37. Finding the real Nata

3.2K 245 16
                                    

Bagian
Tiga Puluh Tujuh

“Aku mencarimu. Menemukanmu. Ingin menyatakan Rasa tapi hanya tercekat di tenggorokan.”

***

Setelah permen kapas, Dan Aira tak bertemu Nata. Bahkan saat hari hari class meeting, nata tak terlihat. Padahal saat semester Ganjil kemarin Natalah yang paling bersemangat jika ada class meeting.

   Aira menjalani hari nya dengan biasa tapi sedikit hambar. Diusik Ega, Tidur di kelas, Diganggu Ega, Pulang. Itu saja selama 3 hari ini.

    Aira merasakan apa yang dinamakan Pejuang ldr disana, Rindu. Aira merasa hampa tanpa Nata.

   “Lo tau dimana Nata?” tanya Aira pada Gilang dan bobi. Keduanya menggeleng, “Kalian jadian ya?”

    Aira tak menjawab. Ia hanya berjalan asal dan menggendong tas nya asal, berjalan ke luar gerbang karena sekolah sudah selesai.

     “Aira!”

    Aira menoleh begitu ia rasa namanya dipanggil. Ia menepi, membiarkan mobil lewat dan berdiri bersender di samping gerbang.

    Ega dengan Motor besarnya menghampiri Aira, “Ayo naik!”

    Aira membuang nafasnya. Ega selalu mengganggunya. Membuang waktunya dan menjahilinya yang sedang tidak mood. Ega yang memang sudah menyandang gelar sebagai saudara Aira itu malah semakin hyperactive saat mengetahui kenyataan menyedihkan itu.

    “Malas. Gue pulang sendiri!”

   Aira langsung naik sebuah angkutan umum yang lewat dan menunggu di dalam, tak peduli panggilan ega atau ega yang mengikuti angkutan umum yang ia naiki dari belakang. Aira sudah merasa kesal dengan Ega selama beberapa hari ini. Benar-benar kesal.

   Setibanya di simpang rumahnya, Aira segera turun dan berjalan tak peduli Ega.
Ega turun dari motornya dan mengejar Aira. Ia menarik tangan Aira, memaksa Aira berbalik lalu mendekap Aira dalam sebuah pelukan hangat, pelukan saudara.

     “Bunda lo, Bunda masuk UGD, kritis.”

Aira merasa matanya panas, tubuhnya beku, jantungnya mendadak berhenti berdetak rasanya.

  Hingga tak menyadari Laki-laki yang berdiri di depan Rumah Aira yang hanya menggunakan boxer kuning, hoodie putih dan sendal jepit. Laki-laki yang menatap pada Aira dan Ega di ujung jalan, dengan pergelangan tangan yang berdarah.

***

   Aira berlarian di koridor, dengan mata yang berair apalagi melihat mama dan Alex yang hanya duduk disana sambil berdoa.

    “Bunda gimana?”

Tak ada yang menjawab membuat Aira fruatasi. Ibunya baru sembuh, dan tiba-tiba kritis itu gak logis.

    “Kenapa Bunda bisa sakit lagi?”

Mama menghela nafas. Menahan keinginannya untuk membocorkan Rahasia Bundanya Aira. Aira hanya menunduk di lantai tak ada yang mau menjawabnya.

Teruntuk Pesawat Kertasku [✓]Where stories live. Discover now