PROLOG

184 7 3
                                    

Ketika manusia menengadahkan kepala dan menutup matanya, ia akan melihat betapa luasnya dunia ini dihatinya. Betapa hangatnya belaian angin malam, seolah memeluknya erat-erat. Tak ada kata-kata lain, bibir pun seolah tak mampu berbicara. Beretorik seakan sulit keluar, terlalu sulit dan membingungkan dengan apa yang mereka rasa saat itu.

Sisi lain...

Entah semua apa yang terjadi dalam hidup dan kehidupanku, mungkin hanya sebuah makna dari semua, dan aku sendirilah yang harus menilainya, seberapa dalam aku memahami arti hidup ini? Diwaktu semuanya siap dengan masa depan yang menjemputnya dengan senyuman, aku disini hanya sibuk menyusun dan memulai dari mana? Sementara ini semua seperti puzzle-puzzle dalam otakku yang semakin bersarang dalam labirin, inilah aku yang sama sekali tidak tahu harus bagaimana, dan jalan apakah yang harus aku pilih. Semua seolah mencekikku. Tak ada nafas bebas, deretan cerita seperti serdadu yang siap memamahku. Aku terancam oleh takdir, satu langkah saja jurang teramat curam ada dihadapanku.

Sementara, disisi lain lagi aku harus memilih menjadi satu tabiat mengisi dan mengidahkan takdir yang sudah tersusun digaris cakrawala. Aku biarkan saja mereka menelanjangi seluruh isi kepalaku. Yang tiap hari aku sisakan dengan berada dijalan setapak tanpa cahaya sedikitpun menemaniku. Disisi lain, aku mencoba berada dikoridor cerita yang sangat mencengangkan tanpa sapa dari seorang puan yang sudah jelas bersarang mengakar disini. Dalam hati. Menguasai detikku, menitku, jamku, hariku, waktuku. Sudah aku coba membakarnya hidup-hidup disini. Seperti bermain dalam kotak raksasa. Di ulak alik, sudah dihancurkan namun masih saja utuh.

Ah... Jika aku bertanya pada kalian, mungkinkah kalian sudah menyusun semua rencana untuk masa depan? Apa kalian berencana untuk mencapainya setahap demi setahap dengan berbagai usaha yang telah dilakukan? hanya demi cita-cita yang kalian banggakan. Apa kalian akan menjemputnya dengan senyum?

Dan percaya bahwa masa depan kalian sangatlah indah? Yah... pertanyaan-pertanyaan itulah yang bersarang dan seolah menghantuiku juga setiap waktu. Seolah semua sisa waktu ini hanya untuk memikirkan hal itu. Bagaimana menatanya? Bagaimana mewujudkannya? Bagaimana cara untuk menjemput cita-cita itu? Sementara ada fikiran lain yang berkata padaku, nikmati semuanya dan mengalirlah seperti air, tapi dalam otakku.. sampai kapan aku harus mengikuti arus yang semakin hari mambawaku dalam kehambatan, disana aku menemukan jalan yang benar-benar buntuh. Dan seolah membuat ku enyah pada semuanya, yang berkesan semua mulut mengolokku. Kenapa harus selalu mengikuti apa yang di ingnkan orang lain? Mana sikapmu? Kenapa kamu hanya bisa mencontoh? Ikut-ikutan terus, kesini ikut kesana pun ikut. Aku bosan mendengar itu semua aku sungguh ingin teriak ke setiap gendang telinga orang, bahwa aku ingin seperi kalian, tapi bagaimana caranya?

Cerita demi cerita pun akan terus terukir, sembari berjalannya waktu yang selalu membuatku runtuh dengan keadaan yang ada. Seolah hanya fatamorgana belaka. Diwaktu aku meyakinkan langkahku, mencoba berkamuflase dengan semua, dan pada ujungnya tetap tidak ada hasil. Kosong dan hanya berisi halusinasi dalam nasbih.

KAYLAWhere stories live. Discover now