7

1.3K 250 44
                                    

Tahu Shouto pergi kemana?

Kamar mandi.

Tidak, bukan untuk melampiaskan hormon tidak stabil yang biasanya menyerang kaum SMA sepertinya. Shouto tidak sebejat itu.

Dengan kebetulan yang sangat kebetulan, laki-laki itu bertemu seseorang yang sangat dihindarinya. Ya, Todoroki Enji.

"Kau terlihat stres." Tanya orang yang mendapat julukan endeavour itu.

Shouto mendecih, "Apa pedulimu? Dan-apa yang sedang kau lakukan disini?"

Todoroki Enji mengangkat satu alisnya, "Aku masih ayahmu. Dan-aku disini mengurus berkas kepindahan pacarmu."

Shouto melotot, "Apa maumu?" Katanya seraya menegakan punggung.

Todoroki enji memasang seringai, "Jadi benar gadis itu pacarmu?"

Shouto mendecih, "Bukan." Laki-laki itu maju selangkah, "Apa maumu?"

Tidak salah kalau menaruh curiga pada ayahnya itu, bukan? Sepanjang hidup, yang Shouto tahu adalah ayahnya itu orang yang sangat ambisius. Rela mengorbankan segalanya demi mencapai tujuan, bisa saja ia menggunakan [Y/N] untuk mengendalikan Shouto agar menurut dengannya, bisa saja kan?

Todoroki Enji mendengus, "Kau berpikir aku memasukan gadis itu kesini supaya bisa mengendalikanmu, begitu?"

Shouto menatap tajam, "Memangnya untuk apa lagi?"

"Harus berapa kali kukatakan? Aku masih ayahmu." Todoroki Enji menepuk kepala Shouto pelan, "Anggap saja sebagai hadiah yang tidak pernah kau terima dari seorang ayah."

Todoroki Enji berjalan melewati putranya, "Jaga gadis itu baik-baik. Dia punya potensi yang bagus."

Shouto mematung. Benarkah yang barusan berbicara dengannya itu ayahnya sendiri? Seorang Todoroki Enji yang ia kenal tidak seperti ini!

Shouto mengacak rambutnya asal. Akhirnya ia kembali ke kelas.

×

"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu, Todoroki-san."

Shouto menepuk kepala [Y/N]. "Maafkan aku." Akhirnya laki-laki itu ikut duduk disamping [Y/N].

Kantin ramai seperti biasa, yang tidak biasa adalah Shouto dan [Y/N] yang duduk agak di ujung. Tak seperti biasanya, Shouto tidak makan dengan teman sekelasnya yang lain.

"Dan- apa-apaan panggilan itu?"

[Y/N] berkedip, "Kau meminta maaf untuk apa?"

"Kenapa kau memanggilku dengan marga-ku? Tak seperti biasanya."

"Salahmu sendiri memperkenalkanku ke teman-temanmu waktu itu sebagai sahabatmu." [Y/N] berkata pelan.

Sayangnya Shouto hanya mendengar gumaman yang keluar dari mulut gadis itu, "Apa?"

"Tidak."

"Hei aku serius!"

"Seorang sahabat baru tidak boleh memanggil dengan nama depan, bukan? Terlalu cepat." [Y/N] memalingkan wajahnya kasar.

Shouto tersenyum tipis, "Jadi kau mau-mau saja aku anggap sebagai sahabat?"

"Argh!" [Y/N] menggeram pelan seraya berdiri, "Terserah kau saja. Aku tidak peduli." Akhirnya gadis itu berjalan meninggalkan Shouto.

"Mau kemana?"

"Aniki."

Shouto mengerjap, baru menyadari ancaman sunat dua kali yang sempat dilancarkan seorang Shinso Hitoshi kepadanya. Ia berlari menyusul [Y/N], "Tunggu- hei!"

Bukannya takut akan dipotong tititnya dua kali, Shouto memang jantan. Tapi, kehilangan kepercayaan orang terdekat dari orang yang disukainya akan sedikit mengganggu hubungan mereka kedepannya, bukan?

%

Q:10 Chap/ More?
:Happy/Bad?

Thank you!

blank space. | shoutoDonde viven las historias. Descúbrelo ahora