IX

11 4 6
                                    

Valerie berbaring di kasurnya dengan resah. Entah kenapa banyak beban pikiran yang akhir-akhir ini datang begitu saja. Ia masih ingat percakapan tadi siang. Di hari ketika Valerie dan krunya dihadang oleh buronan, seharusnya misi Ares dan krunya dijalankan. Namun ketika Alex, teman mereka yang mendadak kabur duluan, menyampaikan kejadian itu, misinya dibatalkan. Tadi Allistor sudah menjelaskan panjang lebar mengenai ke mana tujuan mereka. Victor bilang kalau ia juga melihat visi yang sama, hanya saja air sungai yang ia pegang sepanas magma di dalam gunung berapi.

Nick dan Angela bilang kalau mereka sempat bertemu dengan orang yang sempat meracaukan hal-hal aneh. Mereka berpikir, mungkin orang itu tahu sesuatu. Valerie kira kemungkinannya kecil sekali. Kata Ares pun itu hanya desas-desus saja.

Valerie berguling menghadap jendela. Bulan purnama bersinar terang. Angin malam berhembus memasuki jendela kamarnya, menyebabkan gordennya melambai-lambai. Valerie memutuskan untuk tidak memikirkannya, ketika sebuah ketukan pelan terdengar dari luar. Valerie membuka salah satu matanya dan mendesah. Siapa juga yang masih bangun larut malam begini?

"Vale, ini aku. Victoria." Sebuah suara lirih memanggilnya. Valerie bangun dengan terpaksa dan membukakan pintunya. Seseorang dalam balutan jubah berwarna cokelat gelap sedang berhadapan dengannya. Namun, berambut sewarna jahe dan mata biru, Valerie langsung mengenalinya, bahkan ia agak merona. "Ah kau, ada apa? Ini kan tengah malam." Valerie membukakan pintunya sambil mengucek matanya.

"Tidak ada waktu. Ambil ini." Victor memberinya jubah wol yang sama seperti yang ia kenakan. "Cepat pakailah. Yang lainnya mungkin sudah berkumpul."

"Untuk apa aku pakai ini? Siapa yang kumpul? Ada apa sih?"

"Ayolah. Aku akan menjelaskannya nanti." Victor sedikit memaksa kali ini. Valerie akhirnya memakainya. Victor memakai tudungnya dan memberi isyarat kepadanya supaya mengikutinya. Mereka menyelinap melalui koridor, dan bersembunyi jika ada prajurit yang lewat.

"Tadi sore," Victor mulai menjelaskan, "Nick bilang kalau ia menemukan orang itu." Mereka menyelinap keluar istana dan lari di bawah bayangan pepohonon rimbun. Valerie berjinjit ketika melewati seekor anjing tidur di luar sebuah rumah orang. "Jadi sekarang kita mau menemuinya? Kenapa nggak besok pagi saja?"

"Katanya sih harus malam. Tadi Nick melihatnya keluar bersama dua orang jangkung bertudung merah tua dengan semacam simbol-simbol yang tertoreh di jubahnya. Nick mengikutinya sampai keluar kota. Katanya sampai di tengah hutan di Rosáceo."

Mereka berdua melewati air mancur kota. Hanya ada suara gemericik air di tengah kota saat itu. Valerie dan Victor menyelinap di antara dinding rumah dan toko. "Dan Nick bilang," lanjut Victor, "ada sebuah rumah di sana." Valerie mulai tertarik dengan jalan ceritanya. "Apa mungkin itu adalah sebuah bangunan milik Elves?"

"Elves?"

"Iya, dulu ayahku juga bercerita kalau bangsa Elf itu sebagain besar masih tinggal di hutan. Maksudku, tinggal di dalam rumah kayu atau malah istana di sana. Dan ada sebuah kabut yang menutupi keberadaan tempat itu selama berabad-abad."

"Wah ternyata kau tahu banyak ya tentang mereka." Victor memujinya sembari menuntunnya menuju hutan kecil tempat mereka berkumpul tadi siang. Angin dingin kembali berhembus. Dalam balutan gaun putih, Valerie memang merasa memerlukan sekali jubah itu. Di pinggir lapangan ada sebuah cahaya yang menyala. Allistor dan Ares sedang bersandar di batang pohon. Ares sedang menghisap sebuah cerutu yang menguarkan asap berwarna cokelat almond dari ujungnya. Allistor sedang bersedekap. Matanya tertutup seolah sedang memikirkan sesuatu atau Valerie menebak pemuda itu jatuh tertidur. Ares melihat mereka dan melambai. "Berarti tinggal Allard dan Nick." Ares tidak mengenakan seragamnya. Ia justru memakai baju putih polos dipadu dengan celana cokelat tuanya. Allistor berpenampilan hampir sama dengan sang Jack Heart. Allistor membuka matanya. Anting peraknya berkilat terkena cahaya lentera.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang