3rd Gun

360 56 19
                                    

"Jangan menyakiti manusia, berbahaya. Kenapa? Karena mereka tahu caranya menjadikan neraka seperti rumah kita."

===

Seorang lelaki bertubuh tegap dengan surai hitam klimisnya menatap lelaki bersurai crimson di depannya. Tatapannya yang tajam tampak menyiratkan sesuatu.

Seluruh pasang mata di ruangan itu menunggu dengan penasaran, sesekali berbisik ria.

"Akashi-san, kapan kita mulai operasinya?" Lelaki bersurai hitam itu melayangkan pertanyaan yang menempel di benaknya.

"Secepatnya," jawab Akashi cepat, "Nijimura-san, persiapannya sudah siap semua, 'kan?"

Nijimura mengangguk. Maniknya meneliti kata demi kata pada kertas di tangannya, lalu kembali bersuara, "Tapi, mereka cukup keras kepala. Bagaimana jika mereka tidak menurut?"

"Hajar saja! Apa susahnya?"

Manik heterokrom Akashi menatap seluruh rekan---ralat, anak buahnya. Ia menghela napas pelan, "Tak perlu menggunakan kekerasan."

"Apa? Tapi, lawan kita kali ini mereka!"

Akashi mendongak, menatap tajam pada lelaki bersurai cokelat yang tadi berbicara. "Jangan membantah. Perintahku mutlak."

"Tenang saja, Tooru-san, kaupikir sudah berapa kali kita menang adu mulut?" Nijimura mengusap bahu Tooru, menenangkan lelaki itu.

Tooru menghela napas kemudian mengangguk. Ia juga masih sayang nyawanya sendiri. Melawan Akashi tentunya sangat berbahaya, karena keluarga lelaki itu juga merupakan tonggak kejayaan Jepang.

***

Akashi tengah memeriksa agendanya saat tiba-tiba ponselnya bervibrasi, memunculkan notifikasi. Ia segera membuka pesan yang masuk. Dari Nijimura.

Akashi, Tooru-san tak dapat mengendalikan emosinya. Segera kemari.

Kedua alis Akashi berkedut tak suka. Berdecak, ia keluar dari ruangannya menuju ruang tengah markas. Semuanya berkumpul.

Manik heterokrom Akashi langsung tertuju pada Tooru yang tampak ketakutan. Ia berjalan menghampiri lelaki itu.

---Bugh!

"Bukankah sudah kubilang?" Akashi bersidekap, menatap Tooru yang terkapar di lantai, "Jangan gunakan kekerasan."

Tooru segera bangkit. Ia membungkuk. "Maaf, tapi mereka menyerang kami terlebih dulu."

"Lalu kalian balas menyerang?" Akashi dengan keji menatap para anak buah yang ia tugaskan. "Kalian bisa menghindarinya, bukan?"

Tooru mengangguk, membenarkan ucapan Akashi. Seharusnya ia melakukannya, tapi emosinya lebih dulu mengontrol logika. "Maaf, tapi kenapa tidak boleh menyerang?"

"Bodoh," ujar Nijimura, "mereka itu hanya rakyat sipil biasa, juga bukan target kita."

Akashi mengangguk. "Lain kali, pikirkan siapa lawanmu."

Tooru dan yang lain hanya dapat mengangguk patuh.

"Kuperingatkan pada kalian."

Sontak seluruh pasang mata tertuju pada Akashi.

"Jangan menyakiti manusia, berbahaya. Kenapa? Karena mereka tahu caranya menjadikan neraka sebagai rumah kita."

Semua orang menghela napas lega saat Akashi meninggalkan ruangan. "Nijimura, kemarilah."

Kata-kata Akashi terus terngiang dalam pikiran Nijimura. Lelaki itu membatin, padahal dia sendiri sering menyakiti orang lain.

Nijimura bergidik ngeri saat Akashi melirik dengan lirikan mautnya, seolah-olah tau apa yang dipikirkan olehnya.

Nijimura duduk di depan Akashi. "Ada apa?" tanyanya to the point.

Akashi tak langsung menjawab. Seringainya terbit. "Sepertinya akan ada anggota baru, seorang perempuan."

Kedua alis Nijimura terangkat. Tumben sekali Akashi merekrut perempuan.

"Lihatlah." Akashi melemparkan buku agendanya kepada Nijimura.

Nijimura menatap biodata seseorang di buku itu dengan seksama. Matanya membola tak percaya.

"Dia ..."

Akashi mengangguk. "Sebentar lagi markas kita ramai," ucapnya.

Nijimura masih menatap foto yang terpampang di secarik kertas itu. Bagaimana bisa?

===

Maapkeun kalau absurd, tijel dan ga ada romensnya sama sekali :'3

Kira" siapa hayo yang mau direkrut Akashi? :<

My Mafia - Akashi Seijuurou x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang