6. Bahagia (i)

8 2 0
                                    

November Awal

Terik matahari mulai meninggi hingga bayangku mengumpul di kaki. Aku menikmati es kopi yang sedari tadi kubeli. Berjalan menuju tempat teduh untuk menghilangkan sejenak panas yang mulai membunuh perlahan. Seketika aku melihat kamu melintas di depanku pakai sepatu hitam, kemeja biru tua dan tas ransel hitam besar. Kamu dan teman – temanmu menyapaku, kemudian berlalu. Melihatmu sebentar saja sudah membuat jantungku tak karuan bergetar. Apa kamu merasakan hal yang sama, Tuan?

November adalah bulan yang selalu aku tunggu. November bulan kelahiranku. Tahun sebelumnya aku selalu merayakan bersama seseorang di masa laluku. Tahun ini, aku berharap ada yang baru, mungkin dengan orang yang baru, kamu misalnya.

Tapi aku tak melihatmu dimanapun. 

Hari menjelang malam, kamu mengajakku keluar bersama teman – teman ke kedai susu. Menyusuri jalan di kota yang ku suka. Aku dengan temanku, kamu dengan temanku. Aku tidak mengerti kenapa konsepnya jadi begini. Sampai di tempat tujuan kami duduk di bangku tengah dengan vas bunga di atas meja. Aku melihatmu, saat itu kamu terlihat gelisah. Aku melihatnya dengan jelas. Dan tiba – tiba, "ini untukmu". Setangkai bunga mawar merah dan sebuah gulungan kertas dengan pita warna merah. Aku menerimanya dengan tangan bergetar dan tak mampu mengatakan apa-apa. Ku buka kertas itu perlahan. Aku diam sejenak, air mata tiba-tiba menetes dipipiku. Bahagia yang tak mampu ku bendung. Kertas yang berisi kumpulan foto senior, junior, maupun teman seangkatan dengan membawa selembar kertas bertuliskan "happy birthday mbell" dan tanda tangan banyak orang. Aku suka sekali. Terimakasih. Aku beruntung dicintaimu.

Aku teringat kamu pernah berkata bahwa, "Tugasku adalah membuatmu bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku teringat kamu pernah berkata bahwa, "Tugasku adalah membuatmu bahagia. Jika nanti kamu tidak bahagia, aku masih punya segudang cara untukmu. Jangan pedulikan aku, asal kamu bahagia, aku pun juga. Aku tak suka kamu mengeluh karena belum bisa membahagiakanku. Kamu salah jika kamu berfikir seperti itu. Bagiku, kamu bersamaku saja itu sudah lebih dari cukup."

Kamu tersenyum, menyentuh rambutku, menyibakkannya ke belakang telinga. Aku tak tahu bagaimana jadinya kita nanti. Aku masih ingin tetap bersama. Bersama rindu yang semakin besar, bersamamu yang selalu mencintaiku. Dan mengenang kita yang tak akan habis ceritanya.

99% Tulisan Ini Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang