sesuap nasi, nama atau gelar tidak ada artinya yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana bisa menyambung hidup untuk hari esok.

"Kamu jangan melihat pemandangan dari atas aja, sekali-kali kamu harus lihat pemandangan dari bawah juga, kamu harus tau untuk orang-orang seperti aku, hal semacam ini sudah biasa dilakukan untuk bertahan dari gilasan ekonomi"

"Mulai deh kamu ceramah lagi sayang"

"Terserah kamu mau bilang apa but someday you will understand what I'm saying now"

"Ia...bu guru sayang..."

"I'm not joking andre, mungkin hari ini kita bisa tertawa lepas but who knows tomorrow?perbedaan diantara kita terlampau jauh dan aku sadar akan terasa sulit berjalan diatas bara api yang sudah menyala"

"Stop saying that Misty, aku ga mau denger lagi kamu bahas soal itu!"

"You can't deny your destiny Andre, jika nanti memang terlampau sulit untukmu maka lepaskanlah aku"

Andre menahan sedikit nafasnya, ia tidak menyangka ternyata Misty sudah berfikiran jauh ke depan dan tidak ada satu kata pun yang mampu Andre bantah.

"But now, I decide to loving you now, even I know loving you it's the brave thing I ever do" Misty memeluk kekasihnya yang mematung akan ucapan nya tadi, baginya memang mencintai seorang keturunan Morris akan menjadi malapetaka untuknya suatu hari nanti.

Dre, gw tau ini emang pait buat lo, tapi ini kenyataan yang mesti kita terima dimana kita hidup di dunia yang sangat berbeda.

"Sayang..." Andre mengelus pipi bulat kekasihnya dan mulai mengecup bibir sang gadis. Misty langsung memundurkan wajah Andre dengan sekuat tenaga.

"Dre, stop kissing me....!"

"Kenapa, bukannya you like the way I kiss you?"

"I can't stand your smell......"

Uo....uo...uo....

"Misty stop muntah di bajuku, kamu selalu saja merusak suasana, kalo ga kentut sekarang kamu muntah"

"Iuuh....coba aja kamu cium nafas kamu" ucap Misty yang sibuk menutup hidungnya.

"Hah...hah..."Andre mencium nafasnya sendiri dan benar saja semenjak Misty pingsan jangankan gosok gigi, mandipun ia lupa.

Oh Tuhan bagaimana bisa seorang keturunan Morris begitu joroknya dan hampir sama derajatnya dengan orang-orang di pinggir gang kecil ini, Andre benar kata Misty seorang Morris tidak selalu menjamin kau selalu berada di atas, sekarang kau bisa merasakan sendiri hidup di dunia yang tidak ada satu orang pun yang mengenal seorang Morris.

¤¤¤

Kini Misty berjalan bersebrangan dengan Andre, bukan karena tidak cinta tetapi Misty hanya menjaga jarak agar tidak mencium aroma tidak sedap yang mengaliri tubuh kekasihnya yang bisa membuatnya muntah sewaktu-waktu.

"Sayang, udah dong jangan kayak gini ke aku"

"Lagian kamu tuh bisa-bisanya ga mandi sih dre, khwatir sih boleh sama aku tapi kamu mesti pikirin diri kamu sendiri"

"Ia..ia..aku nanti mandi aja di pesawat sayang, sini dulu kamunya" ucap Andre sambil menarik lengan Misty.

"Ga mau kamu bau...."ucap Misty berlari kecil menjauhi Andre.

"Awas yah kamu, liat yah nanti balasan aku...."

Sejenak Andre hanya melihat kekonyolan kekasihnya, bagaimana bisa kepolosan Misty semakin menggemaskan saja hari ke harinya.

Pada akhirnya mereka kembali menaiki taksi menuju Bandara dengan posisi Misty duduk di bangku belakang dan Andre duduk bersebelahan dengan supir.

¤¤¤

Pesawat pribadi milik keluarga Morris telah terparkir sempurna di Bandara, kedua sejoli itu tidak mau banyak menghabiskan waktu untuk tidak menaikinya, apalagi Andre yang sudah ingin berendam dan menghilangkan bau yang menempel di tubuhnya.

Selagi Andre mandi, Misty menghadap ke jendela yang menunjukan keindahan kota Batam di malam hari, baginya kenangan buruk di kota Batam mungkin tidak pernah akan hilang dari memorinya, bagaimana bisa seorang Brian, kekasih pertamanya yang dulunya penyayang kini berubah menjadi Monster yang sangat menakutkan.

Kemudian lamunan sang gadis buyar seketika ketika mendapati Andre keluar hanya dengan menggunakan handuk di pinggangnya dan menampakan dada bidangnya yang sangat seksi.

"Sayang permisi aku mau ambil baju di tas merah di sebelah kamu"

Dengan segera Misty menutup matanya dan memberikan tas merah kepada Andre.

"Kenapa mata kamu di tutup sayang" ucap Andre yang menggoda kekasihnya.

Pasti lo ga kuat kan Mis liat keseksian badan atletis gw...

Misty menarik lengan Andre dengan mata tertutup ia membisikan sesuatu di telinga kekasihnya.

"Kata babeh kalo ngintip orang telanjang, mata aku bisa bintitan"

"Misty....kamu hari ini sangat menjengkelkan"ucap Andre yang meradang mendengar ucapan kekasihnya sambil mencubit kedua pipi Misty.

"Andre....sakit....cepetan pake baju, aku ga mau mata aku bintitan...."

Misty...Misty...lo ini polos apa bodoh sih, mungkin kalo cewe di luar sana liat gw kayak gini pasti ga nahan pengen nyium, lo malah takut mata lo bintitan, Sekarang gw tambah yakin gw ga salah milih pacar yang polos kayak lo, walau kadang nyebelin but you are the special girl, one in a million.

Miss KumisWhere stories live. Discover now