I. Awal

61 1 2
                                    

Hai, hallo.

Akhirnya! Sejak tahun 2016 silam tulisan ini hanya ku simpan untuk diriku sendiri. Senang rasanya bisa menulis cerita ini dan aku publikasikan

Tulisan ini tentang perempuan yang pernah mencintai seorang laki – laki bak pangeran. Mempertahankan tak semudah yang dibayangkan. Semakin goyah, pelukan semakin merenggang, tangan perlahan saling melepas. Berdua bersama seakan menjadi sebuah formalitas mesti nyaman sudah tuntas. Terkadang bertahan adalah cara paling aman saat berfikir bahwa diluar sana belum tentu ada yang membuat kita merasa dibutuhkan. Mungkin kita saja yang sulit keluar dari zona nyaman. Atau bisa jadi kita takut sendirian dan kesepian.

Tapi.. terimakasih untuk kawan – kawanku yang senantiasa mendukungku untuk tetap melanjutkan buku ini. Terimakasih telah menghiburku saat aku merasa terpuruk. Dan terimakasih sudah mau menemaniku menertawakan derita ini bersama – sama.

Terimakasih untukmu, Tuan. Aku bersyukur bertemu denganmu. Bersyukur pernah memperjuangkanku sedemikian gilanya. Sudah mencintaiku sedalam – dalamnya. Terimakasih juga untuk hati yang telah kamu rajut kemudian kamu sayat menjadi tak rupa. Terluka sedemikian pedihnya. Berkatmu, aku jadi semakin ingin menyelesaikan buku ini dengan caraku menceritakan kamu, membayangkan kamu, disetiap kata yang tertata rapi di kepalaku.

Dan terimakasih atas air mata yang terbias bersama tenggelamnya harap yang tertindas.

Buku ini mengingatkanmu tentang banyak kenangan. Mungkin tidak semua, tapi cukup membuatmu kembali seperti hidup dimasa lalu (lagi). Setidaknya, buku ini membuatku setiap kisahnya dan mampu menjadi lebih dekat denganmu meski keadaan sudah tak sama lagi.

Jika nantinya kamu membaca tulisanku, aku harap kamu mengerti, ada banyak hal yang tak mampu aku tunjukkan. Terlalu banyak kata yang tak sanggup ku ucapkan. Terlalu banyak tanya yang tak bisa ku lontarkan.

Aku harap kamu mengerti, bersamamu, setidaknya aku pernah merasakan berjuang setengah mati. Jika kamu masih tak bisa melihat seberapa besar aku bertahan dengan sangat sabar, lihat aku sekali lagi sebelum aku benar – benar hilang.

Untukmu, yang namanya tercantum di pengantar skripsiku, aku pergi dulu.

Pada dinginnya hujan, menulis tentangmu adalah rindu yang terselesaikan.

99% Tulisan Ini Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang