Memory 12

749 133 16
                                    


"yakk kenapa kau melemparkannya?" tanya woojin kaget.

"karna itu bukan milikku hyung, aku tak ingin sesuatu yang bukan milikku" ucap daehwi membersihkan tangannya dan membenarkan posisi duduknya seolah tak terjadi apa-apa.

"bagaimana bisa itu bukan milikmu hah" tanya woojin.

"tanya saja pada yang membawanya" ucap daehwi menunjuk guanlin yang masih terdiam.

Ia akhirnya menyadari kebodohannya. Daehwi adalah Daehwi bukanlah Jihoon.

Yang menyukai mint adalah Jihoon dan bukan daehwi.

'shitt.. kenapa kau bisa lupa hal itu lini~aa' ucap guanlin dalam hati.

"jadi bukan jihoon yang memberikannya?" tanya woojin bingung.

Tapi baik daehwi ataupun guanlin tak ada yang menjawab pertanyaan woojin.

"Maaf ini salahku"ucap guanlin duduk di hadapan daehwi dan menggenggam tangannya.

"aku bersyukur kau menyadari kesalahanmu" ucap daehwi langsung memeluk guanlin.

" Jangan mengulanginya. Aku tak menyukainya sama sama sekali, Ini yang terakhir kalinya aku memaafkanmu, setelah ini aku takkan sebaik ini lagi" bisik daehwi di tengah pelukannya.

"Heeii kalian.. aku masih ada disini" ucap woojin yang sedari tadi bagai tak dianggap.

"ahh mian hyung... kau juga mau dipeluk ayo kemarilah" ucap daehwi melepaskan pelukannay dan melebarkan tangannya kearah woojin.

"Dalam mimpi" ucap woojin kesal.

Membuat daehwi tertawa sedangkan guanlin hanya diam menatap daehwi.

'ini bukan daehwi yang ku kenal, kemana daehwi yang begitu hangat tapi sekaligus menyejukkan itu,' pikir guanlin yang melihat perubahan sikap daehwi setelah sadar dari komanya.

Daehwi memang sudah berubah, ia berubah menjadi sosok yang frontal dan selalu mengatakan apa yang ia pikirkan. Ia bukan daehwi yang mau mengalah lagi.

Daehwi juga tak tau mengapa hatinya seperti menyuruhnya untuk tak mau mengalah. Biasanya daehwi tak seperti ini, biasa daehwi hanya akan memendamnya saja, tapi sekarang tidak. Entah mengapa hatinya berkata jika ia tak mengungkapkan apa yang ada dipikirkanya dan terus bersembunyi ia pada akhirnya akan terus kehilangan.

"jika kau tertawa sepatu ini akan melayang ke arahmu , ahh sebentar aku akan mencari petugas kebersihan dulu, raboeji akan kemari aku tak ingin ia melihat kamarmu berantakan seperti ini" ucap woojin  pergi

"aku ikut hyung" ucap guanlin.

"aku pergi dulu mencari kopi" ucap guanlin mengusap rambut daehwi dan pergi bersama woojin.

/

/

/

Woojin dan guanlin berjalan beriringan tanpa ada bicara.

"Guanlin~aa katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?"

"apa hyung ? aku tak mengerti maksud hyung"

"jangan pura-pura bodoh,katakan sebelum aku kehilangan kesabara, ada apa dengan kalian dan pot mint itu, aku kira itu dari jihoon ternyata itu darimu"

"huft, Aku lupa hyung. Aku lupa jika kekasihku sekarang itu daehwi bukan jihoon hyung lagi, dan dengan bodohnya aku memberikannya pot itu" ucap guanlin gugup.

"apa kau bilang?" ucap woojin mengepalkan tangannya.

Woojin mendorong Guanlin dan menyudutkannya dan menarik kerah guanlin.

"Hyung.. apa yang kau lakukan? lepaskan aku, aku hanya lupa bukan berarti aku mengkhianati daehwi" tanya guanlin kaget.

"kau.. kau jauhi daehwi atau kau akan mati ditanganku." ucap woojin semakin menarik kerah guanlin. Ia tak ingin daehwi kembali terluka hanya gara-gara cinta. Daehwi sudah cukup menderita selama ini, sudah cukup daehwi harus kehilangan jinyoung karna jihoon, woojin tak mau daehwi kehilangan lagi karna jihoon. Apalagi melihat guanlin yang masih mengingat guanlin membuat woojin semakin takut akan masa depan adiknya kelak.

"aku takka menjauh darinya ia kekasihku hyung, dan aku akan terus berada disampingnya. Hyung tak berhak melarangku" ucap guanlin melawan.

Hal itu membuat Woojin semakin marah dan melayangkan tanganya memukul guanlin.

"woojini.. lini.. apa yang kalian lakukan" teriak jihoon dari ujung koridor.

"jihoon~ii" ucap woojin kaget saat melihat jihoon berjalan kearahnya.

"woojin~aa ada apa? kalian bertengkar?" tanya jihoon bingung. tapi woojin dan guanlin hanya diam.

"yakk kau memukul guanlin?" ucap jihoon kaget saat melihat sudut bibir guanlin terluka.

"ini bukan urusanmu hooni~aa menyingkirlah" ucap woojin tak memperdulikan jihoon.

"aniya.. ini urusanku, cepat lepaskan guanlin.. woojin~aa ada apa denganmu" ucap jihoon melepaskan genggaman tangan woojin di kerah guanlin.

Woojin mendengus kesal dan mutar badannya kesal dan berteriak kesal karna ia tak bisa berbuat apa-apa jika jihoon sudah ikut campur.

"lini~aa gwencana?"  ucap jihoon mencoba menyentuh wajah guanlin.

"jangan sentuh aku" ucap guanlin menghindar.

"tapi kau terluka, sini kulihat" ucap jihoon kembali mendekat dan semakin nekat.

"Sudah kubilang jangan menyentuhku" ucap guanlin mendorong jihoon hingga terjatuh.

"jihooni~~aa" ucap woojin membantu jihoon bangun, tangan jihoon kembali mengelurkan darah yang merembes dari celah perban itu.

Woojin yang melihat soulmatenya itu diperlakukan seperti itu tak bisa tinggal diam.

"Kauuuuu..." ucap woojin yang hendak kembali menarik guanlin tapi jihoon menahannya dengan cara memeluk woojin, hingga woojin tak bisa menggapai guanlin.

"jangan salahkan aku, bukankah sudah kuperingatkan untuk tak menyentuhku" ucap guanlin meludahkan darah yang bercampur dengan ludahnya.

"aku pergi dulu, aku ingin cari kopi dan kembali kekamar kekasihku" ucap guanlin pergi meninggalkan woojin yang masih emosi dan jihoon yang masih dalam proses mencerna perkataan guanlin.

"kekasih?" gumam jihoon.

"kekasih yang mana yang dimaksud guanlin, woojin~aa?" tanya jihoon.


"entahlah  " jawab woojin gagap.

"kau gagap , berarti kau berbohong, dan kau tau sesuatu, cepat katakan padaku"

"aku sungguh tak tau sungguh"

"woojin~aa jangan bohong padaku

"aku.. aku tak berbohong"

Jihoon mengkerutkan keningnya menatap curiga pada woojin yang jelas berbohong.

"apa jangan-jangan orang itu LEE Daehwi?" tanya jihoon

.

.

..

..

..

..

.

.

tbc

MemoryWhere stories live. Discover now