II. Hero

98 10 0
                                    

Dad...

Ibu...

Seharusnya kalian menemaniku kemari, mengantarkanku dan mungkin membantuku membawakan barangku.

Seharusnya kalian membawakanku banyak sekali camilan sebagai sakuku di perjalanan.

Seharusnya aku berpamitan secara langsung dengan kalian.
Seharusnya kalian merangkulku, memelukku, menciumku sebelum aku pergi.

Seharusnya kalian memberiku segala macam wejangan sebelum berpisah.

Seharusnya sekarang kalian ada di hadapanku dan memberiku uang saku yang berlimpah.

Aku tertawa pelan.
Tapi air menetes di pipiku.

Kenyataan sangat pahit.

Seandainya aku tidak menelfon ibu sebulan yang lalu, mungkin takdir berkata lain. Dan mereka tidak pergi meninggalkanku di hari bahagiaku.

Aku menyapu dan membersihkan bekas air mata di pipiku lalu kurasakan getaran di saku jeansku.

Ponselku.

Kubuka pesan yang muncul di layar ponselku saat kuketahui itu dari Irene.

"Sudah berangkat, Wenwen?"

Aku tersenyum kecil. Sebelum kemudian membalasnya.
"

Sebentar lagi."

"Okey. I'm waiting for you. Nanti kalau sudah sampai, kabari aku lagi. Yah semoga aku sudah sampai di sana."

"Neee. Arrasseo."

"Wahh. Sudah mulai menggunakan bahasa Korea nih?"

Aku tersenyum,
"Wae? Aku kan akan menggunakan bahasa itu nanti."

"Berterimakasih dong. Siapa dulu guru privat bahasa Korea seorang Wendy Son."

"Gomawo nae chingu😘😘. Sudah sudah. Sebentar lagi aku masuk pesawat. Jangan terlambat menjemputku!"

"Wkwk. Safe flight 💜💜"

Aku menutup ponselku setelah melihat pesan terakhir dari Irene. Aku masuk ke pesawat yang sudah ada di depan mataku.

Ya. Aku ke Korea hari ini.
Tidak lain lagi alasannya, karena aku diterima di Seoul University.

Dan mencoba hidup baru. Tanpa orang tua.

Irene sudah seminggu lebih dahulu ke Korea karena harus mempersiapkan ruangan untukku di rumahya, katanya.

Salah satu awak pesawat sudah memberitahukan bahwa pesawat akan take off.

Tepat saat aku membuka ponselku untuk menghidupkan mode pesawat, Irene mengirimiku pesan lagi. Yang pada akhirnya hanya kubaca saja.

"Wen, Bangtan. Hari ini ke Jepang. Mungkin saat kau sampai nanti, mereka datang untuk pergi ke Jepang. Dan kita bisa bertemu mereka saat di Gimpo nanti."


===

Beberapa menit yang lalu, pesawat yang kunaiki sudah menapakkan rodanya ke tanah Korea. Aku kembali mengecek barang di tasku agar tidak tertinggal.

Aku menatap Korea.
Menatap suasana Korea.
Menatap sudut airport di Korea.

Benar kata Irene. Bangtan memang akan sampai airport hari ini.

My AnpanmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang